4 Dilema Mesir saat Menerima Pengungzi Gaza, Salah Satunya Penghapusan Utang Senilai Rp2.535 Triliun
loading...
A
A
A
2. Biaya Politik yang Tinggi
Foto/Reuters
Mayoritas warga Palestina diusir dari tanah air mereka pada tahun 1948 selama pembentukan negara Israel – sebuah peristiwa yang mereka sebut sebagai Nakba, atau “bencana”.
Kebanyakan orang di Gaza saat ini adalah anak atau cucu dari mereka yang mengungsi selama Nakba. Mereka kini berisiko tercabut kembali secara permanen, yang merupakan kejahatan perang menurut hukum internasional.
Pertanyaan tentang hak-hak warga Palestina selalu menjadi isu populer di Mesir, menurut Okeil. Jika el-Sisi menyetujui tekanan untuk menyerap populasi Gaza, ia dapat memicu kemarahan dan protes yang meluas.
“Ongkos politiknya [untuk membantu pengungsian warga Palestina] bisa jadi adalah kepresidenan el-Sisi,” kata Okail kepada Al Jazeera.
Langkah seperti itu, kata Okail, kemungkinan besar akan ditafsirkan sebagai membantu Israel memperluas dan memperkuat pendudukannya di wilayah Palestina. Kerusuhan apa pun yang terjadi dapat mendorong militer untuk menggulingkan el-Sisi untuk memulihkan ketertiban.
“Setiap ekspresi perbedaan pendapat di ranah publik di Mesir akan menjadi sangat sensitif bagi tentara,” kata Okail. Para anggotanya “diketahui sepenuhnya menentang gagasan mengizinkan warga Palestina diusir dari tanah mereka dan masuk ke [Mesir]”.
3. Takut Pejuang Palestina Menetap di Mesir
Foto/Reuters
El-Sisi juga mengutarakan kekhawatirannya bahwa menerima pengungsi dari Gaza mungkin akan mengundang pejuang Palestina untuk menetap di Mesir.
Dalam pertemuan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada tanggal 18 Oktober, el-Sisi menyatakan bahwa warga Palestina yang mengungsi ke wilayah Sinai di Mesir dapat mendirikan “pangkalan baru” untuk melakukan “operasi teroris”.
“Israel mempunyai hak untuk mempertahankan diri dan keamanan nasionalnya dan oleh karena itu secara langsung menyerang tanah Mesir,” kata el-Sisi.