Kredibilitas Hamas Tumbuh Drastis, Dianggap Pembela Palestina yang Efektif Melawan Israel
loading...
A
A
A
GAZA - Analisis intelijen Amerika Serikat (AS) menyatakan kredibilitas dan pengaruh Hamas tumbuh drastis di Palestina dan di komunitas global sejak serangan 7 Oktober ke Israel.
Hamas menamai serangan spektakuler yang sukses itu sebagai "Operasi Badai al-Aqsa". Menurut angka resmi Israel, sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas tersebut dan 240 lainnya diculik dan dibawa ke Gaza sebagai tawanan.
Ketika kampanye udara Israel yang tiada henti telah menewaskan ribuan warga sipil di Gaza, Hamas—yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Eropa—mampu menjadikan dirinya sebagai satu-satunya kelompok bersenjata yang melawan penindas brutal yang membunuh perempuan dan anak-anak.
Para pejabat yang mengetahui berbagai penilaian intelijen AS mengatakan bahwa kelompok tersebut telah berhasil memposisikan dirinya di beberapa wilayah Arab dan dunia Muslim sebagai pembela perjuangan Palestina dan pejuang yang efektif melawan Israel.
AS dengan gigih membela hak Israel untuk membela diri setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, termasuk kampanyenya untuk melenyapkan Hamas sepenuhnya.
Dari sudut pandang Hamas, serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan merupakan keberhasilan operasional yang menakjubkan.
Dalam beberapa bulan setelahnya, mereka mendapat pujian—khususnya di Tepi Barat yang diduduki Israel—karena melakukan negosiasi pembebasan ratusan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel dengan imbalan beberapa sandera yang ditawan kelompok tersebut di Gaza.
Sementara itu, video-video Hamas menampilkan kelompok tersebut sebagai pejuang bermoral tinggi yang mengikuti ajaran Islam. Gambar penderitaan warga sipil Palestina di Gaza akibat pengeboman Israel juga telah viral di media sosial Arab.
Sebelum 7 Oktober, seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan Hamas bukanlah organisasi yang sangat populer. "Sekarang ini lebih populer," kata pejabat tersebut yang dikutip CNN, Jumat (22/12/2023) tanpa disebutkan namanya.
Ada kemungkinan bahwa konflik saat ini akan lebih meningkatkan pengaruh Hamas di luar Gaza dibandingkan di dalam Gaza, di mana pemerintahan yang buruk selama bertahun-tahun telah menimbulkan ketidakpercayaan.
Hamas menamai serangan spektakuler yang sukses itu sebagai "Operasi Badai al-Aqsa". Menurut angka resmi Israel, sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas tersebut dan 240 lainnya diculik dan dibawa ke Gaza sebagai tawanan.
Ketika kampanye udara Israel yang tiada henti telah menewaskan ribuan warga sipil di Gaza, Hamas—yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Eropa—mampu menjadikan dirinya sebagai satu-satunya kelompok bersenjata yang melawan penindas brutal yang membunuh perempuan dan anak-anak.
Para pejabat yang mengetahui berbagai penilaian intelijen AS mengatakan bahwa kelompok tersebut telah berhasil memposisikan dirinya di beberapa wilayah Arab dan dunia Muslim sebagai pembela perjuangan Palestina dan pejuang yang efektif melawan Israel.
AS dengan gigih membela hak Israel untuk membela diri setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, termasuk kampanyenya untuk melenyapkan Hamas sepenuhnya.
Dari sudut pandang Hamas, serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan merupakan keberhasilan operasional yang menakjubkan.
Dalam beberapa bulan setelahnya, mereka mendapat pujian—khususnya di Tepi Barat yang diduduki Israel—karena melakukan negosiasi pembebasan ratusan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel dengan imbalan beberapa sandera yang ditawan kelompok tersebut di Gaza.
Sementara itu, video-video Hamas menampilkan kelompok tersebut sebagai pejuang bermoral tinggi yang mengikuti ajaran Islam. Gambar penderitaan warga sipil Palestina di Gaza akibat pengeboman Israel juga telah viral di media sosial Arab.
Sebelum 7 Oktober, seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan Hamas bukanlah organisasi yang sangat populer. "Sekarang ini lebih populer," kata pejabat tersebut yang dikutip CNN, Jumat (22/12/2023) tanpa disebutkan namanya.
Ada kemungkinan bahwa konflik saat ini akan lebih meningkatkan pengaruh Hamas di luar Gaza dibandingkan di dalam Gaza, di mana pemerintahan yang buruk selama bertahun-tahun telah menimbulkan ketidakpercayaan.