Alasan Keamanan, Koran Denmark Tolak Terbitkan Kartun Nabi Muhammad SAW
loading...
A
A
A
COPENHAGEN - Sebuah koran Denmark, yang pertama kali menerbitkan kartun atau karikatur Nabi Muhammad SAW pada tahun 2005, menolak untuk mencetak karikatur Nabi SAW. Masalah keamanan menjadi alasan utama.
Koran Jyllands-Posten sejatinya menjadi surat kabar yang memulai debat atas kritik terhadap Islam. Namun, koran itu mengatakan tidak akan mencetak kartun Nabi Muhammad sebagai bagian dari kampanye periklanan politik. (Baca: Guru Belgia Diskors karena Pertontonkan Kartun Nabi Muhammad SAW )
Pemimpin redaksinya, Jacob Nybroe, mengatakan bahwa korannya tidak akan berpartisipasi dalam kampanye iklan yang diluncurkan oleh partai politik Denmark, New Right, yang akan menampilkan karikatur Nabi Muhammad sebagai cara untuk menunjukkan dukungan untuk para korban kekerasan ekstremis Islam dan menjelaskan bahwa Denmark tidak akan tunduk saat diancam dengan kekerasan, pembunuhan, dan teror.
Iklan tersebut, yang bekerja sama dengan majalah satire Prancis; Charlie Hebdo , akan menyertakan kartun yang digunakan oleh guru sekolah Prancis , Samuel Paty, dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara dan berekspresi. Seorang pengungsi Chechnya yang radikal memenggal kepala Paty pada 16 Oktober lalu sebagai pembalasan atas pelajaran tersebut. (Baca: Partai Sayap Kanan Denmark Galang Dana Cetak Ulang Kartun Nabi Muhammad )
Nybroe mengatakan kepada media Denmark bahwa dia bersimpati dengan "deklarasi solidaritas" dari partai sayap kanan. Namun, korannya tidak dapat mencetak iklan tersebut, setelah pihak berwenang menggagalkan empat serangan terpisah yang direncanakan terhadap organisasi medianya.
Staf koran juga menjadi sasaran di masa lalu. Kartunis yang berkontribusi, Kurt Westergaard, selamat dari serangan tahun 2010 ketika seorang pria bersenjata masuk ke rumahnya.
“Keamanan bagi kami sayangnya bukan pertimbangan teoretis, moral, atau politik,” kata Nybroe dalam email kepada Journalisten yang dilansir Sabtu (31/10/2020). (Baca: Khamenei: Macron Bodoh, Menghina Nabi Muhammad Harusnya Jadi Kejahatan di Prancis )
Dia berargumen bahwa korannya harus beroperasi di tempat terbuka dan oleh karena itu tidak mampu mengambil risiko yang tidak perlu yang akan menempatkan stafnya dalam bahaya langsung.
"Saya berharap itu berbeda, bahwa kita dapat mengekspresikan diri kita dengan bebas, seperti yang kita lakukan dalam semua hal lainnya. Tapi kekerasan berhasil," ujarnya.
“Hanya dalam satu keadaan kami menunjukkan kehati-hatian, yakni, pada kenyataannya, sensor yang dilakukan pada kami dengan ancaman: kami jangan menunjukkan gambar Nabi Muhammad," ujar Nybroe. (Baca juga: Setelah Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Pajang Kartun Cabul Erdogan )
Tiga surat kabar Denmark lainnya mengatakan mereka perlu meninjau iklan tersebut sebelum membuat keputusan tentang apakah akan menerbitkannya atau tidak.
Namun, keputusan Jyllands-Posten untuk tidak menjalankan pesan politik yang provokatif memiliki arti penting tertentu. Koran Copenhagen tersebut menjadi berita utama internasional setelah mencetak 12 kartun editorial pada tahun 2005, yang sebagian besar menggambarkan Nabi Muhammad. Perdana Menteri Denmark pada saat itu, Anders Fogh Rasmussen, menggambarkan skandal internasional yang terjadi, termasuk protes kekerasan di seluruh dunia, sebagai krisis internasional Denmark yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Surat kabar itu mengatakan bahwa koleksi kartun itu dimaksudkan untuk memicu diskusi tentang kritik terhadap Islam dan sensor diri. Charlie Hebdo kemudian menerbitkan ulang beberapa kartun, yang mengarah ke serangan terhadap kantor majalah Prancis di Paris oleh sekelompok militan tahun 2015.
Prancis telah berjanji untuk menindak ekstremisme Islam setelah pembunuhan Paty. Negara itu telah menderita dari serangkaian serangan pisau, dengan yang terbaru, serangan teroris di sebuah gereja di Nice yang menyebabkan kematian tiga orang. Pejabat Prancis telah meningkatkan sistem peringatan teror nasional ke tingkat maksimum karena pemerintah memperingatkan bahwa serangan lebih lanjut diperkirakan akan terjadi.
Lihat Juga: Tak Mau Bebani Kelas Menengah Imbas Defisit Anggaran, PM Perancis Naikkan Pajak Orang Kaya
Koran Jyllands-Posten sejatinya menjadi surat kabar yang memulai debat atas kritik terhadap Islam. Namun, koran itu mengatakan tidak akan mencetak kartun Nabi Muhammad sebagai bagian dari kampanye periklanan politik. (Baca: Guru Belgia Diskors karena Pertontonkan Kartun Nabi Muhammad SAW )
Pemimpin redaksinya, Jacob Nybroe, mengatakan bahwa korannya tidak akan berpartisipasi dalam kampanye iklan yang diluncurkan oleh partai politik Denmark, New Right, yang akan menampilkan karikatur Nabi Muhammad sebagai cara untuk menunjukkan dukungan untuk para korban kekerasan ekstremis Islam dan menjelaskan bahwa Denmark tidak akan tunduk saat diancam dengan kekerasan, pembunuhan, dan teror.
Iklan tersebut, yang bekerja sama dengan majalah satire Prancis; Charlie Hebdo , akan menyertakan kartun yang digunakan oleh guru sekolah Prancis , Samuel Paty, dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara dan berekspresi. Seorang pengungsi Chechnya yang radikal memenggal kepala Paty pada 16 Oktober lalu sebagai pembalasan atas pelajaran tersebut. (Baca: Partai Sayap Kanan Denmark Galang Dana Cetak Ulang Kartun Nabi Muhammad )
Nybroe mengatakan kepada media Denmark bahwa dia bersimpati dengan "deklarasi solidaritas" dari partai sayap kanan. Namun, korannya tidak dapat mencetak iklan tersebut, setelah pihak berwenang menggagalkan empat serangan terpisah yang direncanakan terhadap organisasi medianya.
Staf koran juga menjadi sasaran di masa lalu. Kartunis yang berkontribusi, Kurt Westergaard, selamat dari serangan tahun 2010 ketika seorang pria bersenjata masuk ke rumahnya.
“Keamanan bagi kami sayangnya bukan pertimbangan teoretis, moral, atau politik,” kata Nybroe dalam email kepada Journalisten yang dilansir Sabtu (31/10/2020). (Baca: Khamenei: Macron Bodoh, Menghina Nabi Muhammad Harusnya Jadi Kejahatan di Prancis )
Dia berargumen bahwa korannya harus beroperasi di tempat terbuka dan oleh karena itu tidak mampu mengambil risiko yang tidak perlu yang akan menempatkan stafnya dalam bahaya langsung.
"Saya berharap itu berbeda, bahwa kita dapat mengekspresikan diri kita dengan bebas, seperti yang kita lakukan dalam semua hal lainnya. Tapi kekerasan berhasil," ujarnya.
“Hanya dalam satu keadaan kami menunjukkan kehati-hatian, yakni, pada kenyataannya, sensor yang dilakukan pada kami dengan ancaman: kami jangan menunjukkan gambar Nabi Muhammad," ujar Nybroe. (Baca juga: Setelah Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Pajang Kartun Cabul Erdogan )
Tiga surat kabar Denmark lainnya mengatakan mereka perlu meninjau iklan tersebut sebelum membuat keputusan tentang apakah akan menerbitkannya atau tidak.
Namun, keputusan Jyllands-Posten untuk tidak menjalankan pesan politik yang provokatif memiliki arti penting tertentu. Koran Copenhagen tersebut menjadi berita utama internasional setelah mencetak 12 kartun editorial pada tahun 2005, yang sebagian besar menggambarkan Nabi Muhammad. Perdana Menteri Denmark pada saat itu, Anders Fogh Rasmussen, menggambarkan skandal internasional yang terjadi, termasuk protes kekerasan di seluruh dunia, sebagai krisis internasional Denmark yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Surat kabar itu mengatakan bahwa koleksi kartun itu dimaksudkan untuk memicu diskusi tentang kritik terhadap Islam dan sensor diri. Charlie Hebdo kemudian menerbitkan ulang beberapa kartun, yang mengarah ke serangan terhadap kantor majalah Prancis di Paris oleh sekelompok militan tahun 2015.
Prancis telah berjanji untuk menindak ekstremisme Islam setelah pembunuhan Paty. Negara itu telah menderita dari serangkaian serangan pisau, dengan yang terbaru, serangan teroris di sebuah gereja di Nice yang menyebabkan kematian tiga orang. Pejabat Prancis telah meningkatkan sistem peringatan teror nasional ke tingkat maksimum karena pemerintah memperingatkan bahwa serangan lebih lanjut diperkirakan akan terjadi.
Lihat Juga: Tak Mau Bebani Kelas Menengah Imbas Defisit Anggaran, PM Perancis Naikkan Pajak Orang Kaya
(min)