Kapal Induknya Jadi Target Simulasi Serangan 13 Pesawat China, Ini Respons AS

Sabtu, 30 Januari 2021 - 12:49 WIB
loading...
Kapal Induknya Jadi...
Kapal induk bertenaga nuklir USS Theodore Roosevelt Angkatan Laut Amerika Serikat. Foto/US Navy
A A A
WASHINGTON - Rombongan 13 pesawat tempur , termasuk pembom berkemampuan nuklir, China melakukan simulasi serangan terhadap kelompok tempur kapal induk USS Theodore Roosevelt Amerika Serikat (AS) pekan lalu. Militer Amerika mengecam kegiatan militer Beijing, namun menegaskan bahwa kapal induknya tidak terancam.

Baca Juga: Panglima TNI: Pandemi Covid-19 Belum Terkendali

Simulasi serangan itu berlangsung Sabtu pekan lalu di dekat Taiwan, yakni ketika rombongan belasan pesawat tempur Beijing menerobos zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Simulasi itu terungkap dari percakapan kokpit dari pilot pembom China yang didengar intelijen Amerika sebagaimana dilaporkan Financial Times pada Jumat kemarin.



"Orang-orang yang mengetahui informasi intelijen yang dikumpulkan oleh AS dan sekutunya mengatakan para pembom dan beberapa pesawat tempur yang terlibat sedang melakukan latihan yang menggunakan sekelompok kapal Angkatan Laut AS yang dipimpin oleh kapal induk USS Theodore Roosevelt di area yang sama dengan target simulasi," tulis media tersebut dalam laporannya.

"Pilot pembom H-6 dapat didengar dalam percakapan kokpit mengonfirmasikan perintah untuk simulasi penargetan dan pelepasan rudal anti-kapal terhadap kapal induk," lanjut laporan tersebut yang dilansir The Aviationist, Sabtu (30/1/2021).

Baca Juga: Karpet Merah Khabib Nurmagomedov, FC Kamaz: Selamat Bergabung!

Komando Indo-Pasifik (INDOPACOM) AS mengkritik kegiatan militer China di Laut China Selatan dan di Laut China Timur, tetapi menekankan bahwa pasukan Beijing tidak menimbulkan ancaman terhadap aset militer AS yang dikerahkan ke wilayah tersebut, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Baca Juga: Jutawan Kanada dan Istri Cantiknya Menyamar demi Peroleh Vaksin COVID-19

"Kelompok Tempur Kapal Induk Theodore Roosevelt memantau dengan cermat semua aktivitas Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA-N) dan Angkatan Udara (PLA-AF), dan tidak pernah menjadi ancaman bagi kapal, pesawat, atau pelaut Angkatan Laut AS," kata juru bicara INDOPACOM, Kapten Angkatan Laut Mike Kafka, dalam sebuah pernyataan Jumat malam yang dilansir Sputniknews, Sabtu (30/1/2021).
Baca Juga: Perusahaan China Ini Dicurigai Hendak Mengoleksi DNA Orang-orang AS

Dia juga menggambarkan aktivitas China yang semakin intensif di wilayah tersebut sebagai contoh terbaru dari tindakan agresif dan destabilisasi.

"Tindakan ini mencerminkan upaya PLA yang berkelanjutan untuk menggunakan militernya sebagai alat untuk mengintimidasi atau memaksa mereka yang beroperasi di perairan dan wilayah udara internasional, untuk memasukkan tetangga mereka dan mereka yang memiliki klaim teritorial bersaing," kata Kafka.



Juru bicara INDOPACOM menunjukkan bahwa Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar dan beroperasi di wilayah mana pun yang diizinkan oleh hukum internasional.

“AS memiliki kehadiran militer yang gigih dan secara rutin beroperasi di seluruh Indo-Pasifik, termasuk perairan dan wilayah udara yang mengelilingi Laut China Selatan dan Laut China Timur, sama seperti kami telah mendekati wilayah tersebut selama 240 tahun terakhir. Operasi kami merupakan bukti kesediaan kami untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka untuk semua negara di bawah hukum internasional," imbuh Kafka.

Baca Juga: Gowes Jadi Tren, Omzet Pedagang Sepeda Terdongkrak 190% di 2020

Beijing mengeklaim hampir seluruh Laut China Selatan adalah wilayah kedaulatannya dan telah membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan di atas habitat maritim yang sensitif. Negara itu juga mengeklaim wilayah yang disengketakan di Laut China Timur.

Amerika Serikat memandang Laut China Selatan sebagai jalur air internasional dan mengirim kapal perang untuk secara rutin berpatroli di perairan tersebut dalam apa yang disebut latihan Kebebasan Navigasi.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Houthi Klaim Mampu Gagalkan...
Houthi Klaim Mampu Gagalkan Serangan Udara AS dan Inggris
AS Bombardir Markas...
AS Bombardir Markas Houthi Tewaskan 53 Orang, Apakah Israel Terlibat?
Profil Mark Rutte, Sekjen...
Profil Mark Rutte, Sekjen NATO yang Goda Trump agar Tingkatkan Produksi Senjata
China Diduga Gunakan...
China Diduga Gunakan Sindikat Kriminal untuk Melemahkan Palau
Balas Dendam, Houthi...
Balas Dendam, Houthi Coba Serang Kapal Induk Nuklir AS dengan Rudal dan Drone
Trump Makin Simpati...
Trump Makin Simpati pada Rusia, Eropa Galau Andalkan Senjata Nuklir Siapa?
Siapa Daniel Kahneman?...
Siapa Daniel Kahneman? Pemenang Nobel Ekonomi yang Memilih Bunuh Diri karena Tidak Suka Hidup di Usia Tua
6 Pemicu AS dan Inggris...
6 Pemicu AS dan Inggris Gelar Serangan Besar-besaran ke Pangkalan Houthi di Yaman
Trump Berlakukan Alien...
Trump Berlakukan Alien Enemies Act, Siapa yang Jadi Target?
Rekomendasi
Ole Romeny Tiba di Australia...
Ole Romeny Tiba di Australia Bersama 19 Pemain Timnas Indonesia
UMKM Jangan Dipandang...
UMKM Jangan Dipandang Sebelah Mata, Menteri Maman Minta Ganti Kata Pelaku jadi Pengusaha
MNC University Kolaborasi...
MNC University Kolaborasi dengan Forum Komunikasi OSIS Kabupaten Bogor, Dukung Pengembangan Siswa dan Sediakan Beasiswa
Berita Terkini
Houthi Klaim Mampu Gagalkan...
Houthi Klaim Mampu Gagalkan Serangan Udara AS dan Inggris
39 menit yang lalu
Profil Anatoliy Barhylevych,...
Profil Anatoliy Barhylevych, Kepala Staf AD Ukraina yang Dicopot karena Gagal Melawan Rusia
39 menit yang lalu
AS Bombardir Markas...
AS Bombardir Markas Houthi Tewaskan 53 Orang, Apakah Israel Terlibat?
1 jam yang lalu
Profil Mark Rutte, Sekjen...
Profil Mark Rutte, Sekjen NATO yang Goda Trump agar Tingkatkan Produksi Senjata
2 jam yang lalu
China Diduga Gunakan...
China Diduga Gunakan Sindikat Kriminal untuk Melemahkan Palau
3 jam yang lalu
Rusia Tuntut NATO Tolak...
Rusia Tuntut NATO Tolak Ukraina Jadi Anggota Baru sebagai Syarat Perjanjian Damai
3 jam yang lalu
Infografis
Setelah Ukraina, Negara...
Setelah Ukraina, Negara NATO Ini Jadi Target Rusia Berikutnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved