Taiwan Ingin Jadi Pusat Perawatan F-16 Buatan AS, Tusukan Menyakitkan bagi China
loading...
A
A
A
TAIPEI - Sebuah pusat perawatan baru untuk jet tempur F-16 Taiwan diharapkan dapat juga melayani pesawat buatan Amerika Serikat (AS) tersebut milik banyak negara. Menurut para pakar, jika tujuan itu terwujud maka akan menjadi tusukan menyakitkan bagi China dan mengguncang diplomasi militer Asia.
China hingga saat ini masih mengklaim kedaulatan atas Taiwan, meski pulau itu sudah memiliki pemerintahan sendiri. Beijing juga terus berupaya mencegah negara ketiga untuk mendukung pemerintah Taipei, terutama dalam masalah pertahanan. Para pejabat Beijing membenci Washington karena membiarkan kontraktor pertahanan Lockheed Martin menjual F-16 ke Taiwan. (Baca: Jet-jet Tempur China Usik Taiwan Dua Hari Berturut-turut )
Pejabat di Taiwan—di mana sebagian besar orangnya mengatakan pada jajak pendapat pemerintah pada 2019 bahwa mereka akan menentang pemerintahan China—ingin memperkuat pertahanan mereka melawan angkatan bersenjata China yang lebih besar dan membangun hubungan dengan pemerintah lain.
Pusat pemeliharaan, perbaikan dan overhaul F-16 yang dijalankan kontraktor Aerospace Industrial Development Corporation Taiwan akan melayani armada F-16 domestik sambil mencari peluang bisnis dari operator pesawat lain.
Pusat yang disetujui Lockheed Martin senilai USD3,7 miliar dibuka 28 Agustus.
“Jika kita dapat bekerja sama dengan negara-negara kawasan, saya pikir itu akan menjadi langkah yang sangat penting bagi produksi asli Taiwan dan pemeliharaan pesawat-pesawat itu secara asli," kata anggota parlemen partai yang berkuasa di Taiwan, Lo Chih-cheng, seperti dikutip Voice of America, Selasa (15/9/2020). (Baca: Muak dengan China, Taiwan Ganti Desain Paspor )
"Kami berharap tidak hanya membeli senjata dari Amerika," kata Lo. “Kami juga berharap bisa memperluas kerja sama dengan negara lain, jadi semoga ada semacam spillover effect.”
Di seluruh Asia, Singapura menggunakan 62 unit pesawat F-16, Korea Selatan memiliki 180 unit dan Jepang mengoperasikan 76 unit pesawat buatan perusahaan Amerika dan Jepang berbasis teknologi F-16. Thailand memiliki 54 unit dan Indonesia memiliki 33 unit. Taiwan sendiri akan mengoperasikan 142 unit dengan 66 lainnya akan dikirim pada tahun 2026. Angkatan udara asing biasanya mengerjakan kesepakatan pemeliharaan langsung dengan kontraktor.
"Taiwan sangat dekat dengan semua negara lain yang terkait, jadi sangat mungkin untuk menerima perintah dari luar negeri," kata Shane Lee, pensiunan profesor ilmu politik dari Christian University di Taiwan, Chang Jung.
Negara-negara Asia dengan armada F-16 mengakui China secara diplomatis atas Taiwan, yang berarti Beijing melarang mereka menjalin hubungan politik atau pun pertahanan tingkat tinggi. Para analis mengatakan Angkatan Udara mereka tidak ingin China melihat mereka menerbangkan F-16 ke Taiwan untuk diservis. China terkadang memotong dukungan ekonomi ke negara-negara yang menyinggung itu. (Baca juga: Partai Komunis China Nyatakan Siap Perang dengan Negara ASEAN dan AS )
China hingga saat ini masih mengklaim kedaulatan atas Taiwan, meski pulau itu sudah memiliki pemerintahan sendiri. Beijing juga terus berupaya mencegah negara ketiga untuk mendukung pemerintah Taipei, terutama dalam masalah pertahanan. Para pejabat Beijing membenci Washington karena membiarkan kontraktor pertahanan Lockheed Martin menjual F-16 ke Taiwan. (Baca: Jet-jet Tempur China Usik Taiwan Dua Hari Berturut-turut )
Pejabat di Taiwan—di mana sebagian besar orangnya mengatakan pada jajak pendapat pemerintah pada 2019 bahwa mereka akan menentang pemerintahan China—ingin memperkuat pertahanan mereka melawan angkatan bersenjata China yang lebih besar dan membangun hubungan dengan pemerintah lain.
Pusat pemeliharaan, perbaikan dan overhaul F-16 yang dijalankan kontraktor Aerospace Industrial Development Corporation Taiwan akan melayani armada F-16 domestik sambil mencari peluang bisnis dari operator pesawat lain.
Pusat yang disetujui Lockheed Martin senilai USD3,7 miliar dibuka 28 Agustus.
“Jika kita dapat bekerja sama dengan negara-negara kawasan, saya pikir itu akan menjadi langkah yang sangat penting bagi produksi asli Taiwan dan pemeliharaan pesawat-pesawat itu secara asli," kata anggota parlemen partai yang berkuasa di Taiwan, Lo Chih-cheng, seperti dikutip Voice of America, Selasa (15/9/2020). (Baca: Muak dengan China, Taiwan Ganti Desain Paspor )
"Kami berharap tidak hanya membeli senjata dari Amerika," kata Lo. “Kami juga berharap bisa memperluas kerja sama dengan negara lain, jadi semoga ada semacam spillover effect.”
Di seluruh Asia, Singapura menggunakan 62 unit pesawat F-16, Korea Selatan memiliki 180 unit dan Jepang mengoperasikan 76 unit pesawat buatan perusahaan Amerika dan Jepang berbasis teknologi F-16. Thailand memiliki 54 unit dan Indonesia memiliki 33 unit. Taiwan sendiri akan mengoperasikan 142 unit dengan 66 lainnya akan dikirim pada tahun 2026. Angkatan udara asing biasanya mengerjakan kesepakatan pemeliharaan langsung dengan kontraktor.
"Taiwan sangat dekat dengan semua negara lain yang terkait, jadi sangat mungkin untuk menerima perintah dari luar negeri," kata Shane Lee, pensiunan profesor ilmu politik dari Christian University di Taiwan, Chang Jung.
Negara-negara Asia dengan armada F-16 mengakui China secara diplomatis atas Taiwan, yang berarti Beijing melarang mereka menjalin hubungan politik atau pun pertahanan tingkat tinggi. Para analis mengatakan Angkatan Udara mereka tidak ingin China melihat mereka menerbangkan F-16 ke Taiwan untuk diservis. China terkadang memotong dukungan ekonomi ke negara-negara yang menyinggung itu. (Baca juga: Partai Komunis China Nyatakan Siap Perang dengan Negara ASEAN dan AS )