Dunia Waspadai Covid-19 Gelombang Kedua

Rabu, 13 Mei 2020 - 06:20 WIB
loading...
Dunia Waspadai Covid-19 Gelombang Kedua
Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Gelombang kedua virus corona (Covid-19) menjadi kewaspadaan baru yang kini tengah dihadapi sejumlah negara. Masih rendahnya kesadaran publik dan pelonggaran lockdown menjadi satu di antara pemicu peningkatan virus yang telah memakan korban jiwa hingga empat juta orang tersebut.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mewanti-wanti agar perlu kewaspadaan ekstrem saat pelonggaran karantina wilayah atau lockdown diberlakukan. Peningkatan kasus baru antara lain terjadi di Jerman, China, dan Korea Selatan. Jerman sebelumnya melaporkan akselerasi baru infeksi virus korona setelah memperlonggar lockdown.

Pada Minggu (10/5/2020), kasus baru di China juga dilaporkan muncul lagi di Wuhan, tempat virus ini berawal, setelah sebulan dinyatakan nihil. Sedangkan Korea Selatan dilaporkan sukses menekan penyebaran Covid-19, tetapi kini muncul wabah baru di kluster klub malam.

Di Indonesia kasus positif Covid-19 hingga kemarin telah menembus 14.749 orang dengan 1.007 orang meninggal dunia dan 3.063 lainnya dinyatakan sembuh. Pusat sebaran terbesar masih berada di Pulau Jawa yang mencapai 70%. Upaya memutus rantai sebaran virus dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga telah diterapkan di puluhan daerah dan hingga kini belum satu pun yang berakhir. Namun, sejumlah daerah berencana memperlonggar PSBB seperti Jawa Barat karena menilai kebijakan itu telah memberikan dampak efektif. (Baca: RS Corona di Rusia Terbakar, Lima Pasien tewas Terpanggang)

Direktur Program Kedaruratan WHO Mike Ryan mengungkapkan, ada beberapa negara yang mulai memperlonggar lockdown karena sudah menganggap bisa keluar dari penyebaran virus korona. “Faktanya, ternyata masih diperlukan kewaspadaan ekstrem,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, ketika penyakit virus corona berada pada level rendah, tetap ada risiko kemungkinan virus tersebut bangkit dan beraksi lagi. Ryan pun berharap Jerman, Korea Selatan, dan negara lain mampu menekan kluster baru dan meningkatkan kewaspadaan. Menurut dia, kunci utamanya adalah menghindari kerumunan agar tidak muncul gelombang kedua Covid-19. “Sungguh sangat penting bagi negara untuk membuka mata dan tetap menjaga mata, “ katanya tanpa menyebut nama negara itu. “Jangan pernah menutup mata,” tandasnya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan, pencabutan ataupun pelonggaran lockdown memang merupakan hal yang sulit dan kompleks. Namun, pelonggaran tersebut memang bisa melindungi kehidupan dan masyarakat. “Tapi, Jerman, Korsel, dan China melaporkan adanya kluster baru di luar episentrum,” ucapnya.

Dalam penelitian terbarunya, WHO menyatakan bahwa tingkat antibodi manusia pada populasi ternyata lebih rendah dibandingkan yang diperkirakan. Itu berarti sebagian besar manusia tetap rawan terinfeksi virus corona. “Ada pola yang konsisten pada sebagian populasi yang memiliki antibodi yang lemah,” kata pakar epidemologi WHO Maria van Kerkhove.

Mengenai rentannya infeksi Covid-19, Ryan memperingatkan negara-negara yang melonggarkan lockdown agar tidak perlu menerapkan kekebalan kelompok. “Kekebalan kelompok sangat berbahaya, kalkulasi yang berbahaya,” ujarnya. (Baca juga: Horor Covid-19 di India: Mayat-mayat Tergeletak di Sebelah Pasien)

Dari China dilaporkan, jumlah kasus Covid-19 menunjukkan peningkatan yakni 17 kasus baru pada Minggu (10/5/2020). Itu menjadi angka tertinggi sejak 28 April silam. Kasus baru tersebut kasus impor termasuk warga China yang baru datang dari luar negeri. Selain itu, lima kasus baru juga berasal dari Wuhan, pusat epidemi virus corona. Itu memicu kekhawatiran kalau penyebaran virus corona akan kembali meluas lagi di Wuhan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1045 seconds (0.1#10.140)