Mampukah Konvensi Angkat Popularitas Trump?

Jum'at, 28 Agustus 2020 - 11:13 WIB
loading...
Mampukah Konvensi Angkat Popularitas Trump?
Presiden AS Donald Trump saat konvensi Partai Republik (RNC). Foto/dok
A A A
WASHINGTON - Publik Amerika Serikat (AS) masih memberikan perhatian penuh kepada Konvensi Nasional Partai Republik (RNC) untuk mengesahkan Donald Trump dan Mike Pence sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk meraih periode kedua pada pemilu presiden pada November mendatang. Trump menyakini RNC akan mampu meningkatkan popularitasnya dengan berbagai program dan tawaran untuk publik AS.

Tapi, apakah itu benar? Jawabannya belum tentu. Politik AS memang selalu diwarnai dengan ketidakpastian. Semuanya penuh kejutan.

Konvensi memang menjadi salah satu pusat perhatian dan memiliki dampak yang signifikan untuk menuju kemenangan. Itu biasanya diwarnai dengan momen penuh kenangan serta memberikan pesan yang bersifat positif dan negatif.

Selama berbulan-bulan sebelum konvensi, Trump selalu melemparkan cemoohan dan ejekan kepada lawannya Joe Biden dan Kamala Harris sebagai cawapresnya. Trump menyebut Harris sebagai “phony” dan “far-left” dan terlalu keras keras kepada kejahatan dan cenderung anti polisi. Trump mengejek Biden dengan orang yang terlalu banyak tidur, korup, lemah, terlalu liberal dan membahayakan Tuhan. (Baca: TikTok Akhirnya Ungkap Pengguna Aktif Global)

Semua serangan terhadap Biden dan Harris akan dihentikan selama konvensi. Target Trump kini bukan hanya pendukung Partai Republik. Tetapi, dia ingin merebut swing voter. Akankah itu berhasil? Tentunya jawaban itu bisa diperoleh setelah konvensi selesai digelar dan survei akan membuktikannya.

Pada konvensi 2016 silam, Trump mampu memperoleh kenaikan popularitas hingga tiga poin, sedangkan Hillary Clinton hanya dua poin. Saat itu, perhatian Trump lebih mengarah pada internet, bukan pada televisi. Penetrasi kesadaran publik lebih mengarah kepada virtual. Konvensi kali ini juga diharapkan bisa mengangkat dan menolong popularitas Trump yang selalu di bawah Joe Biden dari Partai Demokrat.

Analis politik AS David Byler mengungkapkan, konvensi mampu menghasilkan temuan penting dan memberikan nuansa dalam pertarungan pemilu presiden. Misalnya, pada konvensi Partai Demokrat, apakah ada efek dari pengumumkan Senator Kamala D Harris menjadi cawapresnya Biden? Itu dikarenakan sebagian masyarakat tidak menghabiskan waktu untuk mendengarkan pidato dan mengkaji posisi kebijakan. “Haris mengenalkan diri kepada pemilih untuk pertama kalinya dan respons mereka jika itu akan menolong Biden atau tidak,” katanya dilansir New York Magazine. (Baca juga: Filiphina Bersumpah Panggil AS Jika Kapal Perangnya Diserang China)

Tapi, Konvensi Nasional Partai Demokrat (DNC) justru tidak mampu menolong Biden. Dua jajak pendapat yang dirilis setelah DNC selesai justru tidak menunjukkan popularitas Biden mengalami lompatan.

Jajak pendapat terbaru Morning Consult menyatakan Biden masih memimpin 10 poin di atas Trump yakni 52% melawan 42%. Itu menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan, hanya dua poin. Sebelum konvensi, Biden meraih 51%, sedangkan Trump hanya 43.

Survei lain yang dilaksanakan CBS News/YouGov menyebutkan Biden unggul 10 poin baik sebelum dan sesuah konvensi. Itu menunjukkan kesempatan Biden memenangkan pemilu besar. Tapi, Biden juga harus mampu mendapatkan dukungan elektoral yang kuat karena pemilu AS ditentukan oleh suara elektoral, bukan suara mayoritas.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1612 seconds (0.1#10.140)