Azerbaijan Kuasai Nagorno Karabakh, Ahli Khawatirkan Terjadinya Genosida
loading...
A
A
A
LONDON - Armenia dan Azerbaijan terlibat pertempuran sengit memperebutkan Nagorno Karabakh — wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional tetapi diperintah oleh etnis Armenia, yang mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai Republik Artsakh — selama beberapa dekade. Namun perang yang pecah minggu ini adalah yang paling serius sejak pertempuran tahun 2016.
Kedua belah pihak telah mengerahkan artileri berat, tank dan drone, dan lebih dari 100 orang — termasuk warga sipil — telah tewas sejauh ini.
Menanggapi situasi ini, muncul ketakutan dalam diri para ahli. Mereka menilai akan terjadi pembersihan etnis jika Azerbaijan berhasil menguasai Nagorno Karabakh.
Ada sekitar 150.000 orang yang tinggal di Nagorno-Karabakh, mayoritas etnis Armenia yang takut akan kekerasan jika pasukan Azerbaijan benar-benar menguasai wilayah tersebut. Para pengamat telah memperingatkan bahwa pembersihan etnis adalah sebuah kemungkinan.(Baca juga: Perang Pecah di Nagorno Karabakh, OKI Kutuk 'Agresi' Armenia )
"Ini cukup realistis," kata Laurence Broers, seorang analis Kaukasus di lembaga pemikir British Chatham House.
"Saya dapat memahami bahwa ada kekhawatiran tentang ini," imbuhnya.
Ada sejarah kelam kekerasan dan pembersihan etnis antara Armenia dan Azerbaijan, yang berperang di Nagorno-Karabakh antara 1988 dan 1994 di tengah pecahnya Uni Soviet. Broers mengatakan pembersihan etnis adalah ciri dari konflik itu.
"Saya pikir itu bagian dari apa yang diharapkan orang, dengan cara yang mengerikan dan sangat memprihatinkan," katanya seperti dilansir dari Newsweek, Jumat (2/10/2020).
"Tidak ada masyarakat yang pernah memperhitungkan fakta bahwa sejumlah besar orang dari kebangsaan lain secara etnis dibersihkan dari wilayah mereka," ungkapnya.(Baca juga: AS, Prancis, dan Rusia Desak Gencatan Senjata Armenia dan Azerbaijan )
Daerah di sekitar garis depan berpenduduk jarang, meskipun penembakan telah dilaporkan terjadi di daerah sipil yang lebih padat penduduknya. Untuk saat ini, sebagian besar korban adalah pasukan yang mengambil alih. Tetapi jika pasukan Azerbaijan mampu maju, mereka akan menjadi ancaman bagi warga sipil.
Kedua belah pihak telah mengerahkan artileri berat, tank dan drone, dan lebih dari 100 orang — termasuk warga sipil — telah tewas sejauh ini.
Menanggapi situasi ini, muncul ketakutan dalam diri para ahli. Mereka menilai akan terjadi pembersihan etnis jika Azerbaijan berhasil menguasai Nagorno Karabakh.
Ada sekitar 150.000 orang yang tinggal di Nagorno-Karabakh, mayoritas etnis Armenia yang takut akan kekerasan jika pasukan Azerbaijan benar-benar menguasai wilayah tersebut. Para pengamat telah memperingatkan bahwa pembersihan etnis adalah sebuah kemungkinan.(Baca juga: Perang Pecah di Nagorno Karabakh, OKI Kutuk 'Agresi' Armenia )
"Ini cukup realistis," kata Laurence Broers, seorang analis Kaukasus di lembaga pemikir British Chatham House.
"Saya dapat memahami bahwa ada kekhawatiran tentang ini," imbuhnya.
Ada sejarah kelam kekerasan dan pembersihan etnis antara Armenia dan Azerbaijan, yang berperang di Nagorno-Karabakh antara 1988 dan 1994 di tengah pecahnya Uni Soviet. Broers mengatakan pembersihan etnis adalah ciri dari konflik itu.
"Saya pikir itu bagian dari apa yang diharapkan orang, dengan cara yang mengerikan dan sangat memprihatinkan," katanya seperti dilansir dari Newsweek, Jumat (2/10/2020).
"Tidak ada masyarakat yang pernah memperhitungkan fakta bahwa sejumlah besar orang dari kebangsaan lain secara etnis dibersihkan dari wilayah mereka," ungkapnya.(Baca juga: AS, Prancis, dan Rusia Desak Gencatan Senjata Armenia dan Azerbaijan )
Daerah di sekitar garis depan berpenduduk jarang, meskipun penembakan telah dilaporkan terjadi di daerah sipil yang lebih padat penduduknya. Untuk saat ini, sebagian besar korban adalah pasukan yang mengambil alih. Tetapi jika pasukan Azerbaijan mampu maju, mereka akan menjadi ancaman bagi warga sipil.