Milenial Kecewa Sistem Demokrasi
loading...
A
A
A
Bagaimana dengan nasib demokrasi di Indonesia? Para peneliti Universitas Cambridge mengungkapkan, demokrasi di Tanah Air mengalami transisi sejak pengunduran diri Soeharto pada 1998. Namun liberalisasi politik mengalami tantangan konflik etnik dan sektarian.
“Tantangan demokrasi di Indonesia juga berkaitan dengan klientelisme tingkat rendah yang juga menjadi gangguan serta kebebasan berekspresi belum bisa dirasakan,” ungkap mereka dalam analisisnya.
Indonesia bersama dengan Filipina dan Malaysia dianggap sebagai negara demokrasi yang masih berkembang. Survei Universitas Cambridge juga menunjukkan adanya optimisme terhadap kondisi dan performa negara-negara tersebut atas institusi demokrasinya.
Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia (UI) Hurriyah menilai kekecewaan para milenial terhadap sistem demokrasi muncul karena ada kesenjangan antara cita-cita demokrasi dengan realitas yang terjadi.
Selama ini demokrasi di mata masyarakat identik dengan janji kebebasan, kesejahteraan, dan good government. Masyarakat memandang seharusnya demokrasi memberikan kesetaraan dalam menyuarakan pendapat dan partisipasi dalam politik. “Ini seperti yang saat ini tidak diperoleh oleh anak-anak muda,” jelasnya.
Secara global hari ini demokrasi dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang sebenarnya tidak punya orientasi dan tujuan yang demokrasi. Di beberapa negara malah dimanfaatkan oleh kaum populis seperti Donald Trump dan Jair Bolsonaro. Selain itu, demokrasi juga kadang “dibajak” oleh oligarki. (Lihat videonya: 3 Penumpang Tewas Akibat Perahu Wisata Terbalik di Pandeglang)
“Akhirnya sistemnya demokrasi, tetapi secara nilai dan substansi jauh dari nilai-nilai demokrasi. Dalam konteks Indonesia, sejak 2004 kita punya presiden yang terpilih secara demokratis. Akan tetapi, ketika memerintah justru tidak demokratis. Ini jadi persoalan juga,” tegasnya.
Selain itu, milenial juga kecewa dengan demokrasi terkait persoalan khas yang dihadapi. Menurut dia, para milenial ini sangat konsen dengan isu ekonomi seperti pekerjaan dan kebutuhan hidup. Beberapa waktu lalu ada riset yang menyebutkan milenial akan kesulitan untuk membeli rumah karena harganya yang meroket. (Muh Shamil)
“Tantangan demokrasi di Indonesia juga berkaitan dengan klientelisme tingkat rendah yang juga menjadi gangguan serta kebebasan berekspresi belum bisa dirasakan,” ungkap mereka dalam analisisnya.
Indonesia bersama dengan Filipina dan Malaysia dianggap sebagai negara demokrasi yang masih berkembang. Survei Universitas Cambridge juga menunjukkan adanya optimisme terhadap kondisi dan performa negara-negara tersebut atas institusi demokrasinya.
Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia (UI) Hurriyah menilai kekecewaan para milenial terhadap sistem demokrasi muncul karena ada kesenjangan antara cita-cita demokrasi dengan realitas yang terjadi.
Selama ini demokrasi di mata masyarakat identik dengan janji kebebasan, kesejahteraan, dan good government. Masyarakat memandang seharusnya demokrasi memberikan kesetaraan dalam menyuarakan pendapat dan partisipasi dalam politik. “Ini seperti yang saat ini tidak diperoleh oleh anak-anak muda,” jelasnya.
Secara global hari ini demokrasi dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang sebenarnya tidak punya orientasi dan tujuan yang demokrasi. Di beberapa negara malah dimanfaatkan oleh kaum populis seperti Donald Trump dan Jair Bolsonaro. Selain itu, demokrasi juga kadang “dibajak” oleh oligarki. (Lihat videonya: 3 Penumpang Tewas Akibat Perahu Wisata Terbalik di Pandeglang)
“Akhirnya sistemnya demokrasi, tetapi secara nilai dan substansi jauh dari nilai-nilai demokrasi. Dalam konteks Indonesia, sejak 2004 kita punya presiden yang terpilih secara demokratis. Akan tetapi, ketika memerintah justru tidak demokratis. Ini jadi persoalan juga,” tegasnya.
Selain itu, milenial juga kecewa dengan demokrasi terkait persoalan khas yang dihadapi. Menurut dia, para milenial ini sangat konsen dengan isu ekonomi seperti pekerjaan dan kebutuhan hidup. Beberapa waktu lalu ada riset yang menyebutkan milenial akan kesulitan untuk membeli rumah karena harganya yang meroket. (Muh Shamil)
(ysw)