Pelaku Penyerbuan Capitol 'QAnon Shaman' Minta Pengampunan dari Trump
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pengacara perusuh Capitol yang disebut sebagai "QAnon Shaman" mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump harus mengampuni kliennya sebelum lengser.
Al Watkins mengatakan kliennya, Jacob Chansley (33), bertindak atas seruan Trump ketika dia dan perusuh lainnya memaksa masuk ke Capitol pada 6 Januari. Saat itu Kongres secara resmi telah memulai menghitung suara Electoral College untuk mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
"Kata-kata dan undangan dari seorang presiden seharusnya memiliki arti," kata Watkins dalam sebuah pernyataan kepada Kansas City Star yang dinukil New York Post, Jumat (15/1/2021).
"Chansley menanggapi dengan serius pesan-pesan Presiden Trump yang tak terhitung jumlahnya," tambahnya.
“Seperti puluhan juta orang Amerika lainnya, Chansley merasa - untuk pertama kalinya dalam hidupnya - seolah-olah suaranya didengar,” ujarnya.
Chansley, yang juga menggunakan nama Jake Angeli atau QAnon Shaman, menjadi viral karena pakaiannya yang liar selama kerusuhan tersebut. Ia mengenakan topi berbulu bertanduk dan mencat wajahnya merah, putih dan biru.
Bertelanjang dada, ahli teori konspirasi ini mengacungkan tombak yang menggantungkan bendera Amerika saat dia membuat dirinya tontonan di panggung Senat AS.
"Pakaiannya konsisten dengan keyakinan Shaman yang dianutnya sejak lama," ungkap pengacaranya.
Chansley menyerahkan diri pada hari Sabtu dan menghadapi tuduhan melanggar ketertiban, masuk dengan cara kekerasan dan secara ilegal berada di ruang terbatas di dalam halaman Capitol.
Tapi Watkins mengatakan kliennya bersikap "damai dan patuh" selama penyerbuan, yang menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas polisi.
“Dia tidak bersenjata. Dia tidak melakukan kekerasan. Dia tidak merusak dan layak mendapatkan grasi dari panglima tertinggi yang akan lengser," ucap pengacara itu.
“Adalah pantas dan terhormat bagi presiden untuk memaafkan Chansley dan individu yang berpikiran sama serta damai yang menerima undangan presiden dengan niat yang terhormat,” tutur Watkins.
Chansley saat ini ditahan di penjara federal di Phoenix, Arizona sementara dia menunggu dakwaan di Washington atas perannya dalam pemberontakan itu.
Seorang hakim baru-baru ini memutuskan bahwa Chansley harus diizinkan untuk mendapatkan makanan organik sejalan dengan diet yang ketat di balik jeruji besi setelah dia menolak untuk makan apa pun.
Al Watkins mengatakan kliennya, Jacob Chansley (33), bertindak atas seruan Trump ketika dia dan perusuh lainnya memaksa masuk ke Capitol pada 6 Januari. Saat itu Kongres secara resmi telah memulai menghitung suara Electoral College untuk mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
"Kata-kata dan undangan dari seorang presiden seharusnya memiliki arti," kata Watkins dalam sebuah pernyataan kepada Kansas City Star yang dinukil New York Post, Jumat (15/1/2021).
"Chansley menanggapi dengan serius pesan-pesan Presiden Trump yang tak terhitung jumlahnya," tambahnya.
“Seperti puluhan juta orang Amerika lainnya, Chansley merasa - untuk pertama kalinya dalam hidupnya - seolah-olah suaranya didengar,” ujarnya.
Chansley, yang juga menggunakan nama Jake Angeli atau QAnon Shaman, menjadi viral karena pakaiannya yang liar selama kerusuhan tersebut. Ia mengenakan topi berbulu bertanduk dan mencat wajahnya merah, putih dan biru.
Bertelanjang dada, ahli teori konspirasi ini mengacungkan tombak yang menggantungkan bendera Amerika saat dia membuat dirinya tontonan di panggung Senat AS.
"Pakaiannya konsisten dengan keyakinan Shaman yang dianutnya sejak lama," ungkap pengacaranya.
Chansley menyerahkan diri pada hari Sabtu dan menghadapi tuduhan melanggar ketertiban, masuk dengan cara kekerasan dan secara ilegal berada di ruang terbatas di dalam halaman Capitol.
Tapi Watkins mengatakan kliennya bersikap "damai dan patuh" selama penyerbuan, yang menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas polisi.
“Dia tidak bersenjata. Dia tidak melakukan kekerasan. Dia tidak merusak dan layak mendapatkan grasi dari panglima tertinggi yang akan lengser," ucap pengacara itu.
“Adalah pantas dan terhormat bagi presiden untuk memaafkan Chansley dan individu yang berpikiran sama serta damai yang menerima undangan presiden dengan niat yang terhormat,” tutur Watkins.
Chansley saat ini ditahan di penjara federal di Phoenix, Arizona sementara dia menunggu dakwaan di Washington atas perannya dalam pemberontakan itu.
Seorang hakim baru-baru ini memutuskan bahwa Chansley harus diizinkan untuk mendapatkan makanan organik sejalan dengan diet yang ketat di balik jeruji besi setelah dia menolak untuk makan apa pun.
(ber)