Hegemoni Teknologi China Ancam Negara-negara Demokrasi di Tahun Pemilu
loading...
A
A
A
Selain itu, perusahaan teknologi China yang terlibat dalam pengumpulan dan analisis data ini telah mengumpulkan informasi ekstensif tentang preferensi pengguna dan afiliasi politik, sehingga menghasilkan kampanye iklan tertarget yang ditujukan kepada kelompok demografi tertentu untuk memengaruhi pola pemungutan suara mereka.
Hal ini juga telah dibuktikan oleh banyak analis yang menuduh raksasa teknologi China memungkinkan manipulasi informasi dan kampanye disinformasi berdasarkan pengumpulan data dari platform konsumen.
Dengan mengendalikan platform online dan menyensor konten, perusahaan-perusahaan ini selama bertahun-tahun telah membentuk opini publik dan menyebarkan propaganda pemerintah, bahkan hingga mendistorsi wacana demokrasi.
Strategi menonjol lainnya yang diterapkan CCP adalah pembelian pengaruh melalui perusahaan-perusahaan teknologi besar yang memiliki sumber daya ini. Dengan sumber daya keuangan yang besar, perusahaan-perusahaan ini telah memengaruhi pemilu melalui kontribusi kampanye, sumbangan kepada partai politik serta upaya lobi.
Perusahaan-perusahaan ini juga mendapatkan akses terhadap para pengambil keputusan politik dan telah mempengaruhi hasil kebijakan yang menguntungkan CCP.
Salah satu contoh yang menonjol adalah kasus Kenny Chiu, seorang anggota Parlemen Konservatif dari Kanada yang berupaya memperkenalkan RUU Pendaftaran Pengaruh Asing, yang mewajibkan semua warga negara untuk menyatakan sumber pendanaan asing mereka dari pemerintah internasional.
Anggota Parlemen yang kehilangan kursinya pada pemilu 2021 ini menyatakan bahwa dia menjadi sasaran khusus karena sikap tegasnya terhadap CCP, yang mewajibkan setiap warga negara untuk menyatakan pendanaannya dari CPC.
Dia kemudian mengaku menjadi target kampanye propaganda dan disinformasi CCP di WeChat dan platform media sosial terkemuka lainnya selama kampanye pemilu lalu yang menyebabkan kekalahannya, dan pada akhirnya dia melakukan pendekatan yang lebih lembut terhadap China.
Berbeda dengan perusahaan teknologi di Barat, perusahaan teknologi China selalu beroperasi dalam lingkungan peraturan yang membatasi dan memprioritaskan kontrol serta sensor negara dibandingkan kebebasan individu sebagai imbalan atas dukungan dan subsidi pemerintah.
Hubungan simbiosis antara pemerintah China dan raksasa teknologi di dalam dan luar negeri telah memungkinkan CCP memanfaatkan kemampuan teknologi untuk memanipulasi informasi, terutama selama pemilu.
Hal ini juga telah dibuktikan oleh banyak analis yang menuduh raksasa teknologi China memungkinkan manipulasi informasi dan kampanye disinformasi berdasarkan pengumpulan data dari platform konsumen.
Dengan mengendalikan platform online dan menyensor konten, perusahaan-perusahaan ini selama bertahun-tahun telah membentuk opini publik dan menyebarkan propaganda pemerintah, bahkan hingga mendistorsi wacana demokrasi.
Strategi menonjol lainnya yang diterapkan CCP adalah pembelian pengaruh melalui perusahaan-perusahaan teknologi besar yang memiliki sumber daya ini. Dengan sumber daya keuangan yang besar, perusahaan-perusahaan ini telah memengaruhi pemilu melalui kontribusi kampanye, sumbangan kepada partai politik serta upaya lobi.
Perusahaan-perusahaan ini juga mendapatkan akses terhadap para pengambil keputusan politik dan telah mempengaruhi hasil kebijakan yang menguntungkan CCP.
Salah satu contoh yang menonjol adalah kasus Kenny Chiu, seorang anggota Parlemen Konservatif dari Kanada yang berupaya memperkenalkan RUU Pendaftaran Pengaruh Asing, yang mewajibkan semua warga negara untuk menyatakan sumber pendanaan asing mereka dari pemerintah internasional.
Anggota Parlemen yang kehilangan kursinya pada pemilu 2021 ini menyatakan bahwa dia menjadi sasaran khusus karena sikap tegasnya terhadap CCP, yang mewajibkan setiap warga negara untuk menyatakan pendanaannya dari CPC.
Dia kemudian mengaku menjadi target kampanye propaganda dan disinformasi CCP di WeChat dan platform media sosial terkemuka lainnya selama kampanye pemilu lalu yang menyebabkan kekalahannya, dan pada akhirnya dia melakukan pendekatan yang lebih lembut terhadap China.
Simbiosis Perusahaan Teknologi China dan CCP
Berbeda dengan perusahaan teknologi di Barat, perusahaan teknologi China selalu beroperasi dalam lingkungan peraturan yang membatasi dan memprioritaskan kontrol serta sensor negara dibandingkan kebebasan individu sebagai imbalan atas dukungan dan subsidi pemerintah.
Hubungan simbiosis antara pemerintah China dan raksasa teknologi di dalam dan luar negeri telah memungkinkan CCP memanfaatkan kemampuan teknologi untuk memanipulasi informasi, terutama selama pemilu.