Demonstran Myanmar Coba Blokir Bantuan ke Muslim Rohingya

Kamis, 21 September 2017 - 13:23 WIB
Demonstran Myanmar Coba Blokir Bantuan ke Muslim Rohingya
Demonstran Myanmar Coba Blokir Bantuan ke Muslim Rohingya
A A A
SITTWE - Ratusan umat Buddha di Myanmar mencoba untuk memblokir pengiriman bantuan kepada umat Islam di negara bagian Rakhine. Seorang saksi mengatakan bahwa para demonstran melemparkan bom molotov sebelum polisi membubarkan mereka dengan melepaskan tembakan ke udara.

Protes tersebut merupakan bukti meningkatnya permusuhan komunal yang mengancam untuk mempersulit pengiriman pasokan bantuan vital. Aksi ini muncul saat Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyerukan segera mungkin mengakhiri kekerasan yang menimbulkan kekhawatiran tentang transisi Myanmar dari pemerintahan militer.

Baca Juga: Trump Desak PBB Bertindak Tegas dan Cepat Akhiri Krisis Rohingya

Pengiriman bantuan tersebut, yang diselenggarakan oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC), menuju ke utara negara bagian dimana serangan gerilyawan pada 25 Agustus memicu sebuah serangan balik militer.

Beberapa ratus orang mencoba menghentikan sebuah kapal yang membawa sekitar 50 ton bantuan di sebuah dermaga di ibukota Negara Bagian Rakhine, Sittwe, sebuah kantor informasi pemerintah mengatakan.

Seorang saksi mengatakan pengunjuk rasa, beberapa diantaranya membawa tongkat dan jeruji besi, melemparkan bom molotov. Sekitar 200 polisi dipaksa untuk membubarkan mereka dengan menembak ke udara.

Ia menambahkan bahwa dia melihat beberapa orang terluka. Delapan orang ditahan, kantor informasi pemerintah mengatakan dalam sebuah rilis seperti dilansir dari Reuters, Kamis (21/9/2017).

Seorang jurubicara ICRC tidak segera memberikan komentar. Polisi di Sittwe juga tidak segera memberikan komentar.

Ketegangan antara mayoritas umat Budha dan Rohingya di negara bagian Rakhine telah membara selama beberapa dekadde. Namun, telah meledak dalam beberapa kali kekerasan selama beberapa tahun terakhir. Hal itu dipicu prasangka lama yang muncul seiring dengan berakhirnya dekade kekuasaan militer.

Pertumpahan darah terkahir dimulai pada bulan Agustus lalu. Gerilyawan Rohingya menyerang sekitar 30 pos polisi dan sebuah kamp tentara, menewaskan sekitar 12 orang.

Pemerintah mengatakan lebih dari 400 orang, kebanyakan dari mereka pemberontak telah terbunuh sejak saat itu.

Tim pemantau dan etnis Rohingya yang melarikan diri mengatakan bahwa militer dan tentara Buddha Rakhine telah melakukan kampanye yang bertujuan untuk mengusir penduduk Muslim dan membakar desa mereka.

Myanmar menolak tuduhan tersebut. Mereka mengatakan bahwa pasukannya sedang menangani pemberontak Arakan Rohingya Salvation Army yang telah dituduh melakukan kebakaran dan menyerang warga sipil.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4643 seconds (0.1#10.140)