Siapa Michel Barnier? PM Baru Prancis yang Dikenal Anti-Uni Eropa dan Ingin Mewujudkan Frexit

Minggu, 08 September 2024 - 23:55 WIB
loading...
Siapa Michel Barnier?...
Michel Barnier merupakan PM Baru Prancis yang ditunjuk Presiden Prancis Emmanuel Macron. Foto/AP
A A A
PARIS - Hampir dua bulan setelah pemilihan parlemen dadakan mengubah Emmanuel Macron dan aliansinya menjadi minoritas di Majelis Nasional, Presiden Prancis telah menunjuk seorang politisi sayap kanan Eurosceptic sebagai perdana menterinya.

Siapa Michel Barnier? PM Baru Prancis yang Dikenal Anti-Uni Eropa dan Ingin Mewujudkan Frexit

Calon Macron, Michel Barnier, adalah anggota Les Republicains (Partai Republik), yang hanya memiliki 39 wakil dari 577 kursi Majelis Nasional di Paris dan akan membutuhkan dukungan dari pemimpin sayap kanan Marine Le Pen dan partainya, Rassemblement National.

Kebetulan, Barnier yang berusia 73 tahun adalah perdana menteri tertua dari 26 perdana menteri di Republik Kelima Prancis modern, menggantikan Gabriel Attal, yang berusia 34 tahun, adalah yang termuda saat ia menjabat delapan bulan lalu.

Aliansi sayap kiri negara itu dan kelompok terbesar di parlemen dengan 193 kursi – Front Populer Baru (NFP) – sangat marah atas penolakan Macron.

Jean-Luc Melenchon, pemimpin France Unbowed (LFI) – kelompok terkemuka di NFP – menggambarkan keputusan Macron sebagai “perampokan” pemilu, dengan mengatakan bahwa perdana menteri berikutnya akan menjadi “anggota partai yang berada di posisi terakhir” dalam pemilu bulan Juli.

Seperti yang diduga, aliansi sayap kiri telah memutuskan untuk tidak mendukung kabinet Barnier. "Ini sekarang pada dasarnya adalah pemerintahan Macron-Le Pen,” kata Melenchon.

Macron telah menyerukan pemilu dadakan setelah partainya kalah telak dalam pemilihan parlemen Uni Eropa pada bulan Juni.

Ironisnya, Barnier menentang pemimpin partainya, Eric Ciotti, yang telah menjanjikan dukungan kepada Marine Le Pen menjelang pemilu dan bergabung dengan blok yang dipimpin Rassemblement National.

Secara keseluruhan, Ciotti telah memimpin Partai Republik meskipun ada perbedaan pendapat dalam partai tersebut. Partai Republik yang terpecah telah menjadi bagian dari pemerintahan koalisi Macron hingga baru-baru ini.

Partai sentris Macron dan Barnier memegang 213 kursi di parlemen, sementara Rassemblement National dan sekutunya memiliki 142 kursi.

Untuk mencapai angka mayoritas ajaib 289, Barnier dan Macron membutuhkan persetujuan Le Pen.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0939 seconds (0.1#10.140)