Gabungkan Islam dengan Konghucu, Bagaimana Bentuk Al-Quran Versi China?
loading...
A
A
A
BEIJING - Pemerintah China baru-baru ini berencana untuk merilis al-Quran versi mereka sendiri yang menggabungkan Islam dengan Konghucu untuk komunitas Uighur di Xinjiang.
Seperti dilaporkan oleh Radio Free Asia (RFA), Jumat (22/9/2023), Partai Komunis China atau PKC telah lama memandang agama sebagai ancaman. Selama beberapa dekade, mereka cenderung menganiaya Muslim Uighur dengan cara yang sama, dengan slogan propaganda yang berbeda dan dengan intensitas yang semakin meningkat.
Namun saat ini, setelah kampanye yang disebut Amerika Serikat sebagai genosida, partai tersebut secara praktis telah menghapuskan praktik publik Islam di Xinjiang yang tidak diawasi secara langsung oleh AS.
Kini mereka sedang berusaha mengatasi kekusutan dalam versi baru Islam yang diharapkan dapat mengikat Muslim China, termasuk Muslim Uighur, agar lebih dekat dengan negara.
Untuk itu, pada tahun 2018, PKC telah menyusun rencana nasional untuk “mensinifikasi” masing-masing dari tiga agama monoteistik utama di negara tersebut: Protestan, Katolik, dan Islam, yang akan diterapkan selama lima tahun ke depan.
Sinifikasi adalah proses mengubah atau memodifikasi sesuatu sesuai dengan budaya China.
“Mensinifikasi Islam di Xinjiang harus mencerminkan aturan sejarah tentang bagaimana masyarakat berkembang, melalui konsolidasi kekuatan politik, pengamanan masyarakat, dan konstruksi budaya,” kata Wang Zhen, seorang profesor di Institut Sosialisme Pusat China.
Lalu bagaimana al-Quran versi China yang menggabungkan Islam dengan Konghucu?
Dalam propagandanya, China menyebut al-Quran baru berbahasa Mandarin yang diterjemahkan dan diberi anotasi yang selaras dengan "semangat zaman."
Seperti dilaporkan oleh Radio Free Asia (RFA), Jumat (22/9/2023), Partai Komunis China atau PKC telah lama memandang agama sebagai ancaman. Selama beberapa dekade, mereka cenderung menganiaya Muslim Uighur dengan cara yang sama, dengan slogan propaganda yang berbeda dan dengan intensitas yang semakin meningkat.
Namun saat ini, setelah kampanye yang disebut Amerika Serikat sebagai genosida, partai tersebut secara praktis telah menghapuskan praktik publik Islam di Xinjiang yang tidak diawasi secara langsung oleh AS.
Kini mereka sedang berusaha mengatasi kekusutan dalam versi baru Islam yang diharapkan dapat mengikat Muslim China, termasuk Muslim Uighur, agar lebih dekat dengan negara.
Untuk itu, pada tahun 2018, PKC telah menyusun rencana nasional untuk “mensinifikasi” masing-masing dari tiga agama monoteistik utama di negara tersebut: Protestan, Katolik, dan Islam, yang akan diterapkan selama lima tahun ke depan.
Sinifikasi adalah proses mengubah atau memodifikasi sesuatu sesuai dengan budaya China.
“Mensinifikasi Islam di Xinjiang harus mencerminkan aturan sejarah tentang bagaimana masyarakat berkembang, melalui konsolidasi kekuatan politik, pengamanan masyarakat, dan konstruksi budaya,” kata Wang Zhen, seorang profesor di Institut Sosialisme Pusat China.
Lalu bagaimana al-Quran versi China yang menggabungkan Islam dengan Konghucu?
Dalam propagandanya, China menyebut al-Quran baru berbahasa Mandarin yang diterjemahkan dan diberi anotasi yang selaras dengan "semangat zaman."