9 Anak ‘Bau Kencur’ Pendobrak Perubahan di Dunia

Minggu, 25 Oktober 2020 - 16:15 WIB
loading...
A A A
Hector Pieterson adalah seorang anak muda kulit hitam Afrika Selatan yang terbunuh selama pemberontakan Soweto. Protes yang dipimpin oleh siswa tahun 1976 ini berakar pada keputusan pemerintah yang menyebut anak-anak tidak lagi diajar di sekolah dalam bahasa Inggris, tetapi Afrikaans, bahasa penindas kolonial mereka.

Untuk memprotes hal itu, Hector dan kawan-kawannya menggelar demonstrasi namun langsung dihalau polisi dengan menembakkan gas air mata. Kekacauan meletus dan Pieterson terkena tembakan pihak aparat. Kakak perempuan dan aktivis anti-apartheid Mbuyisa Makhubu membawa Hector ke rumah sakit, tetapi di perjalanan dia meninggal.

Diabadikan oleh jurnalis foto Sam Nzima, foto ikonik Pieterson tengah dibopong Mbuyisa menjadi simbol yang kuat dari kebrutalan pemerintah apartheid dan perjuangan melawan ketidaksetaraan rasial.

5. Samantha Smith (1972 – 1985)

9 Anak ‘Bau Kencur’ Pendobrak Perubahan di Dunia


Fakta dan peranan : Mampu meredakan ketegangan perang Dingin antara AS-Rusia lewat sepucuk surat yang ditulisnya di usia 10 tahun. (Baca juga: Tiga Hal yang Ganu Penerbangan Pesawat, Salahsatunya Musik Dangdut)

Seorang anak yang terlahir di masa Perang Dingin asal AS, Samantha Smith yang berusia 10 tahun menulis surat kepada Yuri Andropov, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet. Dalam suratnya, Samantha menyarankan agar Rusia dan AS mengesampingkan perbedaan mereka dan hidup berdampingan dengan damai.

Tersentuh oleh kata-katanya, Andropov mengundang Smith dan keluarganya mengunjungi Uni Soviet. Peristiwa itu menarik banyak minat internasional hingga kemudian Smith mendapat julukan sebagai "Duta Besar Termuda Amerika."

Setelah dewasa, Smith justru mengejar karier di bidang akting. Pada 1985 ia meninggal di usia sangat belia yakni 13 tahun setelah mengalami kecelakaan pesawat fatal. Meskipun umurnya pendek, dia membuat pengaruh besar meredakan ketegangan Perang Dingin. Selain suratnya yang diterbitkan di surat kabar Rusia Pravda, sebuah monumen dibangun untuk menghormatinya di Moskow.

6. Iqbal Masih (1983- 1995)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1149 seconds (0.1#10.140)