Pakar Nuklir: Tritium di Air Limbah Fukushima Sangat Berbahaya, Picu Kerusakan Genetik
loading...
A
A
A
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menuduh Tokyo “sangat egois dan tidak bertanggung jawab” dengan memaksa terlebih dahulu melakukan pembuangan air.
Dia menambahkan, “Laut harus diperlakukan sebagai milik bersama bagi umat manusia, bukan sebagai saluran pembuangan air yang terkontaminasi nuklir di Jepang.”
Aktivis Korea Selatan memprotes rencana Jepang melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima yang hancur akibat tsunami ke laut.
Pemimpin oposisi Partai Demokrat Lee Jae-myung mengatakan mereka bermaksud meminta pertanggungjawaban pemerintah Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol karena "gagal melakukan tugasnya."
Lee mengecam rencana Jepang membuang air dari pembangkit listrik Fukushima sebagai tindakan “teror.”
Kelompok nelayan lokal dan pakar hak asasi manusia PBB menyuarakan keprihatinan mereka mengenai potensi ancaman terhadap lingkungan laut dan kesehatan masyarakat.
Namun, Tokyo tidak mau terpengaruh. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bersumpah “masalah pembuangan air yang diolah dalam sistem ALPS (Advanced Liquid Processing System) tidak dapat ditunda,” saat ia berbicara kepada wartawan setelah pertemuan puncak trilateral AS-Jepang-Korea Selatan di Camp David.
KTT ini diadakan di tengah situasi keamanan yang memburuk dengan cepat di Asia, dengan pemerintahan Biden yang menggalang sekutu untuk “menahan” China, sehingga tidak mengherankan jika Washington dan pejabat Seoul menahan diri untuk ikut serta dalam kelompok yang mengecam pelepasan air limbah radioaktif Fukushima.
AS menyatakan keyakinannya pemerintah Jepang telah “menetapkan proses yang sangat ketat… dan mempertimbangkan semua opsi serta dampaknya.”
Washington mengklaim sekutunya “sangat transparan mengenai keputusan dan prosesnya.”
Dia menambahkan, “Laut harus diperlakukan sebagai milik bersama bagi umat manusia, bukan sebagai saluran pembuangan air yang terkontaminasi nuklir di Jepang.”
Aktivis Korea Selatan memprotes rencana Jepang melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima yang hancur akibat tsunami ke laut.
Pemimpin oposisi Partai Demokrat Lee Jae-myung mengatakan mereka bermaksud meminta pertanggungjawaban pemerintah Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol karena "gagal melakukan tugasnya."
Lee mengecam rencana Jepang membuang air dari pembangkit listrik Fukushima sebagai tindakan “teror.”
Kelompok nelayan lokal dan pakar hak asasi manusia PBB menyuarakan keprihatinan mereka mengenai potensi ancaman terhadap lingkungan laut dan kesehatan masyarakat.
Namun, Tokyo tidak mau terpengaruh. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bersumpah “masalah pembuangan air yang diolah dalam sistem ALPS (Advanced Liquid Processing System) tidak dapat ditunda,” saat ia berbicara kepada wartawan setelah pertemuan puncak trilateral AS-Jepang-Korea Selatan di Camp David.
KTT ini diadakan di tengah situasi keamanan yang memburuk dengan cepat di Asia, dengan pemerintahan Biden yang menggalang sekutu untuk “menahan” China, sehingga tidak mengherankan jika Washington dan pejabat Seoul menahan diri untuk ikut serta dalam kelompok yang mengecam pelepasan air limbah radioaktif Fukushima.
AS menyatakan keyakinannya pemerintah Jepang telah “menetapkan proses yang sangat ketat… dan mempertimbangkan semua opsi serta dampaknya.”
Washington mengklaim sekutunya “sangat transparan mengenai keputusan dan prosesnya.”