Intelijen AS: Israel Kirim Senjata ke Azerbaijan saat Perang dengan Armenia
loading...
A
A
A
YEREVAN - Israel mengirim banyak senjata ke Azerbaijan saat perang sengit dengan Armenia sedang berkecamuk. Hal itu diungkap sumber intelijen Amerika Serikat (AS).
Pertempuran sengit antara pasukan Armenia dan Azerbaijan untuk memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh dimulai sejak hari Minggu dan berlanjut hingga hari ini. Kedua belah pihak sama menglaim telah menewaskan puluhan orang satu sama lain. (Baca: Perang Sengit, Azerbaijan Hancurkan Sistem Rudal S-300 Armenia )
Kedua belah pihak saling menuduh menggunakan milisi asing dan tentara bayaran. Turki, yang secara terbuka berbicara mendukung Azerbaijan dan menyebut Armenia sebagai "ancaman terbesar bagi perdamaian" di kawasan itu, dilaporkan telah mengirim milisi dari Suriah ke Baku. Namun, Ankara membantah laporan tersebut.
Rusia, yang memiliki pangkalan militer di Armenia, dituduh mengirim milisi untuk membantu menopang pasukan Armenia. Moskow juga membantah ikut campur dalam konflik dua negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Prancis; Emmanuel Macron, menyerukan gencatan senjata segera selama panggilan telepon Rabu malam. (Baca: Armenia Kerahkan S-300 Rusia, Azerbaijan Bersumpah Menghancurkannya )
Tetapi ketika pertempuran berkecamuk, semakin banyak negara yang terlibat untuk berbagai kepentingan politik dan strategis.
Israel telah menjadi salah satu penyedia utama senjata ke Azerbaijan meskipun Armenia secara resmi membuka kedutaan besar di Tel Aviv pada September lalu.
Israel dan Azerbaijan memiliki ikatan perdagangan besar, termasuk minyak dan senjata.
Selama akhir pekan lalu, sumber intelijen AS mengatakan kepada Al Arabiya English bahwa Israel mengirim pesawat penuh senjata ke Azerbaijan.
“Israel memasok senjata ke (Azerbaijan); dua penerbangan kargo dari Israel telah mendarat di Baku hari ini," kata sumber intelijen AS, yang dilansir Rabu (30/9/2020). (Baca: Konflik Memanas, Armenia Ancam Azerbaijan dengan Rudal Iskander Rusia )
Ditanya tentang campur tangan Turki, sumber itu mengatakan Azerbaijan akan memiliki kekuatan militer di atas angin."Kecuali Rusia melakukan sesuatu," ujarnya.
"Pesawat tak berawak Turki itu tidak bisa dihentikan," imbuh sumber tersebut yang menguatkan laporan bahwa pesawat jet tempur dan drone Turki beroperasi untuk Azerbaijan.
Sementara itu, Penasihat Kebijakan Luar Negeri Presiden Azerbaijan Hikmet Hajiyev mengatakan kepada Axios bahwa kerjasama pertahanan antara negaranya dengan Israel bukanlah rahasia.
Hajiyev juga dilaporkan mengatakan bahwa Azerbaijan menggunakan "drone kamikaze" Israel dalam pertempuran di Nagorno-Karabakh.
Mengenai drone Turki, pejabat tersebut berkata; "Jika Armenia takut dengan drone yang digunakan Azerbaijan, ia harus menghentikan pendudukannya."
Presiden Prancis juga mengutuk komentar terbaru dari Turki sebagai "pernyataan sembrono dan berbahaya" dan mengatakan dia sangat disibukkan oleh pesan-pesan perang dari Turki dalam beberapa jam terakhir. (Baca juga: Jet Tempur F-16 Turki Tembak Jatuh Su-25 Armenia, Azerbaijan Anggap Bualan )
Armenia dan Azerbaijan telah terkunci selama beberapa dekade dalam konflik di wilayah Nagorno-Karabakh. Wilayah yang dikendalikan etnis Armenia itu dulunya bagian dari Azerbaijan, namun telah memisahkan diri tak lama setelah Uni Soviet bubar. Kendati demikian, Azerbaijan tidak mengakui kemerdekaan Nagorno-Karabakh dan masih mengganggap wilayah yang jadi sekutu Armenia itu sebagai wilayahnya.
Nagorno-Karabakh berlokasi di kawasan Pegunungan Kaukasus dengan luas sekitar 4.400 kilometer persegi. Wilayah itu kira-kira seukuran negara bagian Delaware, AS. Nagorno-Karabakh hanya berjarak 50 kilometer dari perbatasan Armenia.
Pertempuran sengit antara pasukan Armenia dan Azerbaijan untuk memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh dimulai sejak hari Minggu dan berlanjut hingga hari ini. Kedua belah pihak sama menglaim telah menewaskan puluhan orang satu sama lain. (Baca: Perang Sengit, Azerbaijan Hancurkan Sistem Rudal S-300 Armenia )
Kedua belah pihak saling menuduh menggunakan milisi asing dan tentara bayaran. Turki, yang secara terbuka berbicara mendukung Azerbaijan dan menyebut Armenia sebagai "ancaman terbesar bagi perdamaian" di kawasan itu, dilaporkan telah mengirim milisi dari Suriah ke Baku. Namun, Ankara membantah laporan tersebut.
Rusia, yang memiliki pangkalan militer di Armenia, dituduh mengirim milisi untuk membantu menopang pasukan Armenia. Moskow juga membantah ikut campur dalam konflik dua negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Prancis; Emmanuel Macron, menyerukan gencatan senjata segera selama panggilan telepon Rabu malam. (Baca: Armenia Kerahkan S-300 Rusia, Azerbaijan Bersumpah Menghancurkannya )
Tetapi ketika pertempuran berkecamuk, semakin banyak negara yang terlibat untuk berbagai kepentingan politik dan strategis.
Israel telah menjadi salah satu penyedia utama senjata ke Azerbaijan meskipun Armenia secara resmi membuka kedutaan besar di Tel Aviv pada September lalu.
Israel dan Azerbaijan memiliki ikatan perdagangan besar, termasuk minyak dan senjata.
Selama akhir pekan lalu, sumber intelijen AS mengatakan kepada Al Arabiya English bahwa Israel mengirim pesawat penuh senjata ke Azerbaijan.
“Israel memasok senjata ke (Azerbaijan); dua penerbangan kargo dari Israel telah mendarat di Baku hari ini," kata sumber intelijen AS, yang dilansir Rabu (30/9/2020). (Baca: Konflik Memanas, Armenia Ancam Azerbaijan dengan Rudal Iskander Rusia )
Ditanya tentang campur tangan Turki, sumber itu mengatakan Azerbaijan akan memiliki kekuatan militer di atas angin."Kecuali Rusia melakukan sesuatu," ujarnya.
"Pesawat tak berawak Turki itu tidak bisa dihentikan," imbuh sumber tersebut yang menguatkan laporan bahwa pesawat jet tempur dan drone Turki beroperasi untuk Azerbaijan.
Sementara itu, Penasihat Kebijakan Luar Negeri Presiden Azerbaijan Hikmet Hajiyev mengatakan kepada Axios bahwa kerjasama pertahanan antara negaranya dengan Israel bukanlah rahasia.
Hajiyev juga dilaporkan mengatakan bahwa Azerbaijan menggunakan "drone kamikaze" Israel dalam pertempuran di Nagorno-Karabakh.
Mengenai drone Turki, pejabat tersebut berkata; "Jika Armenia takut dengan drone yang digunakan Azerbaijan, ia harus menghentikan pendudukannya."
Presiden Prancis juga mengutuk komentar terbaru dari Turki sebagai "pernyataan sembrono dan berbahaya" dan mengatakan dia sangat disibukkan oleh pesan-pesan perang dari Turki dalam beberapa jam terakhir. (Baca juga: Jet Tempur F-16 Turki Tembak Jatuh Su-25 Armenia, Azerbaijan Anggap Bualan )
Armenia dan Azerbaijan telah terkunci selama beberapa dekade dalam konflik di wilayah Nagorno-Karabakh. Wilayah yang dikendalikan etnis Armenia itu dulunya bagian dari Azerbaijan, namun telah memisahkan diri tak lama setelah Uni Soviet bubar. Kendati demikian, Azerbaijan tidak mengakui kemerdekaan Nagorno-Karabakh dan masih mengganggap wilayah yang jadi sekutu Armenia itu sebagai wilayahnya.
Nagorno-Karabakh berlokasi di kawasan Pegunungan Kaukasus dengan luas sekitar 4.400 kilometer persegi. Wilayah itu kira-kira seukuran negara bagian Delaware, AS. Nagorno-Karabakh hanya berjarak 50 kilometer dari perbatasan Armenia.
(min)