Gabungkan Islam dengan Konghucu, Bagaimana Bentuk Al-Quran Versi China?

Jum'at, 22 September 2023 - 18:44 WIB
loading...
Gabungkan Islam dengan Konghucu, Bagaimana Bentuk Al-Quran Versi China?
China akan membuat al-Quran versi sendiri yang menggabungkan Islam dengan Konghucu. Foto/Ilustrasi
A A A
BEIJING - Pemerintah China baru-baru ini berencana untuk merilis al-Quran versi mereka sendiri yang menggabungkan Islam dengan Konghucu untuk komunitas Uighur di Xinjiang.

Seperti dilaporkan oleh Radio Free Asia (RFA), Jumat (22/9/2023), Partai Komunis China atau PKC telah lama memandang agama sebagai ancaman. Selama beberapa dekade, mereka cenderung menganiaya Muslim Uighur dengan cara yang sama, dengan slogan propaganda yang berbeda dan dengan intensitas yang semakin meningkat.

Namun saat ini, setelah kampanye yang disebut Amerika Serikat sebagai genosida, partai tersebut secara praktis telah menghapuskan praktik publik Islam di Xinjiang yang tidak diawasi secara langsung oleh AS.

Kini mereka sedang berusaha mengatasi kekusutan dalam versi baru Islam yang diharapkan dapat mengikat Muslim China, termasuk Muslim Uighur, agar lebih dekat dengan negara.

Untuk itu, pada tahun 2018, PKC telah menyusun rencana nasional untuk “mensinifikasi” masing-masing dari tiga agama monoteistik utama di negara tersebut: Protestan, Katolik, dan Islam, yang akan diterapkan selama lima tahun ke depan.

Sinifikasi adalah proses mengubah atau memodifikasi sesuatu sesuai dengan budaya China.



“Mensinifikasi Islam di Xinjiang harus mencerminkan aturan sejarah tentang bagaimana masyarakat berkembang, melalui konsolidasi kekuatan politik, pengamanan masyarakat, dan konstruksi budaya,” kata Wang Zhen, seorang profesor di Institut Sosialisme Pusat China.

Lalu bagaimana al-Quran versi China yang menggabungkan Islam dengan Konghucu?

Dalam propagandanya, China menyebut al-Quran baru berbahasa Mandarin yang diterjemahkan dan diberi anotasi yang selaras dengan "semangat zaman."

Al-Quran ini akan menggunakan Konfusianisme untuk menafsirkan kitab suci umat Islam itu dengan merujuk pada kumpulan terjemahan Islam Dinasti Qings dan tulisan-tulisan dalam bahasa China, yang dalam ilmu pengetahuan Barat dikenal sebagai Kitab Han, yang menggunakan konsep-konsep konfusianisme untuk menguraikan teologi Islam.

Konfusianisme, juga dikenal sebagai Ruisme atau klasisisme Ru, adalah sistem pemikiran dan perilaku yang berasal dari China kuno, dan secara beragam digambarkan sebagai tradisi, filsafat, agama, teori pemerintahan, atau cara hidup.

Teks-teks tersebut diproduksi di China bagian timur, tidak pernah diedarkan di wilayah Uighur, dan tidak diakui dalam tradisi Islam Uighur.

“PKC mengidentifikasi ini sebagai satu-satunya praktik keagamaan yang benar di China,” kata David Stroup, dosen Studi China di Universitas Manchester.



“Menggunakan pembingkaian seperti ini, untuk menyelaraskan Islam dengan konfusianisme, menyelaraskan Islam dengan tradisi China, adalah pembacaan sejarah yang sangat selektif,” imbuhnya.

Selain terjemahan bahasa Mandarin, PKC sedang mempertimbangkan terjemahan al-Quran Uighur yang baru dan berbahasa sinifikasi. Banyak Muslim Uighur menyukai terjemahan bahasa Arab-Uighur tahun 1980-an yang ditulis oleh ulama Muhammad Salih.

Namun toko buku berhenti menyediakannya sekitar tahun 2010. Mereka menggantinya dengan terjemahan kelompok yang banyak dikritik, yang dijual seharga 1.000 yuan.

Salih sendiri meninggal dalam tahanan polisi pada tahun 2018, pada usia 82 tahun.

PKC juga akan memperkuat personel keagamaannya, menjelaskan dengan benar al-Quran dan Hadits dalam versi baru yang diberi penjelasan dan mempromosikan penggunaan Konfusianisme untuk menafsirkan kitab suci.

“Tujuan akhir dari sinifikasi adalah untuk memungkinkan adanya pengawasan yang lebih besar,” kata Stroup.

“Mereka ingin mengendalikan segalanya,” tukasnya.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1643 seconds (0.1#10.140)