Pemicu Kerusuhan di Kaledonia Baru, dari Status Kemerdekaan hingga Perebutan Nikel

Kamis, 23 Mei 2024 - 20:20 WIB
loading...
A A A
Amerika Serikat dan negara-negara anggota UE telah berupaya mengamankan rantai pasokan bahan-bahan penting mereka untuk mengejar ketertinggalan dari China, yang mengendalikan atau berinvestasi dalam sebagian besar pasokan dunia.

Pada tahun 2021, pembuat kendaraan listrik Tesla berinvestasi di tambang nikel Goro ketika tambang tersebut dijual ke konsorsium lokal yang mayoritas dimiliki oleh pemangku kepentingan lokal.

Kekhawatiran terhadap gangguan pasokan dari Kaledonia Baru akibat kerusuhan dan sanksi terhadap logam termasuk nikel dari Rusia telah mendorong harga global di atas USD20.000 per ton untuk pertama kalinya sejak bulan September.

Harga nikel di London Metal Exchange naik menjadi USD21,275 per metrik ton pada hari Selasa dari USD18,510 pada tanggal 8 Mei, naik langsung setelah kerusuhan dimulai.

Lonjakan harga terjadi pada saat Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris mengatakan dalam sebuah laporan bahwa mungkin ada kekurangan pasokan bahan-bahan penting di masa depan – termasuk nikel – yang disebabkan oleh pertumbuhan permintaan kendaraan listrik yang “cepat”, penutupan tambang, dan melambatnya investasi.

“Tingginya harga nikel akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap konsumen,” kata Lawrence Loh, profesor strategi dan kebijakan di National University of Singapore Business School. “Kami memperkirakan adanya efek tetesan ke bawah (trickle-down effect) pada kenaikan harga banyak barang konsumen yang akan menyebabkan tekanan inflasi yang lebih luas.”

Tambang dan Kekerasan Sangat Berkaitan

Pemicu Kerusuhan di Kaledonia Baru, dari Status Kemerdekaan hingga Perebutan Nikel

Foto/AP

Meskipun lonjakan tajam harga komoditas mengganggu industri, industri nikel di Kaledonia Baru sudah berada dalam masalah bahkan sebelum krisis politik karena penurunan harga nikel global sebesar 45% pada tahun lalu.

Hal ini memukul perekonomian yang bergantung pada industri nikel. Industri pertambangan di Kaledonia Baru kesulitan bersaing dengan Indonesia, produsen nikel terbesar di dunia, karena pembatasan ekspor selama beberapa dekade dan tingginya biaya energi yang menjadikan nikel di Kaledonia lebih mahal dan kurang menguntungkan untuk diproduksi.

“Industri nikel pasti terkait dengan perdebatan kemerdekaan di Kaledonia Baru,” kata Ferns. “Penurunan harga nikel dalam beberapa tahun terakhir telah memperburuk masalah ekonomi di Kaledonia Baru, yang kemudian dapat dikaitkan dengan beberapa faktor yang menyebabkan kerusuhan baru-baru ini.”

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1024 seconds (0.1#10.140)