Hegemoni Teknologi China Ancam Negara-negara Demokrasi di Tahun Pemilu
loading...
A
A
A
Contoh terbaru bisa dilihat dari upaya China dalam memanipulasi pemilu Taiwan pada Januari lalu.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengungkapkan pada Januari, bahwa Beijing telah meluncurkan upaya signifikan untuk mempengaruhi hasil pemilu, yang terlihat dari seberapa tipis hasil penghitungan suara dalam upaya memenangkan kandidat pro-China.
CCP terkenal karena campur tangan mereka dalam politik Taiwan. Partai tersebut selama bertahun-tahun telah mengerahkan berbagai cara, termasuk serangan siber, kampanye disinformasi, dan sebagainya untuk mengubah jalannya proses pemilu yang bebas dan adil.
Menurut laporan terbaru Microsoft, akun media sosial China memainkan peran besar dalam menyebarkan berita palsu untuk mempengaruhi pola pemungutan suara.
Berdasarkan laporan tersebut, “kelompok elite di dalam Kementerian Keamanan Publik (China)” mengatur informasi yang salah serta berita palsu untuk mengubah jalannya hasil pemilu, sehingga sangat menguntungkan CCP.
Karena taktik seperti ini, Taiwan telah menjadi penerima terbesar disinformasi buatan asing, menurut kelompok pemantau yang juga mengindikasikan kuatnya kehadiran China dalam penyebaran informasi tersebut.
Namun Taiwan bukan satu-satunya korban dari metode China yang berbahaya bagi demokrasi di seluruh dunia. Perusahaan keamanan siber AS baru-baru ini mengetahui sejauh mana kehadiran China di platform media sosial.
Mandiant, sebuah perusahaan keamanan siber terkemuka menyatakan bahwa kelompok peretas bernama Dragonbridge telah menyusup ke platform media AS dan mempertanyakan “kemanjuran demokrasi” sembari menghasut pengguna untuk “membasmi sistem yang tidak efektif” demi kebaikan yang lebih besar.
Konten propaganda tersebut juga secara eksplisit meminta warga untuk menggunakan “kekerasan terhadap petugas polisi” untuk mencegah mereka melakukan proses tersebut.
Bentuk kampanye itu juga tercatat di media sosial X yang mengeklaim telah memblokir akun-akun yang menyebarkan konten kekerasan.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengungkapkan pada Januari, bahwa Beijing telah meluncurkan upaya signifikan untuk mempengaruhi hasil pemilu, yang terlihat dari seberapa tipis hasil penghitungan suara dalam upaya memenangkan kandidat pro-China.
CCP terkenal karena campur tangan mereka dalam politik Taiwan. Partai tersebut selama bertahun-tahun telah mengerahkan berbagai cara, termasuk serangan siber, kampanye disinformasi, dan sebagainya untuk mengubah jalannya proses pemilu yang bebas dan adil.
Menurut laporan terbaru Microsoft, akun media sosial China memainkan peran besar dalam menyebarkan berita palsu untuk mempengaruhi pola pemungutan suara.
Berdasarkan laporan tersebut, “kelompok elite di dalam Kementerian Keamanan Publik (China)” mengatur informasi yang salah serta berita palsu untuk mengubah jalannya hasil pemilu, sehingga sangat menguntungkan CCP.
Karena taktik seperti ini, Taiwan telah menjadi penerima terbesar disinformasi buatan asing, menurut kelompok pemantau yang juga mengindikasikan kuatnya kehadiran China dalam penyebaran informasi tersebut.
Namun Taiwan bukan satu-satunya korban dari metode China yang berbahaya bagi demokrasi di seluruh dunia. Perusahaan keamanan siber AS baru-baru ini mengetahui sejauh mana kehadiran China di platform media sosial.
Mandiant, sebuah perusahaan keamanan siber terkemuka menyatakan bahwa kelompok peretas bernama Dragonbridge telah menyusup ke platform media AS dan mempertanyakan “kemanjuran demokrasi” sembari menghasut pengguna untuk “membasmi sistem yang tidak efektif” demi kebaikan yang lebih besar.
Konten propaganda tersebut juga secara eksplisit meminta warga untuk menggunakan “kekerasan terhadap petugas polisi” untuk mencegah mereka melakukan proses tersebut.
Bentuk kampanye itu juga tercatat di media sosial X yang mengeklaim telah memblokir akun-akun yang menyebarkan konten kekerasan.