Bungkam soal Uighur, MBS Sepakat Investasi Rp140,5 Triliun di China

Sabtu, 23 Februari 2019 - 01:42 WIB
Bungkam soal Uighur, MBS Sepakat Investasi Rp140,5 Triliun di China
Bungkam soal Uighur, MBS Sepakat Investasi Rp140,5 Triliun di China
A A A
BEIJING - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) bertemu Presiden China Xi Jinping pada hari Jumat dan membuat kesepakatan investasi di bidang minyak senilai USD10 miliar atau Rp140,5 triliun. Selama lawatannya ke Beijing, calon raja Saudi ini bungkam soal penahanan massal komunitas Muslim Uighur yang diklaim Beijiing untuk pendidikan ulang.

MBS tiba di Beijing pada hari Kamis setelah kunjungan ke Pakistan dan India. Dia menunjukkan kepada dunia bahwa negaranya masih memiliki sekutu setelah pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul.

"China adalah teman baik dan mitra bagi Arab Saudi," kata Xi kepada Pangeran Mohammed dalam pertemuan di Aula Besar Rakyat, dikutip Xinhua.

"Hubungan Arab Saudi dengan China dapat ditelusuri ke masa yang sangat lampau di masa lalu," balas putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud tersebut.

"Selama berhubungan yang begitu lama dengan China, kami tidak pernah mengalami masalah dengan China," ujarnya.

Sebelumnya, pangeran MBS telah bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Han Zheng pada hari yang sama.

"Apakah tur Putra Mahkota simbolis dari poros Arab Saudi ke Timur? Ya," kata Najah al-Otaibi, seorang analis senior di Saudi Arabia, kepada AFP, Sabtu (23/2/2019).

"Riyadh ingin memperkuat aliansi di Asia, terutama sekarang dengan perselisihan yang berlanjut dengan Amerika Serikat atas pembunuhan Khashoggi dan masalah-masalah lain dan upaya-upaya oleh Uni Eropa untuk menempatkan Riyadh dalam daftar hitam atas tuduhan pencucian uang," ujarnya.

Khashoggi, seorang pengkritik keras pangeran Mohammed, tewas di Konsulat Saudi di Istanbul pada bulan Oktober. Pembunuhan oleh "operasi nakal" intelijen Saudi itu telah menodai citra kerajaan dan Putra Mahkota Ms.

Riyadh awalnya membantah pembunuhan itu, kemudian memberikan beberapa laporan yang bertentangan tentang kematian Khashoggi. Namun, pada akhirnya pemerintah Saudi mengakui jurnalis itu terbunuh dalam operasi tidak sah yang tidak melibatkan MBS.

Pembunuhan itu memicu kemarahan global. Di AS, para anggota parlemen mendesak Washington untuk menjauhkan diri dari MBS, tetapi Gedung Putih tetap mempertahankan hubungan dekat dengan Riyadh sebagai sekutu utama di Timur Tengah.

Secara terpisah, Komisi Eropa ingin menambahkan Arab Saudi ke daftar hitam pencucian uang. Menurut komisi tersebut Saudi terlalu sedikit bertindak untuk menggagalkan pendanaan terorisme dan kejahatan terorganisir.

China sendiri ingin memperkuat ikatan ekonominya dengan Saudi di saat Beijing mengejar proyek infrastruktur yang ambisius yang dikenal sebagai Belt and Road Initiative (BRI). Sebaliknya, Riyadh meluncurkan "Vision 2030", program utama Putra Mahkota untuk mendiversifikasi ekonomi nasional dari minyak.

MBS mengatakan kepada Presiden Xi Jinping bahwa mereka dapat bergabung dengan dua proyek untuk mewujudkan lebih banyak kemajuan dan bersama-sama menghadapi tantangan.

Wakil Perdana Menteri Han Zheng mengatakan selama pertemuannya dengan MBS, kedua negara memperdalam kemitraan dalam bidang energi, pembangunan infrastruktur, keuangan, dan teknologi tinggi.

Raksasa minyak nasional Riyadh, Saudi Aramco, mengatakan bahwa perusahaan telah menandatangani perjanjian untuk membentuk perusahaan patungan Saudi-China bernilai lebih dari USD10 miliar. Perusahaan itu untuk mengembangkan kompleks penyulingan dan petrokimia di provinsi Liaoning timur laut.

Otoritas Investasi Umum Arab Saudi juga mengumumkan penandatanganan 35 nota kesepahaman yang tidak mengikat, termasuk kesepakatan yang berkaitan dengan energi, pertambangan, transportasi dan e-commerce.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3948 seconds (0.1#10.140)