Palestina: UEA dan Bahrain Lebih Israel daripada Israel
loading...
A
A
A
PARIS - Duta Besar Palestina untuk Prancis mengutuk Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain karena menormalisasi hubungan dengan Israel secara penuh. Ia menyebut bahwa UEA dan Bahrain telah menjadi lebih Israel daripada Israel.
Dalam wawancara dengan majalah Prancis Le Point, Salman El-Herfi menuduh negara-negara Teluk tengah melakukan pemanasa menjadi Israel lebih daripada Israel. Mereka juga telah melanggar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut diplomat Palestina itu, kesepakatan antara Israel dan negara-negara Arab tidaklah mengejutkan. Ia menegaskan bahwa UEA telah lama meninggalkan perjuangan Palestina.
“Satu-satunya hal baru adalah formalisasi hubungan ini. Saya berterima kasih karena telah mengungkapkan wajah asli Anda. Yang benar, Emirates (UEA) tidak pernah memihak Palestina,” ujar El-Herfi.
“Sebenarnya, Emirates (UEA) tidak pernah memihak Palestina. Ini dimulai pada tahun 1985, setelah invasi Israel ke Lebanon, ketika UEA membekukan bantuan kepada Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Ini berlanjut setelah Kuwait dibebaskan oleh Amerika Serikat pada tahun 1991, ketika bantuan ini dihentikan sama sekali,” tambahnya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (15/10/2020).(Lihat video: 10 Pertempuran Udara Terbesar di Dunia )
Ketegangan antara kepemimpinan Palestina dan Uni Emirat Arab baru-baru ini meningkat setelah penandatanganan perjanjian normalisasi antara negara itu dengan Israel. Perjanjian itu dinilai telah melanggar Inisiatif Perdamaian Arab yang menghubungkan normalisasi dengan penghentian pendudukan Israel atas tanah Palestina.
"Kedua negara ini lebih dari Israel daripada Israel," tambah El-Herfi.
“Tapi kami memiliki keyakinan penuh pada fakta bahwa rakyat mereka tidak akan menerima ini dalam jangka panjang," tukasnya.
Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, menulis di Twitter: "Saya tidak terkejut dengan pernyataan yang dibuat oleh Duta Besar Palestina untuk Paris, dan diskusi tidak berterima kasihnya tentang Emirates."
Uni Emirat Arab dan Bahrain bulan lalu menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel dalam penyelarasan strategis negara-negara Timur Tengah melawan Iran. (Baca juga: Bahrain, UEA dan Israel Teken Perjanjian Damai di Gedung Putih )
Meski begitu, normalisasi yang dilakukan oleh sejumlah negara Timur Tengah tidak mendapat dukungan dari warga Arab. Ini ditunjukkan oleh sebuah hasil survei terbaru yang dilakukan oleh Arab Center for Research and Policy Studies.
"Sekitar 88% dari lebih 28.000 responden di 13 negara di Timur Tengah dan Afrika Utara menentang pengakuan diplomatik terhadap Israel," temuan Indeks Opini Arab tahunan yang dilakukan oleh badan yang berbasis di Doha, Qatar.(Baca juga: Mayoritas Warga Arab Tolak Kesepakatan dan Pengakuan Atas Israel )
Dalam wawancara dengan majalah Prancis Le Point, Salman El-Herfi menuduh negara-negara Teluk tengah melakukan pemanasa menjadi Israel lebih daripada Israel. Mereka juga telah melanggar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut diplomat Palestina itu, kesepakatan antara Israel dan negara-negara Arab tidaklah mengejutkan. Ia menegaskan bahwa UEA telah lama meninggalkan perjuangan Palestina.
“Satu-satunya hal baru adalah formalisasi hubungan ini. Saya berterima kasih karena telah mengungkapkan wajah asli Anda. Yang benar, Emirates (UEA) tidak pernah memihak Palestina,” ujar El-Herfi.
“Sebenarnya, Emirates (UEA) tidak pernah memihak Palestina. Ini dimulai pada tahun 1985, setelah invasi Israel ke Lebanon, ketika UEA membekukan bantuan kepada Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Ini berlanjut setelah Kuwait dibebaskan oleh Amerika Serikat pada tahun 1991, ketika bantuan ini dihentikan sama sekali,” tambahnya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (15/10/2020).(Lihat video: 10 Pertempuran Udara Terbesar di Dunia )
Ketegangan antara kepemimpinan Palestina dan Uni Emirat Arab baru-baru ini meningkat setelah penandatanganan perjanjian normalisasi antara negara itu dengan Israel. Perjanjian itu dinilai telah melanggar Inisiatif Perdamaian Arab yang menghubungkan normalisasi dengan penghentian pendudukan Israel atas tanah Palestina.
"Kedua negara ini lebih dari Israel daripada Israel," tambah El-Herfi.
“Tapi kami memiliki keyakinan penuh pada fakta bahwa rakyat mereka tidak akan menerima ini dalam jangka panjang," tukasnya.
Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, menulis di Twitter: "Saya tidak terkejut dengan pernyataan yang dibuat oleh Duta Besar Palestina untuk Paris, dan diskusi tidak berterima kasihnya tentang Emirates."
Uni Emirat Arab dan Bahrain bulan lalu menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel dalam penyelarasan strategis negara-negara Timur Tengah melawan Iran. (Baca juga: Bahrain, UEA dan Israel Teken Perjanjian Damai di Gedung Putih )
Meski begitu, normalisasi yang dilakukan oleh sejumlah negara Timur Tengah tidak mendapat dukungan dari warga Arab. Ini ditunjukkan oleh sebuah hasil survei terbaru yang dilakukan oleh Arab Center for Research and Policy Studies.
"Sekitar 88% dari lebih 28.000 responden di 13 negara di Timur Tengah dan Afrika Utara menentang pengakuan diplomatik terhadap Israel," temuan Indeks Opini Arab tahunan yang dilakukan oleh badan yang berbasis di Doha, Qatar.(Baca juga: Mayoritas Warga Arab Tolak Kesepakatan dan Pengakuan Atas Israel )
(ber)