Indonesia Dorong Pemberdayaaan Perempuan di Negara-negara Islam
loading...
A
A
A
JEDDAH - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mendorong negara-negara di dunia dan khususnya anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk mempromosikan pemberdayaan perempuan di negara-negara Islam.
"Dan sekarang kita di sini untuk membahas status dan hak-hak perempuan dalam Islam dengan beberapa cendekiawan Islam terkemuka," kata Retno dalam sesi diskusi tentang status dan hak perempuan dalam Islam pada Konferensi Perempuan dalam Islam, di Jeddah, Arab Saudi, pada Selasa (7/11/2023).
Retno mengungkapkan Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang siapakah yang seharusnya menjadi seorang muslim di dunia ini harus dihormati, jawab “ibumu, ibumu, ibumu” dan kemudian “ayah."
"Hadits ini saja sudah menunjukkan bahwa Islam menempatkan perempuan pada kedudukan yang sangat tinggi. Dan posisi hormat yang diberikan Islam kepada perempuan ini perlu dilakukan diterjemahkan ke dalam partisipasi bermakna mereka dalam masyarakat," ujar Retno.
Hal ini karena partisipasi perempuan sangat penting dalam mengatasi banyak permasalahan tantangan terbesar di dunia. Di bidang ekonomi, misalnya, kesetaraan gender dalam angkatan kerja dapat menambah USD7 triliun terhadap perekonomian global.
Dalam perdamaian, partisipasi perempuan dalam proses negosiasi meningkatkan kemungkinan mencapai kesepakatan perdamaian yang tahan lama. Dalam perubahan iklim, partisipasi perempuan diperlukan untuk membangun ketahanan masyarakat yang lebih siap untuk mengatasi dampak iklim.
"Sayangnya, potensi perempuan belum dimanfaatkan secara maksimal, salah satunya disebabkan oleh hal tersebut pemahaman kita terhadap ajaran agama. Banyak yang percaya bahwa menurut Islam perempuan memiliki status rendah dan hak bagi laki-laki. Oleh karena itu, kata mereka, peran mereka seharusnya lebih kecil di masyarakat," paparnya.
Tapi apakah itu benar? tanya Retno.
"Saya yakin tidak. Lihat kasusku. Saya seorang wanita. Saya seorang ibu. Dan saya juga seorang nenek. Tapi saya berdiri di sini sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia, itu negara muslim terbesar," ujar Retno.
Pertama-tama, hak-hak perempuan pada dasarnya adalah bagian dari Islam. Salah satu surah terpanjang dalam Al-Qur’an adalah surah an-Nisa yang isinya pedoman tentang bagaimana laki-laki dan perempuan harus memperlakukan satu sama lain dan bahwa laki-laki dan perempuan akan diadili berdasarkan perbuatannya sendiri.
Kedua, Islam mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan tanggung jawab untuk berkontribusi terhadap pembangunan. Istri Nabi Muhammad, Khadijah, adalah seorang yang cerdik, pengusaha wanita yang memainkan peran penting dalam mendukung nabi dalam dakwah dan finansial.
Ketiga, sejarah Islam penuh dengan contoh perempuan yang mempunyai kualitas tidak kalah dengan laki-laki. Istri Nabi Muhammad, Aisha, adalah wanita brilian yang berperan penting dalam meriwayatkan hadis sebagai sumber Islam yang paling mendasar setelah Al Quran. Dan dengan meriwayatkan hadits, ia juga berperan penting dalam mendidik ummah.
"Kesimpulannya, ajaran Islam dan sejarah menunjukkan bahwa status dan hak perempuan dalam Islam tidak kalah pentingnya dengan laki-laki," ujar Retno. "Namun yang terpenting kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakannya bersama," imbuhnya.
"Dan sekarang kita di sini untuk membahas status dan hak-hak perempuan dalam Islam dengan beberapa cendekiawan Islam terkemuka," kata Retno dalam sesi diskusi tentang status dan hak perempuan dalam Islam pada Konferensi Perempuan dalam Islam, di Jeddah, Arab Saudi, pada Selasa (7/11/2023).
Retno mengungkapkan Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang siapakah yang seharusnya menjadi seorang muslim di dunia ini harus dihormati, jawab “ibumu, ibumu, ibumu” dan kemudian “ayah."
"Hadits ini saja sudah menunjukkan bahwa Islam menempatkan perempuan pada kedudukan yang sangat tinggi. Dan posisi hormat yang diberikan Islam kepada perempuan ini perlu dilakukan diterjemahkan ke dalam partisipasi bermakna mereka dalam masyarakat," ujar Retno.
Hal ini karena partisipasi perempuan sangat penting dalam mengatasi banyak permasalahan tantangan terbesar di dunia. Di bidang ekonomi, misalnya, kesetaraan gender dalam angkatan kerja dapat menambah USD7 triliun terhadap perekonomian global.
Dalam perdamaian, partisipasi perempuan dalam proses negosiasi meningkatkan kemungkinan mencapai kesepakatan perdamaian yang tahan lama. Dalam perubahan iklim, partisipasi perempuan diperlukan untuk membangun ketahanan masyarakat yang lebih siap untuk mengatasi dampak iklim.
"Sayangnya, potensi perempuan belum dimanfaatkan secara maksimal, salah satunya disebabkan oleh hal tersebut pemahaman kita terhadap ajaran agama. Banyak yang percaya bahwa menurut Islam perempuan memiliki status rendah dan hak bagi laki-laki. Oleh karena itu, kata mereka, peran mereka seharusnya lebih kecil di masyarakat," paparnya.
Tapi apakah itu benar? tanya Retno.
"Saya yakin tidak. Lihat kasusku. Saya seorang wanita. Saya seorang ibu. Dan saya juga seorang nenek. Tapi saya berdiri di sini sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia, itu negara muslim terbesar," ujar Retno.
Pertama-tama, hak-hak perempuan pada dasarnya adalah bagian dari Islam. Salah satu surah terpanjang dalam Al-Qur’an adalah surah an-Nisa yang isinya pedoman tentang bagaimana laki-laki dan perempuan harus memperlakukan satu sama lain dan bahwa laki-laki dan perempuan akan diadili berdasarkan perbuatannya sendiri.
Kedua, Islam mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan tanggung jawab untuk berkontribusi terhadap pembangunan. Istri Nabi Muhammad, Khadijah, adalah seorang yang cerdik, pengusaha wanita yang memainkan peran penting dalam mendukung nabi dalam dakwah dan finansial.
Ketiga, sejarah Islam penuh dengan contoh perempuan yang mempunyai kualitas tidak kalah dengan laki-laki. Istri Nabi Muhammad, Aisha, adalah wanita brilian yang berperan penting dalam meriwayatkan hadis sebagai sumber Islam yang paling mendasar setelah Al Quran. Dan dengan meriwayatkan hadits, ia juga berperan penting dalam mendidik ummah.
"Kesimpulannya, ajaran Islam dan sejarah menunjukkan bahwa status dan hak perempuan dalam Islam tidak kalah pentingnya dengan laki-laki," ujar Retno. "Namun yang terpenting kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakannya bersama," imbuhnya.
(ahm)