Viral, Tentara Azerbaijan Diduga Penggal Pria Tua Etnis Armenia
loading...
A
A
A
YEREVAN - Sebuah video yang menunjukkan tentara Azerbaijan diduga memenggal pria tua etnis Armenia di Nagorno-Karabakh viral di media sosial. Jika terkonfirmasi, eksekusi warga sipil oleh militer tersebut bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang.
Video dugaan eksekusi brutal itu ramai dibagikan para pengguna media sosial ketika Menteri Luar Negeri Armenia Ara Ayvazyan melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian di Yerevan. Mengutip kantor berita Sputnik, Rabu (9/12/2020), pertemuan itu dimanfaatkan Ayvazyan untuk menuduh Azerbaijan sedang melakukan "pembersihan etnis" di Nagorno-Karabakh. (Baca: "Pesawat Kiamat" Dibobol Pencuri, Kremlin Anggap Situasi Darurat )
Dia juga memperingatkan bahwa ketentuan gencatan senjata saat ini mungkin tidak berlaku. "Dengan melancarkan agresi militer terhadap (provinsi yang)menentukan nasib sendiri, Azerbaijan dan Turki telah melanggar kewajiban internasional mereka. Azerbaijan juga telah melanggar kewajibannya dalam proses perdamaian," katanya.
Video dugaan eksekusi terhadap warga sipil di Nagorno-Karabakah ini, menurut pihak Armenia, hanyalah salah satu dari serangkaian kejahatan perang yang dilakukan selama konflik Nagorno-Karabakh baru-baru ini.
Dalam rekaman video yang tidak diautentikasi, dan telah dibagikan secara luas oleh pengguna media sosial, seorang pria tua yang dilaporkan sebagai etnis Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh terlihat ditembaki oleh seorang pria berseragam tentara, sebelum dipenggal. (Baca juga: Seorang Wanita Arab Calonkan Diri sebagai Presiden Israel )
Pada bulan Oktober, video viral lainnya memicu kekhawatiran bahwa kejahatan perang dilakukan dalam konflik tersebut. Rekaman video saat itu menunjukkan dua pria Armenia ditangkap sebelum ditembak dengan tangan terikat di belakang punggung. Otoritas Armenia mengidentifikasi mereka bernama Benik Hakobyan, 73, dan Yuri Adamyan, 25.
Dewan Eropa, pengawas hukum teratas di benua itu, mengonfirmasi bahwa mereka akan memeriksa video tersebut sebagai dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Namun, keesokan harinya, pejabat hukum tertinggi Azerbaijan mengumumkan bahwa penyelidikan atas video tersebut menyimpulkan bahwa video itu palsu.
Pada saat itu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan kepada wartawan bahwa ketegangan etnis yang mendalam mendukung konflik tersebut. Dia mengklaim bahwa Turki—yang memberikan dukungan kepada Azerbaijan—telah kembali ke Kaukasus Selatan seratus tahun kemudian untuk melanjutkan kebijakan genosida terhadap orang Armenia.
Baku juga menuduh Yerevan melakukan pelanggaran serupa terhadap hukum yang mengatur perang. Pada November, Azerbaijan mengumumkan bahwa mereka akan membuka penyelidikan atas potensi kejahatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak selama pertempuran sengit atas provinsi yang disengketakan itu.
Video lain yang dibagikan di media sosial dilaporkan menunjukkan pasukan Armenia mengeksekusi dan memenggal seorang tawanan perang Azerbaijan.
Pada November, kedua belah pihak mengumumkan kesepakatan gencatan senjata setelah pembicaraan yang ditengahi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Moskow mengumumkan akan mengerahkan pasukan ke wilayah tersebut, untuk bertindak sebagai penghalang antara kedua belah pihak, serta untuk melindungi warga sipil.
Pemeriksa fakta telah mengeluarkan peringatan atas sejumlah video mengejutkan yang muncul dari pertempuran di Nagorno-Karbakh, yang mereka klaim sebagai bagian dari "perang informasi" yang sedang berlangsung. Satu video, yang menarik lebih dari seperempat juta penayangan di Twitter, menunjukkan orang Iran menyaksikan bentrokan pasukan Azerbaijan dan Armenia, seolah-olah itu adalah acara olahraga. Namun, sejak itu terungkap bahwa video itu diambil dari peragaan ulang militer di Rusia pada 2019.
Video dugaan eksekusi brutal itu ramai dibagikan para pengguna media sosial ketika Menteri Luar Negeri Armenia Ara Ayvazyan melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian di Yerevan. Mengutip kantor berita Sputnik, Rabu (9/12/2020), pertemuan itu dimanfaatkan Ayvazyan untuk menuduh Azerbaijan sedang melakukan "pembersihan etnis" di Nagorno-Karabakh. (Baca: "Pesawat Kiamat" Dibobol Pencuri, Kremlin Anggap Situasi Darurat )
Dia juga memperingatkan bahwa ketentuan gencatan senjata saat ini mungkin tidak berlaku. "Dengan melancarkan agresi militer terhadap (provinsi yang)menentukan nasib sendiri, Azerbaijan dan Turki telah melanggar kewajiban internasional mereka. Azerbaijan juga telah melanggar kewajibannya dalam proses perdamaian," katanya.
Video dugaan eksekusi terhadap warga sipil di Nagorno-Karabakah ini, menurut pihak Armenia, hanyalah salah satu dari serangkaian kejahatan perang yang dilakukan selama konflik Nagorno-Karabakh baru-baru ini.
Dalam rekaman video yang tidak diautentikasi, dan telah dibagikan secara luas oleh pengguna media sosial, seorang pria tua yang dilaporkan sebagai etnis Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh terlihat ditembaki oleh seorang pria berseragam tentara, sebelum dipenggal. (Baca juga: Seorang Wanita Arab Calonkan Diri sebagai Presiden Israel )
Pada bulan Oktober, video viral lainnya memicu kekhawatiran bahwa kejahatan perang dilakukan dalam konflik tersebut. Rekaman video saat itu menunjukkan dua pria Armenia ditangkap sebelum ditembak dengan tangan terikat di belakang punggung. Otoritas Armenia mengidentifikasi mereka bernama Benik Hakobyan, 73, dan Yuri Adamyan, 25.
Dewan Eropa, pengawas hukum teratas di benua itu, mengonfirmasi bahwa mereka akan memeriksa video tersebut sebagai dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Namun, keesokan harinya, pejabat hukum tertinggi Azerbaijan mengumumkan bahwa penyelidikan atas video tersebut menyimpulkan bahwa video itu palsu.
Pada saat itu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan kepada wartawan bahwa ketegangan etnis yang mendalam mendukung konflik tersebut. Dia mengklaim bahwa Turki—yang memberikan dukungan kepada Azerbaijan—telah kembali ke Kaukasus Selatan seratus tahun kemudian untuk melanjutkan kebijakan genosida terhadap orang Armenia.
Baku juga menuduh Yerevan melakukan pelanggaran serupa terhadap hukum yang mengatur perang. Pada November, Azerbaijan mengumumkan bahwa mereka akan membuka penyelidikan atas potensi kejahatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak selama pertempuran sengit atas provinsi yang disengketakan itu.
Video lain yang dibagikan di media sosial dilaporkan menunjukkan pasukan Armenia mengeksekusi dan memenggal seorang tawanan perang Azerbaijan.
Pada November, kedua belah pihak mengumumkan kesepakatan gencatan senjata setelah pembicaraan yang ditengahi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Moskow mengumumkan akan mengerahkan pasukan ke wilayah tersebut, untuk bertindak sebagai penghalang antara kedua belah pihak, serta untuk melindungi warga sipil.
Pemeriksa fakta telah mengeluarkan peringatan atas sejumlah video mengejutkan yang muncul dari pertempuran di Nagorno-Karbakh, yang mereka klaim sebagai bagian dari "perang informasi" yang sedang berlangsung. Satu video, yang menarik lebih dari seperempat juta penayangan di Twitter, menunjukkan orang Iran menyaksikan bentrokan pasukan Azerbaijan dan Armenia, seolah-olah itu adalah acara olahraga. Namun, sejak itu terungkap bahwa video itu diambil dari peragaan ulang militer di Rusia pada 2019.
(min)