5 Fakta Rencana Al Qaeda Membunuh Bill Clinton yang Hampir Dilupakan Sejarah

Minggu, 24 Maret 2024 - 19:19 WIB
loading...
A A A
Clinton tidak menanggapi berbagai upaya untuk menghubunginya melalui juru bicaranya dan Clinton Foundation.

Mantan direktur CIA Leon Panetta, yang saat itu menjabat sebagai kepala staf Clinton, mengatakan dia tidak mengetahui insiden tersebut namun upaya untuk membunuh seorang presiden harus diselidiki.

"Sebagai mantan kepala staf, saya sangat tertarik untuk mencoba mencari tahu apakah seseorang mengesampingkan informasi ini dan tidak memberitahukannya kepada orang-orang yang seharusnya menyadari hal seperti itu terjadi."

Berdasarkan undang-undang tahun 1986, upaya organisasi ekstremis asing untuk membunuh warga negara AS di luar negeri merupakan kejahatan. Penuntutan memerlukan izin dari jaksa agung – mendiang Janet Reno pada tahun 1996 – yang kemudian akan memicu penyelidikan FBI.

FBI menolak mengomentari upaya pembunuhan di Manila.

Empat mantan pejabat AS, termasuk duta besar di Manila saat itu, Thomas Hubbard, membenarkan serangan yang gagal tersebut kepada Reuters, namun mengatakan mereka juga tidak mengetahui adanya penyelidikan atau tindakan lanjutan yang dilakukan AS.

Tiga belas tahun setelah kematian Osama bin Laden, kekuatan Al Qaeda semakin berkurang. Namun serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober "memobilisasi upaya untuk meradikalisasi dan merekrut pengikut baru dalam komunitas Muslim di Eropa," tulis panel ahli PBB dalam laporan tanggal 29 Januari, mengutip propaganda Al Qaeda yang mendukung Hamas.

3. Serangan Diperintahkan Langsung oleh Osama Bin Laden

5 Fakta Rencana Al Qaeda Membunuh Bill Clinton yang Hampir Dilupakan Sejarah

Foto/Reuters

Glod mengatakan badan intelijen AS kemudian menilai bahwa rencana tersebut dibuat atas perintah bin Laden oleh agen Al Qaeda dan Kelompok Abu Sayyaf, kelompok Islam Filipina yang secara luas dianggap sebagai cabang Al Qaeda.

Dia menolak menyebutkan nama lembaga tersebut. Reuters tidak dapat mengkonfirmasi penilaian tersebut dan CIA menolak berkomentar.

Menurut laporan International Crisis Group tahun 2022, kelompok tersebut berada dalam kekacauan, dengan hanya segelintir pemimpinnya yang masih hidup.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1510 seconds (0.1#10.140)