Perang Sengit, Azerbaijan Hancurkan Sistem Rudal S-300 Armenia
loading...
A
A
A
BAKU - Kementerian Pertahanan Azerbaijan melaporkan bahwa angkatan bersenjata negara itu telah berhasil menonaktifkan sistem rudal surface-to-air S-300 Armenia selama perang sengit di zona konflik Nagorno-Karabakh . Sistem rudal yang dihancurkan itu adalah senjata pertahanan buatan Rusia.
"Selama pertempuran kemarin di wilayah pemukiman Shushakend di distrik Khojaly (Martuni), sistem rudal anti-pesawat S-300 milik musuh dihancurkan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan hari Rabu yang dilansir kantor berita TASS pada Kamis (10/1/2020). (Baca: Armenia Kerahkan S-300 Rusia, Azerbaijan Bersumpah Menghancurkannya )
"Untuk mendapatkan kembali posisi yang hilang, pihak Armenia memusatkan pasukan tambahan ke arah Matagiz dan pada pagi hari tanggal 30 September berusaha menyerang," lanjut kementerian tersebut.
"Aktivitas musuh ini dicegat, pasukan Azerbaijan melakukan serangan balik untuk menetralkan lawan," sambung pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan."Pertempuran sengit berlanjut."
Lebih lanjut, kementerian itu melaporkan banyak korban berjatuhan di Armenia selama tiga hari pertempuran, dari 27 September hingga Rabu pagi. (Baca: Jet Tempur F-16 Turki Tembak Jatuh Su-25 Armenia, Azerbaijan Anggap Bualan )
Pada Selasa lalu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan memperingatkan bahwa angkatan bersenjata negara itu akan menghancurkan sistem rudal pertahanan udara (ADMS) S-300 Armenia jika senjata itu dikerahkan di Nagorno-Karabakh .
Pada 27 September, pihak Baku mengatakan bahwa Armenia telah menembaki posisi tentara Azerbaijan. Sebaliknya, pihak Yerevan mengklaim bahwa Angkatan Bersenjata Azerbaijan telah melancarkan serangan ke arah Nagorno-Karabakh, menembaki daerah berpenduduk, termasuk ibu kota; Stepanakert. Kedua belah pihak melaporkan adanya korban jiwa, termasuk di antara warga sipil.
Otoritas Armenia mengumumkan darurat militer dan mengumumkan mobilisasi pasukan. Azerbaijan juga mengumumkan darurat militer di seluruh wilayahnya dan mengumumkan mobilisasi pasukan secara parsial. (Baca juga: Konflik Memanas, Armenia Ancam Azerbaijan dengan Rudal Iskander Rusia )
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan pernah pecah pada Februari 1988. Keduanya memperebutkan dataran tinggi Nagorno-Karabakh, wilayah sengketa yang pernah menjadi bagian dari Azerbaijan sebelum pecahnya Uni Soviet. Namun, wilayah yang dikendalikan oleh etnis Armenia itu mengumumkan pemisahan dirinya dari Republik Sosialis Soviet Azerbaijan.
Pada 1992-1994, ketegangan memuncak dan meletus menjadi aksi militer skala besar setelah Azerbaijan kehilangan kendali atas Nagorno-Karabakh.
Pembicaraan tentang penyelesaian sengketa Nagorno-Karabakh telah berlangsung sejak tahun 1992 di bawah OSCE Minsk Group, yang dipimpin oleh tiga negara—Rusia, Prancis dan Amerika Serikat (AS).
Lihat Juga: Kronologi 100 Pesawat Israel Serang Iran, Gempur Sistem Rudal Suriah hingga S-300 Teheran
"Selama pertempuran kemarin di wilayah pemukiman Shushakend di distrik Khojaly (Martuni), sistem rudal anti-pesawat S-300 milik musuh dihancurkan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan hari Rabu yang dilansir kantor berita TASS pada Kamis (10/1/2020). (Baca: Armenia Kerahkan S-300 Rusia, Azerbaijan Bersumpah Menghancurkannya )
"Untuk mendapatkan kembali posisi yang hilang, pihak Armenia memusatkan pasukan tambahan ke arah Matagiz dan pada pagi hari tanggal 30 September berusaha menyerang," lanjut kementerian tersebut.
"Aktivitas musuh ini dicegat, pasukan Azerbaijan melakukan serangan balik untuk menetralkan lawan," sambung pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan."Pertempuran sengit berlanjut."
Lebih lanjut, kementerian itu melaporkan banyak korban berjatuhan di Armenia selama tiga hari pertempuran, dari 27 September hingga Rabu pagi. (Baca: Jet Tempur F-16 Turki Tembak Jatuh Su-25 Armenia, Azerbaijan Anggap Bualan )
Pada Selasa lalu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan memperingatkan bahwa angkatan bersenjata negara itu akan menghancurkan sistem rudal pertahanan udara (ADMS) S-300 Armenia jika senjata itu dikerahkan di Nagorno-Karabakh .
Pada 27 September, pihak Baku mengatakan bahwa Armenia telah menembaki posisi tentara Azerbaijan. Sebaliknya, pihak Yerevan mengklaim bahwa Angkatan Bersenjata Azerbaijan telah melancarkan serangan ke arah Nagorno-Karabakh, menembaki daerah berpenduduk, termasuk ibu kota; Stepanakert. Kedua belah pihak melaporkan adanya korban jiwa, termasuk di antara warga sipil.
Otoritas Armenia mengumumkan darurat militer dan mengumumkan mobilisasi pasukan. Azerbaijan juga mengumumkan darurat militer di seluruh wilayahnya dan mengumumkan mobilisasi pasukan secara parsial. (Baca juga: Konflik Memanas, Armenia Ancam Azerbaijan dengan Rudal Iskander Rusia )
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan pernah pecah pada Februari 1988. Keduanya memperebutkan dataran tinggi Nagorno-Karabakh, wilayah sengketa yang pernah menjadi bagian dari Azerbaijan sebelum pecahnya Uni Soviet. Namun, wilayah yang dikendalikan oleh etnis Armenia itu mengumumkan pemisahan dirinya dari Republik Sosialis Soviet Azerbaijan.
Pada 1992-1994, ketegangan memuncak dan meletus menjadi aksi militer skala besar setelah Azerbaijan kehilangan kendali atas Nagorno-Karabakh.
Pembicaraan tentang penyelesaian sengketa Nagorno-Karabakh telah berlangsung sejak tahun 1992 di bawah OSCE Minsk Group, yang dipimpin oleh tiga negara—Rusia, Prancis dan Amerika Serikat (AS).
Lihat Juga: Kronologi 100 Pesawat Israel Serang Iran, Gempur Sistem Rudal Suriah hingga S-300 Teheran
(min)