Bakal Latihan Bersama Jepang di Laut China Selatan, Tanda RI Menjauh dari China?
loading...
A
A
A
"Ini upaya Prabowo untuk mendiversifikasi alutsista Indonesia. Ia juga berusaha untuk mendapatkan lebih banyak keahlian dan pertukaran pendapat, serta membuka saluran komunikasi baru dengan para pemangku kepentingan di negara-negara tersebut," papar Gilang Kembara, peneliti di Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Indonesia.
Storey menambahkan Indonesia cenderung berharap transfer teknologi, daripada pembelian senjata, dari menjalin hubungan pertahanan yang lebih dekat dengan Jepang.
"Meskipun Tokyo ingin meningkatkan penjualan senjata di luar negeri, sejauh ini gagal membuat penjualan besar ke Asia Tenggara karena mahalnya peralatan pertahanan buatan Jepang," katanya.
“Selain itu, Indonesia sangat ingin mengembangkan industri persenjataan dalam negeri dan lebih tertarik pada kesepakatan transfer teknologi daripada langsung membeli peralatan militer asing. Jepang sangat enggan untuk berbagi keahlian teknologi pertahanannya dengan negara lain."
Ia memperkirakan, Indonesia akan memprioritaskan pembelian pesawat pengintai maritim dari Jepang, ketimbang alutsista seperti kapal selam, tank, atau kapal perang permukaan.
Jepang adalah anggota dari Quadrilateral Security Dialogue (Quad), aliansi baru yang mencakup Amerika Serikat, India, dan Australia dan secara luas dipandang sebagai tandingan China.
"Kita [Indonesia] tidak boleh segera menyimpulkan bahwa, dengan menggelar latihan militer di Laut Cina Selatan, Indonesia mulai pemanasan untuk bergabung dengan Quad," kata Gilang.
“Latihan bersama Indonesia-Jepang tidak berpotensi mengguncang [dinamika di kawasan] geopolitik. Mungkin beberapa negara akan memiliki pertanyaan tentang latihan tersebut, atau mereka akan meminta penjelasan, tetapi dampaknya tidak akan sebesar saat AS dan Australia mengadakan latihan bersama di Laut China Selatan tahun lalu," katanya, seperti dilansir South China Morning Post.
Storey menambahkan Indonesia cenderung berharap transfer teknologi, daripada pembelian senjata, dari menjalin hubungan pertahanan yang lebih dekat dengan Jepang.
"Meskipun Tokyo ingin meningkatkan penjualan senjata di luar negeri, sejauh ini gagal membuat penjualan besar ke Asia Tenggara karena mahalnya peralatan pertahanan buatan Jepang," katanya.
“Selain itu, Indonesia sangat ingin mengembangkan industri persenjataan dalam negeri dan lebih tertarik pada kesepakatan transfer teknologi daripada langsung membeli peralatan militer asing. Jepang sangat enggan untuk berbagi keahlian teknologi pertahanannya dengan negara lain."
Ia memperkirakan, Indonesia akan memprioritaskan pembelian pesawat pengintai maritim dari Jepang, ketimbang alutsista seperti kapal selam, tank, atau kapal perang permukaan.
Jepang adalah anggota dari Quadrilateral Security Dialogue (Quad), aliansi baru yang mencakup Amerika Serikat, India, dan Australia dan secara luas dipandang sebagai tandingan China.
"Kita [Indonesia] tidak boleh segera menyimpulkan bahwa, dengan menggelar latihan militer di Laut Cina Selatan, Indonesia mulai pemanasan untuk bergabung dengan Quad," kata Gilang.
“Latihan bersama Indonesia-Jepang tidak berpotensi mengguncang [dinamika di kawasan] geopolitik. Mungkin beberapa negara akan memiliki pertanyaan tentang latihan tersebut, atau mereka akan meminta penjelasan, tetapi dampaknya tidak akan sebesar saat AS dan Australia mengadakan latihan bersama di Laut China Selatan tahun lalu," katanya, seperti dilansir South China Morning Post.
(min)