Menlu Israel Serukan Pengusiran Warga Palestina di Tepi Barat
loading...
A
A
A
Tidak Ada yang Sementara tentang Pemindahan Paksa
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan tindakan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki adalah "eskalasi berbahaya yang harus dihentikan".
"Kawasan dan keamanannya tidak boleh tetap menjadi sandera radikalisme pemerintah Israel ini. Hukum internasional harus diterapkan," tegas Safadi.
Seorang mantan pejabat senior Yordania yang berbicara kepada MEE dengan syarat anonim mengatakan, “Serangan Israel dan komentar Katz adalah jenis skenario mimpi buruk yang selama ini diwaspadai kerajaan."
Kementerian Luar Negeri Turki juga mengutuk tindakan Israel di Tepi Barat, dengan menyatakan, “Kebijakan pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah ancaman utama bagi keamanan internasional."
Sementara itu, Humza Yousaf, mantan menteri pertama Skotlandia, mengutuk Katz dan meragukan sifat "sementara" pengusiran warga Palestina tersebut.
"Siapa yang dia pikir dia tipu? Tidak ada yang sementara tentang pemindahan paksa dan pemindahan warga Palestina dari rumah mereka pada tahun 1948," tegas Yousaf di Instagram.
"Tidak ada yang bersifat sementara tentang warga Gaza yang harus meninggalkan rumah mereka saat bom Israel menghujani kepala mereka. Pengusiran orang-orang dari tanah mereka, untuk digantikan oleh orang lain dengan asal etnis yang berbeda, adalah definisi buku teks tentang pembersihan etnis," papar dia.
Sejak dimulainya serangan Israel di Gaza pada Oktober, telah terjadi peningkatan yang nyata dalam kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia di Tepi Barat yang diduduki.
Sebanyak 628 warga Palestina tewas oleh tembakan dan serangan udara Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur antara 7 Oktober dan 27 Agustus, menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia.
Angka-angka dari kelompok-kelompok hak asasi manusia dan LSM menunjukkan lebih dari 10.000 warga Palestina telah ditahan, 1.000 orang mengungsi dan hampir 160.000 orang terkena dampak buruk dari pembongkaran rumah dalam 10 bulan terakhir di Tepi Barat.