Xi Jinping Temui Raja Salman, Muslim Uighur Kecewa
loading...
A
A
A
RIYADH - Presiden China Xi Jinping telah bertemu Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam kunjungan tiga hari ke Arab Saudi. Kedekatan para pemimpin itu membuat kelompok Muslim Uighur kecewa.
Selain bertemu Raja Salman, Xi Jinping—yang juga menjabat pemimpin Partai Komunis China—juga akan bertemu para pemimpin negara-negara Teluk dalam pertemuan puncak (KTT) China-Negara Arab.
Lebih dari 50 kelompok Uighur pada hari Kamis mendesak kepala negara dan pemimpin organisasi internasional yang akan bertemu dengan Xi Jinping untuk mengecam kejahatan dan kekejaman China terhadap minoritas Uighur.
Mereka juga mendesak para pemimpin Teluk untuk bersuara kepada Beijing agar mengakhiri genosida di wilayah Xinjiang.
Dalam kunjungannya, Xi Jinping menandatangani perjanjian kemitraan strategis komprehensif dengan Raja Salman, setuju untuk mengadakan pertemuan antara kedua kepala negara secara bergiliran setiap dua tahun.
Selama awal kunjungan, perusahaan China dan Saudi menandatangani lebih dari 30 perjanjian investasi.
Xi Jinping terakhir kali mengunjungi negara Timur Tengah itu pada 2016.
“Dalam berbagai kesempatan, organisasi Uighur telah menyatakan kekecewaan besar atas sikap diam negara-negara mayoritas Muslim atas genosida Uighur, yang melibatkan penahanan sewenang-wenang terhadap jutaan orang Uighur di kamp-kamp konsentrasi, di mana mereka dipaksa untuk meninggalkan keyakinan dan praktik keagamaan mereka," bunyi pernyataan lebih dari 50 kelompok Uighur.
Lebih lanjut disebutkan bahwa pihak berwenang China telah menghancurkan atau merusak ribuan masjid dan kuburan di Xinjiang, yang oleh orang Uighur disebut sebagai Turkistan Timur, sambil melarang praktik keagamaan seperti memberi nama Islami kepada anak-anak, berpuasa selama bulan suci Ramadhan, dan memaksa umat Islam untuk makan daging babi dan minum alkohol.
Selain bertemu Raja Salman, Xi Jinping—yang juga menjabat pemimpin Partai Komunis China—juga akan bertemu para pemimpin negara-negara Teluk dalam pertemuan puncak (KTT) China-Negara Arab.
Lebih dari 50 kelompok Uighur pada hari Kamis mendesak kepala negara dan pemimpin organisasi internasional yang akan bertemu dengan Xi Jinping untuk mengecam kejahatan dan kekejaman China terhadap minoritas Uighur.
Mereka juga mendesak para pemimpin Teluk untuk bersuara kepada Beijing agar mengakhiri genosida di wilayah Xinjiang.
Dalam kunjungannya, Xi Jinping menandatangani perjanjian kemitraan strategis komprehensif dengan Raja Salman, setuju untuk mengadakan pertemuan antara kedua kepala negara secara bergiliran setiap dua tahun.
Selama awal kunjungan, perusahaan China dan Saudi menandatangani lebih dari 30 perjanjian investasi.
Xi Jinping terakhir kali mengunjungi negara Timur Tengah itu pada 2016.
“Dalam berbagai kesempatan, organisasi Uighur telah menyatakan kekecewaan besar atas sikap diam negara-negara mayoritas Muslim atas genosida Uighur, yang melibatkan penahanan sewenang-wenang terhadap jutaan orang Uighur di kamp-kamp konsentrasi, di mana mereka dipaksa untuk meninggalkan keyakinan dan praktik keagamaan mereka," bunyi pernyataan lebih dari 50 kelompok Uighur.
Lebih lanjut disebutkan bahwa pihak berwenang China telah menghancurkan atau merusak ribuan masjid dan kuburan di Xinjiang, yang oleh orang Uighur disebut sebagai Turkistan Timur, sambil melarang praktik keagamaan seperti memberi nama Islami kepada anak-anak, berpuasa selama bulan suci Ramadhan, dan memaksa umat Islam untuk makan daging babi dan minum alkohol.