Gedung Putih Tuding Iran Fasilitasi Serangan ke Pangkalan AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menuduh Iran "secara aktif memfasilitasi" serangan terhadap pangkalan-pangkalannya di Timur Tengah setelah mengonfirmasi telah mengirim sejumlah kecil penasihat militer ke Israel.
Kekhawatiran AS meningkat mengenai potensi peningkatan perang regional Israel di Gaza, meskipun Washington menolak seruan gencatan senjata karena mengatakan bahwa sekutunya, Israel, memiliki apa yang disebutnya “hak untuk membela diri”.
Lebih dari 5.000 warga Palestina telah terbunuh dalam 16 hari pemboman tanpa pandang bulu oleh Israel di Gaza, termasuk sedikitnya 200 anak-anak.
“Iran terus mendukung Hamas dan Hizbullah, dan kita tahu bahwa Iran memantau dengan cermat peristiwa-peristiwa ini dan, dalam beberapa kasus, secara aktif memfasilitasi serangan-serangan ini dan mendorong pihak lain yang mungkin ingin mengeksploitasi konflik demi kebaikan mereka sendiri atau demi kebaikan Iran," klaim juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan di Gedung Putih.
“Kami tahu tujuan Iran adalah mempertahankan penolakan di sini, tapi kami tidak akan membiarkan mereka melakukan hal itu,” tambah Kirby seperti dikutip dari The New Arab, Selasa (24/10/2023).
Sebelum kekerasan meletus, pemerintahan Presiden Joe Biden memuji periode yang relatif tenang dengan milisi pro-Iran di wilayah tersebut setelah pembicaraan antara pejabat AS dan Iran.
Namun sejak Rabu, setidaknya lima serangan roket dan drone telah menargetkan tiga pangkalan militer AS di Irak di mana pasukan Amerika ditempatkan sebagai bagian dari koalisi internasional yang dibentuk untuk melawan kelompok ISIS.
Para pemimpin ulama Syiah Iran telah menyatakan dukungan untuk Hamas serta gerakan Syiah Lebanon Hizbullah, kelompok paramiliter Syiah di Irak dan pemberontak Houthi di Yaman.
AS sendiri telah menjanjikan dukungan "tak terbatas" kepada Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 warga Israel. Kirby membenarkan bahwa Amerika Serikat juga telah mengirimkan "beberapa" penasihat militer ke Israel.
"Para petugas tersebut memiliki pengalaman dalam operasi-operasi yang dilakukan Israel, dan mungkin akan dilakukan di masa depan sera berada di sana untuk berbagi beberapa perspektif,” tukas Kirby.
Kekhawatiran AS meningkat mengenai potensi peningkatan perang regional Israel di Gaza, meskipun Washington menolak seruan gencatan senjata karena mengatakan bahwa sekutunya, Israel, memiliki apa yang disebutnya “hak untuk membela diri”.
Lebih dari 5.000 warga Palestina telah terbunuh dalam 16 hari pemboman tanpa pandang bulu oleh Israel di Gaza, termasuk sedikitnya 200 anak-anak.
“Iran terus mendukung Hamas dan Hizbullah, dan kita tahu bahwa Iran memantau dengan cermat peristiwa-peristiwa ini dan, dalam beberapa kasus, secara aktif memfasilitasi serangan-serangan ini dan mendorong pihak lain yang mungkin ingin mengeksploitasi konflik demi kebaikan mereka sendiri atau demi kebaikan Iran," klaim juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan di Gedung Putih.
“Kami tahu tujuan Iran adalah mempertahankan penolakan di sini, tapi kami tidak akan membiarkan mereka melakukan hal itu,” tambah Kirby seperti dikutip dari The New Arab, Selasa (24/10/2023).
Sebelum kekerasan meletus, pemerintahan Presiden Joe Biden memuji periode yang relatif tenang dengan milisi pro-Iran di wilayah tersebut setelah pembicaraan antara pejabat AS dan Iran.
Namun sejak Rabu, setidaknya lima serangan roket dan drone telah menargetkan tiga pangkalan militer AS di Irak di mana pasukan Amerika ditempatkan sebagai bagian dari koalisi internasional yang dibentuk untuk melawan kelompok ISIS.
Para pemimpin ulama Syiah Iran telah menyatakan dukungan untuk Hamas serta gerakan Syiah Lebanon Hizbullah, kelompok paramiliter Syiah di Irak dan pemberontak Houthi di Yaman.
AS sendiri telah menjanjikan dukungan "tak terbatas" kepada Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 warga Israel. Kirby membenarkan bahwa Amerika Serikat juga telah mengirimkan "beberapa" penasihat militer ke Israel.
"Para petugas tersebut memiliki pengalaman dalam operasi-operasi yang dilakukan Israel, dan mungkin akan dilakukan di masa depan sera berada di sana untuk berbagi beberapa perspektif,” tukas Kirby.
(ian)