Demonstran Armenia Serbu Gedung Pemerintah, Desak PM Mundur

Jum'at, 11 Desember 2020 - 17:11 WIB
loading...
Demonstran Armenia Serbu...
Demonstran menyerbu masuk gedung pemerintah Armenia. Foto/Anadolu
A A A
YEREVAN - Demonstran menyerbu gedung pemerintah dan mendesak Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan mengundurkan diri.

Para demonstran mencoba masuk ke dalam gedung saat rapat kabinet sedang berlangsung.

Polisi turun tangan hingga bentrok pecah antara kedua belah pihak. Lebih dari 40 orang ditangkap dalam unjuk rasa itu.

Protes meletus di Armenia sejak bulan lalu setelah PM Pashinyan menerima kekalahan perang dengan menandatangani kesepakatan dengan Azerbaijan dan Rusia untuk menghentikan perebutan daerah Karabakh Atas. (Baca Juga: Tangkal Manuver China, Taiwan Kerahkan Kapal Penjaga Pantai Baru)

Pada Sabtu, partai-partai oposisi di Armenia memberi waktu kepada Pashinyan hingga 8 Desember untuk mengundurkan diri. (Lihat Infografis: Pertama dalam Sejarah AS, Kapal Induk Nuklir Dipimpin Perempuan)

Kelompok oposisi memperingatkan dia akan terjadi pembangkangan sipil di penjuru negeri jika dia tidak mengundurkan diri. (Lihat Video: Akan Diperiksa, Kuasa Hukum: Kemungkinan Rizieq Belum Bisa Datang)

Hubungan antara bekas republik Soviet di Azerbaijan dan Armenia tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, yang juga disebut Nagorno-Karabakh.



Pertempuran baru meletus pada 27 September. Tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.

Selama konflik 44 hari, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 permukiman dan desa dari pendudukan Armenia.

Pada 10 November, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran.

Gencatan senjata dipandang sebagai kemenangan Azerbaijan dan kekalahan Armenia dengan tentaranya ditarik mundur sesuai kesepakatan.

Kesepakatan ini memicu protes di Armenia. Publik yang tidak terima kekalahan itu pun meluapkan kemarahan pada pemerintah.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1811 seconds (0.1#10.140)