Didekati 19 Pesawat China, Taiwan Kerahkan Jet Tempur dan Rudal

Sabtu, 19 September 2020 - 14:07 WIB
loading...
Didekati 19 Pesawat...
Beberapa jet tempur Taiwan saat disiagakan. Foto/REUTERS
A A A
TAIPEI - Angkatan Udara Taiwan (RCOAF) mengerahkan beberapa jet tempur untuk hari kedua berturut-turut pada hari Sabtu (19/9/2020) pagi ketika 19 pesawat militer China mendekati pulau itu dan melintasi garis tengah Selat Taiwan yang sensitif. Militer Taipei juga menyiagakan sistem rudal.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan 19 pesawat China terlibat dalam manuver pagi ini, lebih banyak dari pesawat yang bermanuver hari Jumat, yakni 18 unit. Beberapa pesawat militer Beijing melintasi garis tengah Selat Taiwan dan lainnya terbang ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan di lepas pantai barat daya. (Baca: Mampukah S-400 Rusia di China Rontokkan Rudal Canggih AS di Taiwan? )

China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, mengirim 12 pesawat tempur J-16, dua pesawat tempur J-10, dua pesawat tempur J-11, dua pembom H-6 dan satu pesawat anti-kapal selam Y-8.

Menurut peta yang disediakan kementerian, tidak ada yang mendekati daratan Taiwan atau terbang di atasnya.

"ROCAF mengerahkan pesawat jet tempur, dan mengerahkan sistem rudal pertahanan udara untuk memantau aktivitas," kata kementerian tersebut dalam sebuah tweet. RCOAF adalah singkatan dari Angkatan Udara Republik China, nama resmi Angkatan Udara Taiwan. (Baca: Latihan Militer China Bukan Peringatan, Tapi untuk Ambil Alih Taiwan )

Taiwan telah mengeluhkan manuver yang berulang kali oleh pesawat-pesawat China di dekat pulau yang telah memerintah sendiri itu sepanjang tahun ini. Militer Taipi juga secara teratur mengerahkan jet tempur F-16 dan jet tempur lainnya untuk misi pencegatan atau intersepsi.

China, pada konferensi pers hari Jumat, menyinggung pihak penjaga perdamaian PBB. Beijing juga mengumumkan latihan tempur di dekat Selat Taiwan dan mengecam apa yang disebutnya kolusi antara pulau itu dengan Amerika Serikat (AS).

Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Ekonomi Keith Krach tiba di Taipei pada hari Kamis untuk kunjungan tiga hari. Kunjungan pejabat Departemen Luar Negeri senior AS ini membuat Beijing marah.

Kementerian Pertahanan Taiwan, dalam pernyataan terpisah, mengatakan China melakukan kegiatan provokatif, yang secara serius merusak perdamaian dan stabilitas. (Baca juga: Sebanyak 18 Pesawat Militer China Berdengung Dekat Taiwan saat Wamenlu AS Berkunjung )

"Kementerian Pertahanan dengan keras mengutuk ini, dan meminta otoritas daratan (China) untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan mundur dari tepi," kata kementerian tersebut, seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, tabloid yang dikelola Partai Komunis China; Global Times, mengatakan dalam editorial hari Sabtu bahwa latihan militer hari Jumat adalah latihan untuk mengambil alih Taiwan.

“AS dan Taiwan tidak boleh salah menilai situasinya, atau meyakini bahwa latihan tersebut hanyalah gertakan. Jika mereka terus melakukan provokasi, pasti akan terjadi perang," bunyi editorial tersebut.

Di tengah ketegangan antara Taipei dan Beijing, kehidupan warga Taiwan tetap berlanjut seperti biasa tanpa ada tanda-tanda panik. Pulau itu sudah lama terbiasa hidup dengan ancaman China.

Rakyat Taiwan tidak menunjukkan minat untuk diperintah oleh China yang otokratis, dan memilih kembali Presiden Tsai Ing-wen secara telak dalam pemilu tahun lalu. Presiden Tsai selama ini menunjukkan sikap yang menentang Beijing.

Manuver 19 pesawat China pagi ini terjadi ketika Taiwan mengadakan upacara peringatan untuk mantan presiden Lee Teng-hui yang dijuluki "Mr. Democracy” untuk mengakhiri pemerintahan otokratis yang mendukung pemilihan umum yang bebas dan memperjuangkan identitas Taiwan yang terpisah dari China. (Baca juga: Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar )

Lee, yang meninggal pada Juli, menjadi presiden Taiwan yang terpilih secara demokratis pada Maret 1996 setelah delapan bulan diintimidasi latihan perang dan uji coba rudal oleh China di perairan sekitar pulau itu.

Peristiwa itu membawa China dan Taiwan ke ambang konflik, yang mendorong Amerika Serikat untuk mengirim gugus tugas kapal induk ke daerah tersebut sebagai peringatan kepada pemerintah Beijing.

Taiwan dan China terakhir kali bertempur dalam skala besar pada tahun 1958, ketika pasukan China melakukan lebih dari sebulan pemboman di pulau Kinmen dan Matsu yang dikuasai Taiwan, termasuk pertempuran laut dan udara.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1678 seconds (0.1#10.140)