Ilmuwan Nuklir Iran Disebut Dihabisi Mossad dengan Senjata 1 Ton

Kamis, 11 Februari 2021 - 19:07 WIB
loading...
Ilmuwan Nuklir Iran Disebut Dihabisi Mossad dengan Senjata 1 Ton
Kondisi lokasi pembunuhan ilmuwan nuklir Iran; Mohsen Fakhrizadeh, di luar Teheran pada Jumat (27/11/2020). Foto/WANA via REUTERS
A A A
TEL AVIV - Ilmuwan top nuklir Iran , Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh pada November lalu oleh tim Mossad Israel menggunakan senjata otomatis seberat satu ton yang telah diselundupkan ke Iran secara berkeping-keping. Demikian laporan media Yahudi yang berbasis di London, Jewish Chronicle, pada hari Rabu.

Laoran itu mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak terlibat dalam operasi itu. Operasi pembunuhan itu kemungkinan telah memperlambat program senjata nuklir Iranhingga bertahun-tahun.



Media itu mengeklaim laporannya bersumber dari intelijen Israel , namun kebenaran laporan tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara independen.

Dengan pertimbangan waktu penerbitannya, laporan tersebut diduga untuk mengirim pesan ke Iran—yang secara terbuka melanggar kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015—, dan ke pemerintahan baru AS yang berencana untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran tersebut.

Israel sendiri telah bertekad untuk mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir.

Fakhrizadeh tewas di jalan di luar Teheran pada 27 November 2020. Iran menyalahkan Israel atas serangan itu.

"Tim yang melakukan serangan itu memiliki lebih dari 20 anggota, baik warga negara Israel dan Iran," tulis Jewish Chronicle mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya, seperti dilansir Times of Israel, Kamis (11/2/2021).

"Setidaknya beberapa dari sumber tersebut jelas berasal dari Israel; salah satunya mengatakan, "Terima kasih Tuhan kami mengeluarkan semua orang dan mereka tidak menangkap siapa pun. Mereka bahkan tidak mendekati."



Klaim laporan itu mengatakan para agen Mossad mengawasi Fakhrizadeh selama delapan bulan sebelum pembunuhan itu.

Dikatakan bahwa para agen berada di darat pada saat pembunuhan itu untuk mengoperasikan senjata dari kejauhan.

Laporan tersebut mengeklaim Fakhrizadeh terkena ledakan 13 peluru dari senjata "sangat akurat", yang tidak melukai istri atau 12 pengawalnya yang bepergian bersamanya. Beberapa dari banyak laporan kontradiktif tentang pembunuhan pada saat itu, sebaliknya, mengeklaim beberapa pengawal Fakhrizadeh juga tewas dalam serangan itu.

"Senjata itu dipasang di bagian belakang truk Nissan dan diledakkan untuk menghancurkan bukti setelah pembunuhan itu," lanjut laporan Jewish Chronicle.

"Senjata yang dipesan lebih dahulu, dioperasikan dari jarak jauh oleh agen di darat saat mereka mengamati target, sangat berat karena termasuk bom yang menghancurkan bukti setelah pembunuhan," sambung laporan tersebut.

Laporan media Yahudi itu menegaskan bahwa AS tidak terlibat dalam pembunuhan Fakrizadeh. Orang Amerika, kata laporan itu, hanya diberi "sedikit petunjuk".

Lebih lanjut, laporan tersebut menegaskan bahwa analis Israel percaya pembunuhan Fakhrizadeh telah memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk membuat senjata nuklir, jika memutuskan untuk meledakkan bom, dari 3,5 bulan menjadi sekitar 2 hingga 5 tahun.



Publikasi laporan itu datang ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berhadapan dengan pemerintahan baru di AS, yang mana Presiden Joe Biden mengatakan dia bermaksud untuk memasukkan AS kembali kesepakatan nuklir JCPOA 2015 yang dinegosiasikan di bawah presiden Barack Obama. AS keluar dari JCPOA pada tahun 2018 di era presiden Donald Trump.

Netanyahu, yang secara terbuka melobi kesepakatan nuklir 2015, telah memperingatkan bahwa akan menjadi kesalahan bagi AS untuk bergabung kembali dengan JCPOA.

"Tidak ada keraguan bahwa apapun pendekatan yang diambil Amerika dengan Iran, Israel akan 'mempertahankan dirinya sendiri'," kata laporan hari Rabu, dan mengutip sumber anonim Israel, yang secara jelas mengatakan: "Strategi utama kami untuk memengaruhi Amerika Serikat adalah untuk mempresentasikan intelijen 2018 kami ke IAEA. Tetapi jika tidak berhasil, kami akan bertindak. AS tidak akan menyukainya, tetapi kami akan menjaga kedaulatan kami dan melawan setiap ancaman yang ada. Jika situasinya menjadi kritis, kami tidak akan meminta izin kepada siapa pun. Kami akan membunuh bomnya."

Rincian laporan tentang serangan Fakhrizadeh setidaknya secara sebagian sesuai dengan klaim media Iran yang mengatakan pembunuhan itu dilakukan dari jauh menggunakan senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh yang terpasang pada mobil.

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan senjata itu dikendalikan satelit dengan "artificial intelligence (kecerdasan buatan)".

Laporan Jewish Chronicle mengatakan perencanaan pembunuhan dimulai setelah Mossad mencuri banyak dokumen dari gudang Teheran tentang program nuklir Iran, dalam operasi yang dipublikasikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada 2018.

Sebuah artikel pendamping hari Rabu, yakni dari majalah Spectator yang ditulis oleh jurnalis yang sama; Jake Wallis Simons, mengatakan sentralitas Fakhrizadeh pada program senjata nuklir Iran yang nakal digarisbawahi oleh penemuan tentang dokumen yang ditemukan telah ditulis tangan olehnya , dan beberapa memiliki sidik jarinya "secara harfiah" di seluruh bagian itu.

Penulis laporan itu menambahkan, Fakhrizadeh ditemukan menjadi arsitek dari semua yang ada di arsip. "Dia mengarahkan semua aspek [program Iran], dari sains dan situs rahasia hingga personel dan pengetahuannya. Sejak saat itu—untuk menggunakan bahasa gaul Mossad—menjadi jelas bahwa sang ilmuwan harus 'pergi'," bunyi laporan tersebut.

Ada berbagai laporan yang menggambarkan bagaimana Fakhrizadeh terbunuh, termasuk oleh tim penembak di darat dan senjata jarak jauh yang dikendalikan oleh satelit.

Israel dan AS mengatakan Fakhrizadeh memimpin program senjata nuklir nakal Iran. Menurut otoritas Iran, Fakhrizadeh adalah seorang wakil menteri pertahanan dan melakukan pekerjaan untuk "pertahanan nuklir."

Para pejabat Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan itu. Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengeklaim: "Ada indikasi serius dari [peran] Israel dalam pembunuhan itu."

Israel belum secara terbuka bereaksi terhadap tuduhan tersebut. Mengungkap cache materi yang dibawa keluar dari Iran oleh Mossad pada program senjata nuklir rezim Iran, Netanyahu mengatakan pada 2018 bahwa Fakhrizadeh pengawas Iran untuk bom tersebut.

Pembunuhan itu terjadi setelah berbulan-bulan ledakan misterius di Iran termasuk ledakan dan kebakaran yang melumpuhkan pabrik perakitan sentrifugal canggih di fasilitas pengayaan uranium Natanz, yang secara luas diyakini sebagai tindakan sabotase yang diduga dilakukan oleh Israel.

Israel telah lama dicurigai melakukan serangkaian pembunuhan terarah terhadap ilmuwan nuklir Iran hampir satu dekade lalu dalam upaya untuk membatasi program nuklir Iran.

Menteri intelijen Iran mengatakan hari Senin bahwa seorang anggota angkatan bersenjata diduga terlibat dalam pembunuhan Fakhrizadeh.

Fakhrizadeh dituding oleh Netanyahu pada tahun 2018 sebagai direktur proyek senjata nuklir Iran.

Ketika Netanyahu kemudian mengungkapkan bahwa Israel telah menghapus dari sebuah gudang di Teheran sebuah arsip besar materi milik Iran yang merinci program senjata nuklirnya, dia berkata: "Ingat nama ini, Fakhrizadeh."

Dalam video yang diunggah ke Twitter tak lama setelah berita pembunuhan itu muncul, Netanyahu, yang menghitung berbagai pencapaian minggu itu, mencatat bahwa; "Ini adalah sebagian daftar, karena saya tidak dapat memberi tahu Anda segalanya...Semuanya untuk Anda, warga negara Israel, untuk negara kita. Ini adalah minggu pencapaian, dan masih banyak lagi. "

Laporan Rabu mengutip seorang sumber yang memperingatkan bahwa operasi tambahan semacam itu berada dalam prospek. "Pembunuhan lebih lanjut direncanakan untuk masa depan, kata sumber tersebut. "Meskipun tidak ada yang dalam skala yang sama dengan Fakhrizadeh atau [Qassem] Soleimani."

Soleimani adalah kepala Pasukan Quds IRGC Iran yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad pada Januari 2020.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1843 seconds (0.1#10.140)