Azerbaijan-Armenia Tukar Tahanan Perang
loading...
A
A
A
YEREVAN - Azerbaijan dan Armenia telah mulai bertukar tahanan, sebuah langkah yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata antara kedua negara tetangga yang mengakhiri pertempuran baru-baru ini atas wilayah Nagorno Karabakh .
Otoritas Azerbaijan mengatakan pihak-pihak tersebut telah menyetujui pertukaran tahanan semua untuk semua, dan sebuah pesawat dengan beberapa tawanan telah mendarat di Azerbaijan pada 14 Desember lalu.
Sedangkan pejabat Armenia mengatakan sebuah pesawat Rusia yang membawa 44 tawanan Armenia mendarat di bandara Erebuni Yerevan pada sore hari.
“Pada tahap ini, para tawanan Armenia yang penangkapannya telah dikonfirmasi oleh Azerbaijan dan Palang Merah telah dikembalikan. Proses menemukan dan mengatur pemulangan rekan-rekan kami yang hilang dan kemungkinan ditangkap terus berlanjut,” tulis Wakil Perdana Menteri Tigran Avinian di halaman Facebook-nya seperti dilansir dari Radio Free Europe, Selasa (15/12/2020).
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa 12 tahanan telah diserahkan ke Azerbaijan dan 44 ke Armenia.
Pertukaran itu difasilitasi oleh penjaga perdamaian Rusia yang telah dikerahkan di dan sekitar Nagorno-Karabakh di bawah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Moskow. Kesepakatan itu mulai berlaku pada 10 November lalu setelah enam minggu pertempuran.
Tidak diketahui berapa banyak lagi tahanan yang ingin ditukar Azerbaijan dan Armenia.
Pertempuran di Nagormo Karabakh, yang menewaskan lebih dari 5.600 orang dari kedua belah pihak, adalah bentrokan terburuk di wilayah itu sejak awal 1990-an.(Baca juga: Viral, Tentara Azerbaijan Diduga Penggal Pria Tua Etnis Armenia )
Di bawah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Rusia, beberapa bagian di dalam dan sekitar Nagorno-Karabakh ditempatkan di bawah pemerintahan Azerbaijan setelah hampir 30 tahun dikendalikan oleh pasukan etnis Armenia.
Di Armenia, perjanjian gencatan senjata itu memicu kemarahan dan protes anti-pemerintah. Ribuan orang secara teratur turun ke jalan untuk menuntut penggulingan Perdana Menteri Nikol Pashinian atas penanganannya dalam konflik tersebut.
Ribuan orang berunjuk rasa di ibu kota Armenia pada 14 Desember, meneriakkan "Nikol, pergi!" dan "Armenia tanpa Nikol!"(Baca juga: Demonstran Armenia Serbu Gedung Pemerintah, Desak PM Mundur )
Pashinian, yang merebut kekuasaan di tengah protes nasional pada 2018, mengatakan dia tidak berencana untuk mundur, bersikeras bahwa dia menandatangani kesepakatan karena dia bertanggung jawab untuk memastikan keamanan nasional dan menstabilkan bekas republik Soviet itu.
Politisi oposisi telah menyerukan pembentukan pemerintahan sementara yang baru hingga pemilihan awal dapat diadakan dalam beberapa bulan mendatang.
Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi etnis Armenia yang merupakan sebagian besar penduduk di kawasan itu menolak pemerintahan Azerbaijan.
Mereka telah mengatur urusan mereka sendiri, dengan dukungan dari Armenia, sejak pasukan Azerbaijan dan warga sipil Azeri diusir dari wilayah tersebut dan tujuh distrik yang berdekatan dalam perang yang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1994.
Otoritas Azerbaijan mengatakan pihak-pihak tersebut telah menyetujui pertukaran tahanan semua untuk semua, dan sebuah pesawat dengan beberapa tawanan telah mendarat di Azerbaijan pada 14 Desember lalu.
Sedangkan pejabat Armenia mengatakan sebuah pesawat Rusia yang membawa 44 tawanan Armenia mendarat di bandara Erebuni Yerevan pada sore hari.
“Pada tahap ini, para tawanan Armenia yang penangkapannya telah dikonfirmasi oleh Azerbaijan dan Palang Merah telah dikembalikan. Proses menemukan dan mengatur pemulangan rekan-rekan kami yang hilang dan kemungkinan ditangkap terus berlanjut,” tulis Wakil Perdana Menteri Tigran Avinian di halaman Facebook-nya seperti dilansir dari Radio Free Europe, Selasa (15/12/2020).
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa 12 tahanan telah diserahkan ke Azerbaijan dan 44 ke Armenia.
Pertukaran itu difasilitasi oleh penjaga perdamaian Rusia yang telah dikerahkan di dan sekitar Nagorno-Karabakh di bawah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Moskow. Kesepakatan itu mulai berlaku pada 10 November lalu setelah enam minggu pertempuran.
Tidak diketahui berapa banyak lagi tahanan yang ingin ditukar Azerbaijan dan Armenia.
Pertempuran di Nagormo Karabakh, yang menewaskan lebih dari 5.600 orang dari kedua belah pihak, adalah bentrokan terburuk di wilayah itu sejak awal 1990-an.(Baca juga: Viral, Tentara Azerbaijan Diduga Penggal Pria Tua Etnis Armenia )
Di bawah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Rusia, beberapa bagian di dalam dan sekitar Nagorno-Karabakh ditempatkan di bawah pemerintahan Azerbaijan setelah hampir 30 tahun dikendalikan oleh pasukan etnis Armenia.
Di Armenia, perjanjian gencatan senjata itu memicu kemarahan dan protes anti-pemerintah. Ribuan orang secara teratur turun ke jalan untuk menuntut penggulingan Perdana Menteri Nikol Pashinian atas penanganannya dalam konflik tersebut.
Ribuan orang berunjuk rasa di ibu kota Armenia pada 14 Desember, meneriakkan "Nikol, pergi!" dan "Armenia tanpa Nikol!"(Baca juga: Demonstran Armenia Serbu Gedung Pemerintah, Desak PM Mundur )
Pashinian, yang merebut kekuasaan di tengah protes nasional pada 2018, mengatakan dia tidak berencana untuk mundur, bersikeras bahwa dia menandatangani kesepakatan karena dia bertanggung jawab untuk memastikan keamanan nasional dan menstabilkan bekas republik Soviet itu.
Politisi oposisi telah menyerukan pembentukan pemerintahan sementara yang baru hingga pemilihan awal dapat diadakan dalam beberapa bulan mendatang.
Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi etnis Armenia yang merupakan sebagian besar penduduk di kawasan itu menolak pemerintahan Azerbaijan.
Mereka telah mengatur urusan mereka sendiri, dengan dukungan dari Armenia, sejak pasukan Azerbaijan dan warga sipil Azeri diusir dari wilayah tersebut dan tujuh distrik yang berdekatan dalam perang yang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1994.
(ber)