Jaksa Turki: Khashoggi Dicekik dan Dimutilasi di Konsulat Saudi

Kamis, 01 November 2018 - 08:24 WIB
Jaksa Turki: Khashoggi...
Jaksa Turki: Khashoggi Dicekik dan Dimutilasi di Konsulat Saudi
A A A
ISTANBUL - Jaksa penuntut umum Turki mengatakan Jamal Khashoggi dicekik dan dimutilasi setibanya di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Aksi itu sebagai bagian dari rencana untuk membunuh wartawan terkemuka itu dan membuang tubuhnya.

Pernyataan itu disampaikan saat jaksa penuntut Arab Saudi meninggalkan Istanbul untuk Riyadh. Pernyataan ini sekaligus menandai deskripsi resmi paling konklusif atas apa yang terjadi pada Khashoggi ketika ia memasuki misi diplomatik negara kerajaan itu pada 2 Oktober lalu.

"Khashoggi dicekik segera setelah dia memasuki konsulat sejalan dengan rencana yang direncanakan sebelumnya," kata Jaksa Turki, Irfan Fidan.

"Tubuh Khashoggi, setelah dicekik, kemudian dihancurkan dengan dipotong-potong, sekali lagi menegaskan perencanaan pembunuhan itu," urai Fidan seperti dikutip dari Washington Post, Kamis (1/11/2018).

Pernyataan itu muncul tak lama setelah jaksa tertinggi Arab Saudi, Saud al-Mojeb, berangkat ke Bandara Ataturk Istanbul. Kunjungan tiga harinya menunjukkan peluang kedua negara bekerja sama. Namun tampaknya hal itu hanya menghasilkan sedikit jawaban.

Seorang pejabat senior Turki mengatakan Mojeb tidak memberikan Fidan lokasi tubuh Khashoggi atau identitas "kolaborator lokal" yang telah ditegaskan otoritas Saudi membantu membuang jenazah wartawan itu.

"Sejak jaksa Saudi tiba di Turki pada hari Senin, para pejabat Saudi tampaknya sangat tertarik untuk mencari tahu apa bukti yang dimiliki pihak berwenang Turki terhadap para pelaku," kata pejabat itu, berbicara dengan syarat anonimitas.

"Kami tidak mendapat kesan bahwa mereka tertarik untuk bekerja sama dengan penyelidikan," ujar pejabat itu lagi.

Turki mengatakan, anggota dari 15 orang tim pembunuh dikirim dari Arab Saudi untuk menghabisi Khashoggi di dalam konsulat. Namun hingga saat ini penyelidik Turki belum mengumumkan secara terbuka bukti kunci dalam kasus ini, sebuah rekaman audio yang diklaim berisi tentang apa yang terjadi di dalamnya.

Sementara itu, seorang pejabat Saudi mengatakan kerajaan itu belum secara resmi menyimpulkan bahwa kematian Khashoggi telah direncanakan.

“Jaksa penuntut umum telah mengakui melihat informasi dari pihak Turki. Kami belum mengatakan apakah itu benar atau tidak benar. Kami sedang menunggu hasil penyelidikan,” kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonimitas karena dia tidak diizinkan untuk berbicara dengan pers.

Arab Saudi telah memberikan penjelasan berbeda tentang apa yang terjadi pada Khashoggi, kontributor Washington Post yang telah menulis kolom opini, mengecam Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Otoritas Saudi telah mengakui bahwa Khashoggi terbunuh di konsulat tetapi menyalahkan pembunuhan kepada agen-agen nakal yang bertindak di luar otoritas negara.

Para pejabat Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan, berulang kali mengeluh bahwa Arab Saudi menghambat penyelidikan dengan menolak memberikan potongan informasi penting, termasuk lokasi tubuh Khashoggi. Turki juga telah meminta ekstradisi 18 tersangka yang pemerintah Saudi katakan telah ditangkap dalam kasus tersebut.

Namun, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan para tersangka akan diadili di pengadilan domestik.

Meskipun pengumuman Turki tampaknya sebagian menjelaskan apa yang telah terjadi pada Khashoggi, namun masih banyak pertanyaan yang tersisa.

Pihak keluarga masih meminta mayat Khashoggi. Spekulasi tentang siapa yang memerintahkan pembunuhan jurnalis berusia 59 tahun itu pun harus di jawab oleh Riyadh untuk reputasi internasional Saudi.

Meskipun Riyadh telah menyebutnya sebagai operasi jahat, para pejabat Barat mengatakan tidak mungkin bahwa operasi kompleks ini dapat dilakukan tanpa sepengetahuan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Sebagai penguasa de facto Arab Saudi, MBS telah memulai perubahan sosial bersamaan dengan bersikap represif terhadap perbedaan pendapat. Di luar negeri, ia adalah arsitek kampanye militer berdarah-darah di Yaman, dan ia dituduh tahun lalu menekan Perdana Menteri Libanon Saad Hariri untuk mengundurkan diri yang berumur pendek.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1185 seconds (0.1#10.140)