Lokasi Uji Coba Nuklir Rusia Siap Digunakan Kapan Saja
loading...
A
A
A
MOSKOW - Lokasi Novaya Zemlya milik Rusia di Kutub Utara siap untuk melanjutkan uji coba nuklir kapan saja, menurut komandan fasilitas tersebut, Laksamana Muda Andrey Sinitsyn.
Lokasi Novaya Zemlya, yang terletak di pulau dengan nama yang sama di Samudra Arktik, dulunya merupakan salah satu fasilitas uji coba nuklir utama Uni Soviet.
Uji coba nuklir terakhir dilakukan di sana pada tahun 1990. Sejak saat itu, Rusia telah memberlakukan moratorium terhadap kegiatan tersebut.
“Meskipun lokasi tersebut tidak digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan selama 34 tahun, infrastrukturnya telah dirawat dan tetap siap untuk melanjutkan kegiatan uji coba skala penuh,” ungkap Sinitsyn kepada Rossiyskaya Gazeta pada Selasa.
"Sudah sepenuhnya siap. Laboratorium dan pangkalan pengujian sudah siap. Personelnya sudah siap. Jika kami mendapat perintah, kami dapat memulai pengujian kapan saja," ujar dia.
Jika kontingen di Novaya Zemlya diperintahkan untuk melanjutkan pengujian nuklir, tugas ini "akan dipenuhi sesuai dengan tenggat waktu," tambah komandan tersebut.
Lokasi tersebut mungkin terletak jauh dari garis depan antara Rusia dan Ukraina dan berada di luar jangkauan rudal paling canggih yang dipasok ke Kiev oleh pendukung Baratnya, tetapi masih memiliki "sistem keamanan komprehensif" yang akan memungkinkannya untuk menangkal kemungkinan serangan, tegas Sinitsyn.
"Kami memiliki pos pengawasan udara dan kelompok pencegah UAV bergerak yang bertugas setiap hari. Berbagai sistem peperangan elektronik digunakan untuk melindungi fasilitas tersebut. Kami selalu siap untuk menangkal semua jenis ancaman, termasuk upaya penyerbuan oleh kelompok sabotase dan pengintaian ke pulau tersebut," ujar dia.
Pekan lalu, seorang anggota parlemen dari partai berkuasa Rusia Bersatu, Andrey Kolesnik, menyarankan langkah Moskow untuk mencabut moratorium pengujian nuklir dapat menjadi peringatan bagi politisi Barat, yang telah melupakan bahaya yang ditimbulkan oleh senjata semacam itu dan terus meningkatkan ketegangan dengan Rusia.
"Kita perlu melakukan ledakan nuklir di suatu tempat, di tempat pengujian. Uji coba nuklir saat ini dilarang, tetapi mungkin orang-orang harus melihat apa sebenarnya hasil dari semua ini,” ungkap Kolesnik.
Pada Maret, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan AS sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk melanjutkan uji coba nuklir karena beberapa ahli percaya simulasi komputer tidak cukup untuk jenis hulu ledak baru.
“Jika Amerika melakukannya, Rusia mungkin akan membalas dengan melakukan uji coba nuklirnya sendiri,” pungkas dia.
Lokasi Novaya Zemlya, yang terletak di pulau dengan nama yang sama di Samudra Arktik, dulunya merupakan salah satu fasilitas uji coba nuklir utama Uni Soviet.
Uji coba nuklir terakhir dilakukan di sana pada tahun 1990. Sejak saat itu, Rusia telah memberlakukan moratorium terhadap kegiatan tersebut.
“Meskipun lokasi tersebut tidak digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan selama 34 tahun, infrastrukturnya telah dirawat dan tetap siap untuk melanjutkan kegiatan uji coba skala penuh,” ungkap Sinitsyn kepada Rossiyskaya Gazeta pada Selasa.
"Sudah sepenuhnya siap. Laboratorium dan pangkalan pengujian sudah siap. Personelnya sudah siap. Jika kami mendapat perintah, kami dapat memulai pengujian kapan saja," ujar dia.
Jika kontingen di Novaya Zemlya diperintahkan untuk melanjutkan pengujian nuklir, tugas ini "akan dipenuhi sesuai dengan tenggat waktu," tambah komandan tersebut.
Lokasi tersebut mungkin terletak jauh dari garis depan antara Rusia dan Ukraina dan berada di luar jangkauan rudal paling canggih yang dipasok ke Kiev oleh pendukung Baratnya, tetapi masih memiliki "sistem keamanan komprehensif" yang akan memungkinkannya untuk menangkal kemungkinan serangan, tegas Sinitsyn.
"Kami memiliki pos pengawasan udara dan kelompok pencegah UAV bergerak yang bertugas setiap hari. Berbagai sistem peperangan elektronik digunakan untuk melindungi fasilitas tersebut. Kami selalu siap untuk menangkal semua jenis ancaman, termasuk upaya penyerbuan oleh kelompok sabotase dan pengintaian ke pulau tersebut," ujar dia.
Pekan lalu, seorang anggota parlemen dari partai berkuasa Rusia Bersatu, Andrey Kolesnik, menyarankan langkah Moskow untuk mencabut moratorium pengujian nuklir dapat menjadi peringatan bagi politisi Barat, yang telah melupakan bahaya yang ditimbulkan oleh senjata semacam itu dan terus meningkatkan ketegangan dengan Rusia.
"Kita perlu melakukan ledakan nuklir di suatu tempat, di tempat pengujian. Uji coba nuklir saat ini dilarang, tetapi mungkin orang-orang harus melihat apa sebenarnya hasil dari semua ini,” ungkap Kolesnik.
Pada Maret, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan AS sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk melanjutkan uji coba nuklir karena beberapa ahli percaya simulasi komputer tidak cukup untuk jenis hulu ledak baru.
“Jika Amerika melakukannya, Rusia mungkin akan membalas dengan melakukan uji coba nuklirnya sendiri,” pungkas dia.
Baca Juga
(sya)