Latihan Militer China Bukan Peringatan, Tapi untuk Ambil Alih Taiwan

Sabtu, 19 September 2020 - 10:24 WIB
loading...
Latihan Militer China...
Para personel Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Foto/China Military
A A A
BEIJING - Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China sedang melakukan latihan militer di dekat Selat Taiwan mulai Jumat. Media yang dikelola Partai Komunis China, The Global Times, menyatakan manuver itu bukan sebagai peringatan, tapi latihan militer untuk mengambil alih Taiwan.

Mulai Jumat pukul 07.16 pagi, pesawat-pesawat PLA mendekati Taiwan dari empat arah; barat daya, barat, barat laut dan utara. Taiwan sendiri telah membuat 22 siaran untuk "menghalau" pesawat-pesawat PLA. (Baca: Sebanyak 18 Pesawat China Berdengung Dekat Taiwan saat Wamenlu AS Berkunjung )

Departemen Pertahanan Taiwan mengatakan 18 pesawat China muncul di Selat Taiwan, dengan beberapa di antaranya melintasi "garis tengah" Selat Taiwan. Manuver belasan pesawat militer Beijing itu berlangsung di tengah kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Keith Krach, ke Taipei.

"Dari sudut pandang kami, PLA masih terkendali. Setiap kali pejabat tinggi AS mengunjungi Taiwan, jet tempur PLA harus selangkah lebih dekat ke pulau itu. Jika menteri luar negeri atau menteri pertahanan AS datang ke Taiwan, PLA harus menerbangkan pesawatnya di atas pulau dan melakukan latihan di atasnya. Rudal yang kami uji juga harus terbang di atas Taiwan, bahkan di Gedung Kantor Kepresidenan. Jika otoritas Taiwan terus bertindak agresif, skenario seperti itu pasti akan menjadi kenyataan," tulis Global Times dalam editorial hari Jumat. (Baca: 18 Jet Tempur China Acak-acak Wilayah Perbatasan Taiwan )

Menurut media corong Partai Komunis China tersebut, latihan militer mengirimkan dua sinyal penting. Pertama, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional China menjelaskan bahwa latihan tersebut ditujukan pada situasi saat ini di Selat Taiwan, yang mengacu pada seringnya kolusi antara AS dan pulau Taiwan, khususnya kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri AS Keith Krach ke Taiwan. "Ini menunjukkan bahwa PLA tidak akan lagi dibatasi dalam kata-kata. Target pencegahan kami adalah kolusi antara AS dan pulau itu. Ini menunjukkan tekad dan kemauan China yang ditingkatkan," lanjut editorial tersebut.

Kedua, tanggapan PLA sangat cepat. Taiwan dan AS tidak secara resmi mengumumkan kunjungan Krach sampai dia naik pesawat. Krach tiba di Taiwan Kamis. Tidak ada pengumuman tentang latihan militer PLA sebelumnya. Menurut Global Times, latihan militer PLA itu adalah keputusan menit terakhir. (Baca: China Latihan Perang di Dekat Taiwan saat Diplomat AS Berkunjung )

"Bahwa aksi besar-besaran dapat diatur dalam waktu sesingkat itu mengirimkan sinyal yang kuat. Ini menunjukkan bahwa PLA memiliki kemampuan untuk memobilisasi dan mengatur aksi militer yang ditargetkan ke Taiwan dalam waktu yang sangat singkat. Meski disebut latihan militer, ini lebih seperti pertarungan sungguhan. Ini adalah tanggap darurat oleh PLA dan negara terhadap situasi di Selat Taiwan, yang sangat penting," lanjut editorial media pemerintah tersebut.

"Melalui latihan ini dan rangkaian latihan sebelumnya, PLA telah mengumpulkan pengalaman dalam menyerang Taiwan dan menguasai data kunci pada sistem pertahanan Taiwan. Mereka sedang latihan untuk mengambil alih Taiwan. Yang dibutuhkan adalah alasan politik yang dapat mengubah mereka menjadi pertempuran nyata untuk menghancurkan pasukan kemerdekaan Taiwan," imbuh Global Times.

Sebelumnya, pihak Taipei mengatakan 18 pesawat China muncul dan berdengung di dekat Taiwan pada hari Jumat. Pengerahan pesawat militer ini jauh lebih banyak daripada manuver sebelumnya. (Baca juga: Media China Sentil Indonesia karena Menentang Klaim China di Laut China Selatan )

“18 Septermber, dua (pesawat) pembom H-6, delapan pesawat tempur J-16, empat pesawat tempur J-10 dan empat pesawat tempur J-11 melintasi garis tengah Selat Taiwan dan memasuki ADIZ (Zona Identifikasi Pertahanan Udara) barat daya Taiwan," kata Kementerian Pertahanan Taiwan dalam tweet berbahasa Inggris, yang dilansir Reuters.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1713 seconds (0.1#10.140)