6 Alasan Negara Arab Enggan Bergabung dengan Operation Prosperity Guardian

Selasa, 26 Desember 2023 - 22:22 WIB
loading...
A A A
Sejauh ini, hanya sembilan negara yang secara terbuka menyatakan akan bergabung dengan AS: Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Spanyol, Seychelles, dan Inggris.

Namun tak lama kemudian, pertanyaan pun muncul. Pemerintah Spanyol membantah telah bergabung, Prancis khawatir partisipasi mereka akan mengalihkan perhatian dari operasi lain dan pihak Italia mengatakan kapal mereka akan tetap berada di bawah komando Italia.

Namun salah satu tanda tanya terbesar adalah tidak adanya negara-negara besar di Timur Tengah. Bahrain adalah satu-satunya negara Timur Tengah yang terlibat sejauh ini. Namun hal ini tidak mengherankan: negara kecil ini adalah rumah bagi Armada ke-5 Angkatan Laut AS.

3. Mengalami Krisis Ekonomi

6 Alasan Negara Arab Enggan Bergabung dengan Operation Prosperity Guardian

Foto/Reuters

Terusan Suez adalah milik Mesir dan merupakan sumber pendapatan penting – hingga USD10 miliar per tahun – bagi negara tersebut, yang sedang menghadapi krisis ekonomi.

Mesir juga merupakan anggota CMF. Operation Prosperity Guardian akan beroperasi di bawah naungan Satuan Tugas 153 CMF, yang berfokus pada keamanan Laut Merah, serta memantau Iran dan melawan pembajakan Somalia. Mesir mengambil alih komando bergilir Satuan Tugas 153 akhir tahun lalu.

Meskipun Mesir mungkin mengalami kerugian jutaan dolar karena gangguan Terusan Suez, Mesir tidak mengkritik serangan Houthi dan juga tidak secara terbuka bergabung dengan koalisi angkatan laut.

Para ahli mengatakan hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kedekatan Mesir dengan konflik dan sensitifnya dunia Arab terhadap isu ini secara umum.

4. Pilih Perdamaian dengan Houthi dari Berperang

6 Alasan Negara Arab Enggan Bergabung dengan Operation Prosperity Guardian

Foto/Reuters

Arab Saudi juga merupakan anggota CMF yang dipimpin AS. Namun, Saudi juga baru-baru ini berusaha meredakan ketegangan dengan Houthi di satu sisi, dan sponsor Houthi di Iran, di sisi lain.

Arab Saudi telah memimpin koalisi militer melawan Houthi dalam perang saudara di Yaman sejak tahun 2015. Negara kaya minyak tersebut baru-baru ini berusaha melepaskan diri dari konflik tersebut, yang sedikit banyak menemui jalan buntu, dan telah terlibat dalam perundingan damai.

Para ahli menyimpulkan bahwa Saudi tidak bergabung dengan koalisi angkatan laut karena mereka khawatir hal ini akan menggagalkan perundingan perdamaian, dan bahkan mungkin merusak hubungan yang baru saja dilonggarkan dengan Iran.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1458 seconds (0.1#10.140)