Ulama Muslim Pakistan Ikut Ditangkap dalam Pembakaran Kuil Hindu Berumur Seabad
loading...
A
A
A
ISLAMABAD - Jumlah tersangka yang ditangkap polisi Pakistan dalam penghancuran dan pembakaran kuil Hindu berumur seabadmencapai31 orang termasuk ulama Muslim lokal. Pembakaran tempat suci ini memicu kecaman keras para tokoh, termasuk Perdana Menteri Imran Khan.
Sekitar 1.500 massa Muslim mengamuk dan membakar kuil Hindu kuno di distrik Karak, sekitar 160 kilometer tenggara Peshawar, pada Rabu lalu. Amuk massa itu sebagai protes terhadap renovasi bangunan di sebelah kuil suci yang telah dibeli warga Hindu. Laporan lain menyebut renovasi dilakukan terhadap kuil Hindu dengan memperluas bangunannya. (Baca: Massa di Pakistan Mengamuk dan Bakar Kuil Hindu Berumur Seabad )
"Kami telah menangkap 26 orang termasuk ulama lokal karena merusak tempat ibadah dan menghasut orang untuk membuat kerusuhan," kata pejabat polisi setempat, Fazal Sher, kepada AFP yang dilansir Jumat (1/1/2021). Tak lama kemudian, jumlah orang yang ditangkap bertambah menjadi 31 orang.
Dia menambahkan polisi sedang mencari 50 orang lagi yang diidentifikasi dari video serangan itu.
Diskriminasi dan kekerasan terhadap agama minoritas di Pakistan telah lama jadi sorotan media-media internasional. Di negara ini, umat Muslim merupakan mayoritas dengan 97 persen dari total populasi dan Hindu hanya sekitar dua persen.
Kepala polisi distrik setempat, Irfanullah Khan, juga mengonfirmasi penangkapan puluhan orang tersebut.
Dia mengatakan kepada AFP bahwa sebuah rumah yang berdekatan dengan kuil baru-baru ini dibeli oleh komunitas Hindu dan sedang direnovasi, yang menyinggung penduduk setempat.
Umat Hindu tidak tinggal di daerah tersebut sejak pembagian India yang dikuasai Inggris pada tahun 1947 ketika Pakistan didirikan, tetapi umat Hindu sesekali mengunjungi kuil dan makam tokoh Hindu; Shri Paramhans, yang menurut kepercayaan Hindu meninggal di desa tersebut pada tahun 1919. (Baca juga: Pakistan Tangkap 31 Orang yang Bakar Kuil Hindu Berumur Seabad )
"Orang-orang ini telah membawa nama buruk ke daerah kami dan mencoreng citra negara," kata seorang penduduk setempat, Ameen Pashteen, kepada AFP, yang mengecam amuk massa Rabu lalu.
Di Karachi, ibu kota provinsi Sindh dan tempat sebagian besar penganut Hindu di negara itu, lebih dari 200 orang melakukan protes di luar Mahkamah Agung menyerukan keadilan.
“Anda harus menghormati agama orang lain. Kami adalah orang Pakistan, dan demi Tuhan, tidak ada yang perlu memberi kami sertifikat kesetiaan," kata Mangla Sharma, anggota majelis provinsi Sindh dari komunitas Hindu.
Gopal Kamuany, presiden Dewan Hindu Pakistan, menuduh pihak berwenang setempat menunggu saat serangan itu terjadi.
“Dalam video penyerangan tersebut, pemerintah hanya menonton diam-diam saat massa membongkar kuil. Keadilan macam apa ini," kesal Kamuany.
Awal bulan ini, Amerika Serikat menempatkan Pakistan pada daftar "negara dengan perhatian khusus" untuk pelanggaran kebebasan beragama.
"Penghancuran kuil Hindu di Karak adalah contoh lain dari diskriminasi terus-menerus yang dihadapi oleh komunitas Hindu yang terkepung di Pakistan," kata Rimmel Mohydin, juru kampanye Pakistan di Amnesty International.
Sekitar 1.500 massa Muslim mengamuk dan membakar kuil Hindu kuno di distrik Karak, sekitar 160 kilometer tenggara Peshawar, pada Rabu lalu. Amuk massa itu sebagai protes terhadap renovasi bangunan di sebelah kuil suci yang telah dibeli warga Hindu. Laporan lain menyebut renovasi dilakukan terhadap kuil Hindu dengan memperluas bangunannya. (Baca: Massa di Pakistan Mengamuk dan Bakar Kuil Hindu Berumur Seabad )
"Kami telah menangkap 26 orang termasuk ulama lokal karena merusak tempat ibadah dan menghasut orang untuk membuat kerusuhan," kata pejabat polisi setempat, Fazal Sher, kepada AFP yang dilansir Jumat (1/1/2021). Tak lama kemudian, jumlah orang yang ditangkap bertambah menjadi 31 orang.
Dia menambahkan polisi sedang mencari 50 orang lagi yang diidentifikasi dari video serangan itu.
Diskriminasi dan kekerasan terhadap agama minoritas di Pakistan telah lama jadi sorotan media-media internasional. Di negara ini, umat Muslim merupakan mayoritas dengan 97 persen dari total populasi dan Hindu hanya sekitar dua persen.
Kepala polisi distrik setempat, Irfanullah Khan, juga mengonfirmasi penangkapan puluhan orang tersebut.
Dia mengatakan kepada AFP bahwa sebuah rumah yang berdekatan dengan kuil baru-baru ini dibeli oleh komunitas Hindu dan sedang direnovasi, yang menyinggung penduduk setempat.
Umat Hindu tidak tinggal di daerah tersebut sejak pembagian India yang dikuasai Inggris pada tahun 1947 ketika Pakistan didirikan, tetapi umat Hindu sesekali mengunjungi kuil dan makam tokoh Hindu; Shri Paramhans, yang menurut kepercayaan Hindu meninggal di desa tersebut pada tahun 1919. (Baca juga: Pakistan Tangkap 31 Orang yang Bakar Kuil Hindu Berumur Seabad )
"Orang-orang ini telah membawa nama buruk ke daerah kami dan mencoreng citra negara," kata seorang penduduk setempat, Ameen Pashteen, kepada AFP, yang mengecam amuk massa Rabu lalu.
Di Karachi, ibu kota provinsi Sindh dan tempat sebagian besar penganut Hindu di negara itu, lebih dari 200 orang melakukan protes di luar Mahkamah Agung menyerukan keadilan.
“Anda harus menghormati agama orang lain. Kami adalah orang Pakistan, dan demi Tuhan, tidak ada yang perlu memberi kami sertifikat kesetiaan," kata Mangla Sharma, anggota majelis provinsi Sindh dari komunitas Hindu.
Gopal Kamuany, presiden Dewan Hindu Pakistan, menuduh pihak berwenang setempat menunggu saat serangan itu terjadi.
“Dalam video penyerangan tersebut, pemerintah hanya menonton diam-diam saat massa membongkar kuil. Keadilan macam apa ini," kesal Kamuany.
Awal bulan ini, Amerika Serikat menempatkan Pakistan pada daftar "negara dengan perhatian khusus" untuk pelanggaran kebebasan beragama.
"Penghancuran kuil Hindu di Karak adalah contoh lain dari diskriminasi terus-menerus yang dihadapi oleh komunitas Hindu yang terkepung di Pakistan," kata Rimmel Mohydin, juru kampanye Pakistan di Amnesty International.
(min)