Nasib Awak Kapal yang Ditahan Houthi di Yaman Ada di Tangan Hamas
loading...
A
A
A
SANAA - Ansarallah atau Houthi telah mengirimkan pesan kepada Brigade Al-Qassam untuk meminta pendapat mereka mengenai negosiasi pembebasan awak kapal yang ditahan.
Seorang pemimpin Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengatakan kepada Al-Jazeera pada Kamis (7/3/2024) bahwa Angkatan Bersenjata Yaman yang berafiliasi dengan Houthi, terus berkoordinasi dengan Perlawanan Palestina.
Sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan Houthi telah mengatakan kepada Hamas bahwa eskalasi yang terjadi baru-baru ini di Laut Merah adalah akibat langsung dari ancaman Israel menyerang kota Rafah di Jalur Gaza selatan, serta kelanjutan dari kebijakan kelaparan oleh Tel Aviv di Gaza.
Pemimpin Al-Qassam juga mengatakan Houthi telah mengirimkan pesan kepada Brigade untuk meminta pendapat mereka mengenai negosiasi pembebasan awak kapal yang ditahan.
Houthi dilaporkan menyatakan keputusan apa pun mengenai kapal yang ditahan dan awaknya sepenuhnya merupakan kebijaksanaan Al-Qassam, menurut sumber tersebut.
Kelompok Houthi Yaman juga memberi tahu Brigade Al-Qassam bahwa mereka akan melanjutkan pertempuran di Laut Merah sampai genosida oleh Israel di Gaza berakhir dan pengepungan dicabut.
Mengutip sumber tersebut, Al-Jazeera melaporkan komunikasi dan koordinasi antara Brigade Al-Qassam dan front pertempuran di Lebanon, Yaman, dan Irak tetap tidak terputus sejak jam-jam pertama operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober.
Selain itu, sumber tersebut mengindikasikan Washington telah mencoba, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui mediator, untuk menghentikan pertempuran di setiap front secara terpisah.
“Namun, semua upaya AS ditolak dan semua lini tidak akan menghentikan pertempuran sampai agresi di Gaza berakhir,” ungkap sumber tersebut.
Sementara itu, seorang pejabat tinggi di otoritas media Houthi, Nasr El-Din Amer, dilaporkan mengkonfirmasi kepada Al-Jazeera tentang “koordinasi lengkap dengan Brigade Al-Qassam mengenai awak kapal yang ditahan” di Yaman.
Houthi adalah salah satu kelompok Perlawanan Arab pertama yang berdiri dalam solidaritas dengan Gaza, di tengah perang genosida Israel yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza.
Kelompok tersebut menegaskan mereka tidak berniat menargetkan kapal lain selain kapal yang menuju Israel. Houthi menyatakan mereka hanya akan berhenti ketika Israel mengakhiri perang brutalnya.
Washington menjawabnya dengan membentuk koalisi perang, yang diberi nama Operation Prosperity Guardian.
AS dan negara-negara Barat mulai melancarkan serangan terhadap sasaran-sasaran di Yaman, menewaskan dan melukai banyak orang.
Israel telah membunuh lebih dari 30.800 warga Palestina di Jalur Gaza, sebagian besar wanita dan anak-anak. AS dan kekuatan Barat menjadi pelindung utama Israel dari sanksi internasional.
Seorang pemimpin Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengatakan kepada Al-Jazeera pada Kamis (7/3/2024) bahwa Angkatan Bersenjata Yaman yang berafiliasi dengan Houthi, terus berkoordinasi dengan Perlawanan Palestina.
Sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan Houthi telah mengatakan kepada Hamas bahwa eskalasi yang terjadi baru-baru ini di Laut Merah adalah akibat langsung dari ancaman Israel menyerang kota Rafah di Jalur Gaza selatan, serta kelanjutan dari kebijakan kelaparan oleh Tel Aviv di Gaza.
Pemimpin Al-Qassam juga mengatakan Houthi telah mengirimkan pesan kepada Brigade untuk meminta pendapat mereka mengenai negosiasi pembebasan awak kapal yang ditahan.
Houthi dilaporkan menyatakan keputusan apa pun mengenai kapal yang ditahan dan awaknya sepenuhnya merupakan kebijaksanaan Al-Qassam, menurut sumber tersebut.
Kelompok Houthi Yaman juga memberi tahu Brigade Al-Qassam bahwa mereka akan melanjutkan pertempuran di Laut Merah sampai genosida oleh Israel di Gaza berakhir dan pengepungan dicabut.
Mengutip sumber tersebut, Al-Jazeera melaporkan komunikasi dan koordinasi antara Brigade Al-Qassam dan front pertempuran di Lebanon, Yaman, dan Irak tetap tidak terputus sejak jam-jam pertama operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober.
Selain itu, sumber tersebut mengindikasikan Washington telah mencoba, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui mediator, untuk menghentikan pertempuran di setiap front secara terpisah.
“Namun, semua upaya AS ditolak dan semua lini tidak akan menghentikan pertempuran sampai agresi di Gaza berakhir,” ungkap sumber tersebut.
Sementara itu, seorang pejabat tinggi di otoritas media Houthi, Nasr El-Din Amer, dilaporkan mengkonfirmasi kepada Al-Jazeera tentang “koordinasi lengkap dengan Brigade Al-Qassam mengenai awak kapal yang ditahan” di Yaman.
Houthi adalah salah satu kelompok Perlawanan Arab pertama yang berdiri dalam solidaritas dengan Gaza, di tengah perang genosida Israel yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza.
Kelompok tersebut menegaskan mereka tidak berniat menargetkan kapal lain selain kapal yang menuju Israel. Houthi menyatakan mereka hanya akan berhenti ketika Israel mengakhiri perang brutalnya.
Washington menjawabnya dengan membentuk koalisi perang, yang diberi nama Operation Prosperity Guardian.
AS dan negara-negara Barat mulai melancarkan serangan terhadap sasaran-sasaran di Yaman, menewaskan dan melukai banyak orang.
Israel telah membunuh lebih dari 30.800 warga Palestina di Jalur Gaza, sebagian besar wanita dan anak-anak. AS dan kekuatan Barat menjadi pelindung utama Israel dari sanksi internasional.
(sya)