Turki Bandel Beli Sistem Rudal S-400 Rusia, Bos NATO Melunak
A
A
A
WASHINGTON - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenburg, melunakkan sikap kerasnya terhadap keputusan Turki yang tetap nekat membeli sistem rudal pertahanan S-400 Rusia . Bos aliansi militer Atlantik Utara itu mengatakan pembelian sistem pertahanan Moskow adalah keputusan nasional Ankara sendiri.
Padahal, Stoltenberg sebelumnya satu suara dengan Amerika Serikat (AS) dalam menentang keputusan Ankara untuk membeli senjata pertahanan canggih Moskow. Alasannya, sistem pertahanan itu tidak kompatibel dengan persenjataan NATO.
Alasan lain, NATO dan AS khawatir jika Turki mengoperasikan sistem rudal S-400, kelemahan pesawat jet tempur F-35 bisa terbongkar.
"Ini merupakan tantangan dan sudah diketahui bahwa ada perselisihan antara Turki dan terutama (dengan) Amerika Serikat dalam masalah ini," kata Stoltenburg di lembaga pemikir konservatif Heritage Foundation di Washington D.C.
"Yang paling penting adalah sistem yang berbeda dapat bekerja bersama," katanya lagi, yang dilansir Anandolu, Sabtu (15/9/2018).
Desember lalu, Turki mengumumkan bahwa mereka sudah mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk pembelian dua sistem rudal pertahanan S-400 untuk pengiriman perdana awal 2020. Dalam perkembangannya, Moskow mempercepat pengiriman perdana menjadi tahun 2019.
Komentar Sekjen NATO itu muncul di saat Kongres AS memutuskan akan meloloskan undang-undang yang akan memblokir pengiriman jet tempur F-35 Lockheed Martin ke Turki. Padahal, Turki sudah berencana membeli 100 unit jet tempur siluman kebanggaan NATO tersebut.
Menurut Stoltenburg, Turki berperan penting di NATO. Dia mencontohkan, dalam hal lokasi geografis dan kontribusi Ankara dalam perang melawan ISIS dan perannya sebagai tuan rumah bagi jutaan pengungsi Suriah.
"Turki juga penting ketika berhadapan dengan krisis migran dan pengungsi. Mereka menampung jutaan pengungsi, dan mereka penting untuk menerapkan kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki dalam mengelola aliran migran di Laut Aegea," kata Stoltenburg.
Dia mengatakan Turki telah menderita sejauh ini terkait serangan teroris dan upaya kudeta militer yang gagal tahun 2016.
"Jadi, ya ada masalah, ada tantangan, dengan keputusan membeli S-400 yang dikombinasikan dengan F-35. Saya menyambut baik dialog yang ditujukan, tetapi pada saat yang sama penting untuk mengenali pentingnya bahwa Turki bermain ke seluruh aliansi," imbuh Stoltenburg.
Padahal, Stoltenberg sebelumnya satu suara dengan Amerika Serikat (AS) dalam menentang keputusan Ankara untuk membeli senjata pertahanan canggih Moskow. Alasannya, sistem pertahanan itu tidak kompatibel dengan persenjataan NATO.
Alasan lain, NATO dan AS khawatir jika Turki mengoperasikan sistem rudal S-400, kelemahan pesawat jet tempur F-35 bisa terbongkar.
"Ini merupakan tantangan dan sudah diketahui bahwa ada perselisihan antara Turki dan terutama (dengan) Amerika Serikat dalam masalah ini," kata Stoltenburg di lembaga pemikir konservatif Heritage Foundation di Washington D.C.
"Yang paling penting adalah sistem yang berbeda dapat bekerja bersama," katanya lagi, yang dilansir Anandolu, Sabtu (15/9/2018).
Desember lalu, Turki mengumumkan bahwa mereka sudah mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk pembelian dua sistem rudal pertahanan S-400 untuk pengiriman perdana awal 2020. Dalam perkembangannya, Moskow mempercepat pengiriman perdana menjadi tahun 2019.
Komentar Sekjen NATO itu muncul di saat Kongres AS memutuskan akan meloloskan undang-undang yang akan memblokir pengiriman jet tempur F-35 Lockheed Martin ke Turki. Padahal, Turki sudah berencana membeli 100 unit jet tempur siluman kebanggaan NATO tersebut.
Menurut Stoltenburg, Turki berperan penting di NATO. Dia mencontohkan, dalam hal lokasi geografis dan kontribusi Ankara dalam perang melawan ISIS dan perannya sebagai tuan rumah bagi jutaan pengungsi Suriah.
"Turki juga penting ketika berhadapan dengan krisis migran dan pengungsi. Mereka menampung jutaan pengungsi, dan mereka penting untuk menerapkan kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki dalam mengelola aliran migran di Laut Aegea," kata Stoltenburg.
Dia mengatakan Turki telah menderita sejauh ini terkait serangan teroris dan upaya kudeta militer yang gagal tahun 2016.
"Jadi, ya ada masalah, ada tantangan, dengan keputusan membeli S-400 yang dikombinasikan dengan F-35. Saya menyambut baik dialog yang ditujukan, tetapi pada saat yang sama penting untuk mengenali pentingnya bahwa Turki bermain ke seluruh aliansi," imbuh Stoltenburg.
(mas)