Rakyat Belarusia Lawan Diktator
loading...
A
A
A
“Pasukan NATO telah bergerak dan berada di luar gerbang Belarusia. Lituania, Latvia, dan Ukraina meminta kepada kami untuk mengulang pemilu,” ujar Lukashenko. “Jika hal itu harus kembali diulang-ulang, apalah artinya pemilu. Saya tidak pernah mengkhianati rakyat,” katanya. (Baca juga: 75 Tahun Merdeka, Politikus PPP Ingatkan Akses Kesehatan dan Pendidikan)
Lawan politik Lukashenko, Sviatlana Tsikhanouskaya telah melarikan diri menuju Lituania sejak pekan lalu. Dia merasa tidak puas dan mengimbau dibentuknya dewan nasional yang bisa memfasilitasi pergantian tampuk kepemimpinan. Dia juga berharap adanya pengulangan perhitungan suara.
Oposisi lainnya, Maria Kolesnikova mengatakan, rezim Lukashenko sudah menduduki kekuasaan di Belarusia terlalu lama dan mendesaknya untuk mengundurkan diri. Dia juga mendesak rakyat dan pejabat Belarusia menekan rasa takut serta meninggalkan Lukashenko.
“Kalian luar biasa, aku cinta kalian,” ujar Kolesnikova. “Kawan-kawan, ini kesempatan terakhir. Berpihaklah kepada kebaikan dan rakyat. Kita adalah mayoritas. Kita berkuasa,” ujarnya dilansir BBC.
Ribuan pengunjuk rasa telah diorganisasi untuk melakukan demonstrasi, tidak hanya di Kota Minsk, tapi juga kota lainnya. Uniknya, demonstrasi itu juga dilakukan di Kota Praha dan Kota Warsaw, Polandia. Media lokal menyatakan sebagian pengunjuk rasa ditangkap selama demonstrasi.
Unjuk rasa itu juga dihadiri sejumlah pegawai negeri sipil (PNS), baik yang bekerja di kepolisian atau televisi dan perusahaan-perusahaan milik negara lainnya. Beberapa dari mereka juga ada yang memberikan dukungan tidak langsung seperti mogok kerja.
Sebelumnya, pengunjuk rasa pro-pemerintah juga turun ke jalan. Estimasinya mencapai sekitar 65.000 orang. “Ibu pertiwi dalam bahaya. Saya tak mengerti kenapa masih ada orang yang membenci Lukashenko. Padahal gaji dan dana pensiun selalu cair tepat waktu,” kata Alla Georgievna. (Lihat videonya: Bakso Merah Putih Hidangan Menyambut Hari Kemerdekaan)
Oposisi veteran Lukashenko, Stanislav Shushkevich, 85, mengatakan Lukashenko mendapat tekanan hebat. Namun, dia akan mampu bertahan dan kekuasaannya tidak akan goyah, terutama jika mendapat dukungan dari sebagian rakyat dan Rusia. Selain itu, pejabat politik dan militer yang setia kepadanya masih banyak.
Perdana Menteri (PM) Ceko, Andrej Babis, mendesak negara anggota Uni Eropa (UE) untuk membantu Belarusia agar terhindar dari invasi militer seperti Ceko pada 1968. “Kami tidak ingin hal itu terjadi di Belarusia. UE harus aktif dan mendukung Belarusia seperti yang mereka mendukung kami pada 1989,” kata Babis. (Muh Shamil)
Lawan politik Lukashenko, Sviatlana Tsikhanouskaya telah melarikan diri menuju Lituania sejak pekan lalu. Dia merasa tidak puas dan mengimbau dibentuknya dewan nasional yang bisa memfasilitasi pergantian tampuk kepemimpinan. Dia juga berharap adanya pengulangan perhitungan suara.
Oposisi lainnya, Maria Kolesnikova mengatakan, rezim Lukashenko sudah menduduki kekuasaan di Belarusia terlalu lama dan mendesaknya untuk mengundurkan diri. Dia juga mendesak rakyat dan pejabat Belarusia menekan rasa takut serta meninggalkan Lukashenko.
“Kalian luar biasa, aku cinta kalian,” ujar Kolesnikova. “Kawan-kawan, ini kesempatan terakhir. Berpihaklah kepada kebaikan dan rakyat. Kita adalah mayoritas. Kita berkuasa,” ujarnya dilansir BBC.
Ribuan pengunjuk rasa telah diorganisasi untuk melakukan demonstrasi, tidak hanya di Kota Minsk, tapi juga kota lainnya. Uniknya, demonstrasi itu juga dilakukan di Kota Praha dan Kota Warsaw, Polandia. Media lokal menyatakan sebagian pengunjuk rasa ditangkap selama demonstrasi.
Unjuk rasa itu juga dihadiri sejumlah pegawai negeri sipil (PNS), baik yang bekerja di kepolisian atau televisi dan perusahaan-perusahaan milik negara lainnya. Beberapa dari mereka juga ada yang memberikan dukungan tidak langsung seperti mogok kerja.
Sebelumnya, pengunjuk rasa pro-pemerintah juga turun ke jalan. Estimasinya mencapai sekitar 65.000 orang. “Ibu pertiwi dalam bahaya. Saya tak mengerti kenapa masih ada orang yang membenci Lukashenko. Padahal gaji dan dana pensiun selalu cair tepat waktu,” kata Alla Georgievna. (Lihat videonya: Bakso Merah Putih Hidangan Menyambut Hari Kemerdekaan)
Oposisi veteran Lukashenko, Stanislav Shushkevich, 85, mengatakan Lukashenko mendapat tekanan hebat. Namun, dia akan mampu bertahan dan kekuasaannya tidak akan goyah, terutama jika mendapat dukungan dari sebagian rakyat dan Rusia. Selain itu, pejabat politik dan militer yang setia kepadanya masih banyak.
Perdana Menteri (PM) Ceko, Andrej Babis, mendesak negara anggota Uni Eropa (UE) untuk membantu Belarusia agar terhindar dari invasi militer seperti Ceko pada 1968. “Kami tidak ingin hal itu terjadi di Belarusia. UE harus aktif dan mendukung Belarusia seperti yang mereka mendukung kami pada 1989,” kata Babis. (Muh Shamil)