3 Tindakan Rasis Israel Terhadap Warga Muslim di Tel Aviv
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Israel kerap dikritik para aktivis hak asasi manusia (HAM) karena tindakan rasis dan diskriminatif terhadap warga Muslim, baik yang berada di Israel maupun wilayah Palestina yang diduduki.
Tel Aviv, sebagai pusat ekonomi dan budaya Israel, tidak terkecuali dalam hal ini. Ironisnya, Israel mengeklaim sebagai negara paling demokratis di Timur Tengah.
Di Tel Aviv, salah satu bentuk diskriminasi yang paling jelas terhadap warga Muslim adalah dalam akses pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Meskipun Muslim Arab adalah sekitar 20% dari total populasi Israel, mereka menghadapi tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan warga Yahudi, terutama di pusat-pusat perkotaan seperti Tel Aviv.
Banyak perusahaan di Tel Aviv lebih memilih untuk mempekerjakan warga Yahudi daripada Muslim Arab, meskipun warga Muslim seringkali memiliki kualifikasi yang setara.
Ketika Muslim melamar pekerjaan, mereka sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan panggilan wawancara, atau mereka ditolak secara langsung setelah wawancara karena latar belakang etnis dan agama mereka.
Dalam hal pendidikan, sekolah-sekolah Arab di Israel, termasuk di Tel Aviv, cenderung menerima anggaran yang lebih rendah dan fasilitas yang kurang memadai dibandingkan dengan sekolah-sekolah Yahudi.
Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam kesempatan pendidikan dan keterampilan yang akhirnya berimbas pada kesempatan kerja yang terbatas bagi warga Muslim Arab di Tel Aviv.
Warga Muslim yang tinggal di daerah-daerah yang lebih miskin di Tel Aviv atau pinggiran kota sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses yang adil terhadap layanan kesehatan dan perumahan yang layak.
Tel Aviv, sebagai pusat ekonomi dan budaya Israel, tidak terkecuali dalam hal ini. Ironisnya, Israel mengeklaim sebagai negara paling demokratis di Timur Tengah.
3 Tindakan Rasis Israel Terhadap Warga Muslim di Tel Aviv
1. Pembedaan dalam Akses Pekerjaanhingga Kesejahteraan Sosial
Di Tel Aviv, salah satu bentuk diskriminasi yang paling jelas terhadap warga Muslim adalah dalam akses pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Meskipun Muslim Arab adalah sekitar 20% dari total populasi Israel, mereka menghadapi tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan warga Yahudi, terutama di pusat-pusat perkotaan seperti Tel Aviv.
Banyak perusahaan di Tel Aviv lebih memilih untuk mempekerjakan warga Yahudi daripada Muslim Arab, meskipun warga Muslim seringkali memiliki kualifikasi yang setara.
Ketika Muslim melamar pekerjaan, mereka sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan panggilan wawancara, atau mereka ditolak secara langsung setelah wawancara karena latar belakang etnis dan agama mereka.
Dalam hal pendidikan, sekolah-sekolah Arab di Israel, termasuk di Tel Aviv, cenderung menerima anggaran yang lebih rendah dan fasilitas yang kurang memadai dibandingkan dengan sekolah-sekolah Yahudi.
Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam kesempatan pendidikan dan keterampilan yang akhirnya berimbas pada kesempatan kerja yang terbatas bagi warga Muslim Arab di Tel Aviv.
Warga Muslim yang tinggal di daerah-daerah yang lebih miskin di Tel Aviv atau pinggiran kota sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses yang adil terhadap layanan kesehatan dan perumahan yang layak.