10 Fakta Ronin Jepang, Nomor 5 Menolak Tradisi Bunuh Diri Samurai
loading...
A
A
A
TOKYO - Dalam masyarakat Jepang , samurai adalah anggota sistem kasta militer yang berpengaruh. Prajurit lapis baja ini tumbuh menjadi tokoh penting di abad ke-12.
Mereka lahir pada awal pemerintahan militer yang disebut shogun. Banyak dari mereka dipekerjakan oleh penguasa feodal, yang disebut daimyo, untuk melindungi wilayah mereka dari penyusup.
Samurai sangat dihormati karena ilmu pedang, prestise, dan dedikasi mereka kepada penguasa mereka. Mereka adalah bagian sejarah dan budaya Jepang yang terkenal dan menawan. Seperti ksatria, mereka berjanji setia kepada tuan dan negaranya.
Namun, istilah “samurai” tidak dapat secara akurat menggambarkan semua sub-kelas prajurit pada masa feodal Jepang. Terkadang, seorang samurai mendapati dirinya tanpa tuan karena kematian atau pengkhianatan.
Samurai tak bertuan ini dikenal sebagai “ronin.” Ronin adalah pejuang nomaden yang kehilangan wilayah kekuasaan dan sponsor mulia mereka. Mereka dibuang untuk berkeliaran di negara itu.
Seringkali, mereka kehilangan posisi mereka dalam masyarakat karena menolak menghormati tradisi yang dipatuhi setelah kekalahan tuan mereka. Kisah ronin adalah salah satu daya tarik, pemberontakan, dan tragedi.
Meskipun tidak dianggap sebagai samurai tradisional, mereka membantu membentuk budaya dan tradisi Jepang. Ini adalah bab yang hilang dalam sejarah Jepang—sebuah bab yang ingin diceritakan kembali.
Foto/Wikipedia
Melansir List Verse, istilah “ronin” diduga berasal dari karakter Jepang yang berarti manusia mengambang. Kata ini juga dapat diterjemahkan menjadi “manusia pengembara”, “pengembara”, atau “manusia gelombang”. Hal ini karena ronin dianggap tidak memiliki arah, seperti gelombang lautan. Ungkapan ronin pertama kali muncul pada periode Nara (710–794) dan Hein (794–1185).
Istilah ini menggambarkan budak yang memberontak melawan tuannya dan melarikan diri dari dinas. Baru pada periode Kamakura (1185–1333) istilah ini mulai dikenal di seluruh Jepang. Kata itu kemudian digunakan untuk menggambarkan samurai yang menentang tradisi Jepang dan terpaksa mengembara dari satu tempat ke tempat lain.
Samurai dan penguasa feodal lainnya menerapkan status ronin untuk mendiskriminasi prajurit yang memberontak. Ini mungkin merupakan cara untuk mencegah pembangkangan. Kata ronin juga digunakan secara bergantian dengan istilah lain seperti “pedang sewaan” atau “tentara bayaran”. Ini karena banyak ronin yang melakukan bandit atau mempekerjakan diri mereka sendiri sebagai pengawal. Yang lainnya menjadi bajak laut atau pembunuh yang menentang hukum.
Foto/Wikipedia
Mereka lahir pada awal pemerintahan militer yang disebut shogun. Banyak dari mereka dipekerjakan oleh penguasa feodal, yang disebut daimyo, untuk melindungi wilayah mereka dari penyusup.
Samurai sangat dihormati karena ilmu pedang, prestise, dan dedikasi mereka kepada penguasa mereka. Mereka adalah bagian sejarah dan budaya Jepang yang terkenal dan menawan. Seperti ksatria, mereka berjanji setia kepada tuan dan negaranya.
Namun, istilah “samurai” tidak dapat secara akurat menggambarkan semua sub-kelas prajurit pada masa feodal Jepang. Terkadang, seorang samurai mendapati dirinya tanpa tuan karena kematian atau pengkhianatan.
Samurai tak bertuan ini dikenal sebagai “ronin.” Ronin adalah pejuang nomaden yang kehilangan wilayah kekuasaan dan sponsor mulia mereka. Mereka dibuang untuk berkeliaran di negara itu.
Seringkali, mereka kehilangan posisi mereka dalam masyarakat karena menolak menghormati tradisi yang dipatuhi setelah kekalahan tuan mereka. Kisah ronin adalah salah satu daya tarik, pemberontakan, dan tragedi.
Meskipun tidak dianggap sebagai samurai tradisional, mereka membantu membentuk budaya dan tradisi Jepang. Ini adalah bab yang hilang dalam sejarah Jepang—sebuah bab yang ingin diceritakan kembali.
Berikut adalah 10 fakta tentang Ronin.
1. Arti Sebenarnya dari Istilah “Ronin”
Foto/Wikipedia
Melansir List Verse, istilah “ronin” diduga berasal dari karakter Jepang yang berarti manusia mengambang. Kata ini juga dapat diterjemahkan menjadi “manusia pengembara”, “pengembara”, atau “manusia gelombang”. Hal ini karena ronin dianggap tidak memiliki arah, seperti gelombang lautan. Ungkapan ronin pertama kali muncul pada periode Nara (710–794) dan Hein (794–1185).
Istilah ini menggambarkan budak yang memberontak melawan tuannya dan melarikan diri dari dinas. Baru pada periode Kamakura (1185–1333) istilah ini mulai dikenal di seluruh Jepang. Kata itu kemudian digunakan untuk menggambarkan samurai yang menentang tradisi Jepang dan terpaksa mengembara dari satu tempat ke tempat lain.
Samurai dan penguasa feodal lainnya menerapkan status ronin untuk mendiskriminasi prajurit yang memberontak. Ini mungkin merupakan cara untuk mencegah pembangkangan. Kata ronin juga digunakan secara bergantian dengan istilah lain seperti “pedang sewaan” atau “tentara bayaran”. Ini karena banyak ronin yang melakukan bandit atau mempekerjakan diri mereka sendiri sebagai pengawal. Yang lainnya menjadi bajak laut atau pembunuh yang menentang hukum.
2. Ronin Lahir Karena Pergeseran Budaya
Foto/Wikipedia