Eks Duta Besar AS: Israel Mirip Ku Klux Klan Lakukan Hukuman Mati Massal di Gaza
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) Charles Freeman mengkritik keras dukungan AS terhadap perang di Gaza. Dia membandingkan Israel dengan Ku Klux Klan (KKK).
Diwawancarai Katie Halper dan Aaron Mate dalam podcast ‘Useful Idiot’ pada Rabu (6/3/2024), Freeman mengatakan argumen pertama yang digunakan Amerika Serikat untuk membenarkan dukungannya terhadap Israel adalah bahwa “kami berbagi nilai-nilai”.
“Yah, Israel menunjukkan nilai-nilai Ku Klux Klan, dan saya tidak menganut nilai-nilai itu,” tegas dia.
“Maksud saya, pada dasarnya apa yang terjadi di Gaza adalah hukuman mati massal tanpa pengadilan,” ungkap Freeman.
Freeman juga mempertanyakan logika yang memandang Israel sebagai “aset strategis”.
“Tetapi saya belum pernah mendengar orang menggambarkan dampaknya bagi kita selain membuat kita mendapat masalah,” papar mantan duta besar AS tersebut.
“Pertanyaan yang mereka ajukan adalah, apakah Israel punya hak untuk hidup? Itu pertanyaan yang aneh karena memang ada. Namun menurut saya pertanyaan itu kini digantikan di sebagian besar dunia dengan pertanyaan: apakah Israel layak untuk ada?” tanya dia.
“Dapatkah dunia benar-benar menjaga hubungan normal dengan negara yang berperilaku mengabaikan hukum internasional dan dengan cara yang tidak manusiawi?” papar dia.
Diwawancarai Katie Halper dan Aaron Mate dalam podcast ‘Useful Idiot’ pada Rabu (6/3/2024), Freeman mengatakan argumen pertama yang digunakan Amerika Serikat untuk membenarkan dukungannya terhadap Israel adalah bahwa “kami berbagi nilai-nilai”.
“Yah, Israel menunjukkan nilai-nilai Ku Klux Klan, dan saya tidak menganut nilai-nilai itu,” tegas dia.
“Maksud saya, pada dasarnya apa yang terjadi di Gaza adalah hukuman mati massal tanpa pengadilan,” ungkap Freeman.
Freeman juga mempertanyakan logika yang memandang Israel sebagai “aset strategis”.
“Tetapi saya belum pernah mendengar orang menggambarkan dampaknya bagi kita selain membuat kita mendapat masalah,” papar mantan duta besar AS tersebut.
“Pertanyaan yang mereka ajukan adalah, apakah Israel punya hak untuk hidup? Itu pertanyaan yang aneh karena memang ada. Namun menurut saya pertanyaan itu kini digantikan di sebagian besar dunia dengan pertanyaan: apakah Israel layak untuk ada?” tanya dia.
“Dapatkah dunia benar-benar menjaga hubungan normal dengan negara yang berperilaku mengabaikan hukum internasional dan dengan cara yang tidak manusiawi?” papar dia.