Niger di Ambang Perang Besar, AS Mulai Ikut Campur
loading...
A
A
A
NIAMEY - Ketika Niger di ambang perang besar dengan negara negara blok Afrika Barat, Amerika Serikat (AS) mulai intervensi.
Victoria Nuland, pelaksana tugas (Plt) Wakil Menteri Luar Negeri AS, telah mengunjungi Niger untuk menekan junta militer memulihkan pemerintahan demokratis setelah penggulingan Presiden Mohamed Bazoum yang pro-Barat bulan lalu.
Nuland mengatakan pada hari Senin bahwa dia mengadakan pembicaraan "terus terang dan sulit" dengan komandan militer Moussa Salaou Barmou dan tiga kolonelnya di Ibu Kota Niger, Niamey.
Itu adalah perjalanan pertama pejabat AS ke negara itu sejak kudeta pada 26 Juli.
Permintaan Nuland untuk bertemu dengan Bazoum dan Jenderal Abdourahmane Tchiani—pemimpin kudeta yang memproklamirkan diri sebagai kepala pemerintahan militer, ditolak.
Dalam briefing telepon dengan wartawan, Nuland memberikan penilaian yang suram atas pembicaraannya dengan para pemimpin militer Niger.
“Mereka cukup tegas dalam pandangan mereka tentang bagaimana mereka ingin melanjutkan, dan itu tidak sesuai dengan Konstitusi Niger,” katanya.
“Hari ini sulit, dan saya akan terus terang tentang itu," paparnya, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (8/8/2023).
Nuland, bagaimanapun, menegaskan kembali komitmen AS untuk solusi yang dirundingkan untuk konflik tersebut. "Jika para pemimpin kudeta bersedia untuk kembali ke perintah konstitusional Niger, AS siap membantu," kata Nuland.
Sebelumnya pada hari Senin, Departemen Luar Negeri AS telah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah melakukan kontak langsung dengan para pemimpin kudeta Niger dan telah menekankan perlunya pemulihan kekuasaan Bazoum.
“Telah ada kontak langsung dengan para pemimpin militer yang mendesak mereka untuk menyingkir,” kata Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Para pemimpin militer merebut kekuasaan di negara Afrika Barat yang terkurung daratan itu pada 26 Juli dan menahan Bazoum. Kudeta itu memicu kecaman negara-negara Barat dan sejumlah negara Afrika Barat.
Namun, kudeta militer di Niger didukung oleh Mali dan Burkina Faso—keduanya menyuarakan anti-kolonialisme Prancis.
Pekan lalu, sebuah blok Afrika Barat atau ECOWAS memberlakukan sanksi terhadap Niger dan mengancam akan intervensi militer jika Bazoum tidak kembali berkuasa.
Tetapi batas waktu ultimatum dari ECOWAS berakhir hari Minggu dan diabaikan junta Niger. Untuk mengantisipasi invasi besar-besaran junta militer telah menutup wilayah udara Niger.
Victoria Nuland, pelaksana tugas (Plt) Wakil Menteri Luar Negeri AS, telah mengunjungi Niger untuk menekan junta militer memulihkan pemerintahan demokratis setelah penggulingan Presiden Mohamed Bazoum yang pro-Barat bulan lalu.
Nuland mengatakan pada hari Senin bahwa dia mengadakan pembicaraan "terus terang dan sulit" dengan komandan militer Moussa Salaou Barmou dan tiga kolonelnya di Ibu Kota Niger, Niamey.
Itu adalah perjalanan pertama pejabat AS ke negara itu sejak kudeta pada 26 Juli.
Permintaan Nuland untuk bertemu dengan Bazoum dan Jenderal Abdourahmane Tchiani—pemimpin kudeta yang memproklamirkan diri sebagai kepala pemerintahan militer, ditolak.
Dalam briefing telepon dengan wartawan, Nuland memberikan penilaian yang suram atas pembicaraannya dengan para pemimpin militer Niger.
“Mereka cukup tegas dalam pandangan mereka tentang bagaimana mereka ingin melanjutkan, dan itu tidak sesuai dengan Konstitusi Niger,” katanya.
“Hari ini sulit, dan saya akan terus terang tentang itu," paparnya, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (8/8/2023).
Nuland, bagaimanapun, menegaskan kembali komitmen AS untuk solusi yang dirundingkan untuk konflik tersebut. "Jika para pemimpin kudeta bersedia untuk kembali ke perintah konstitusional Niger, AS siap membantu," kata Nuland.
Sebelumnya pada hari Senin, Departemen Luar Negeri AS telah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah melakukan kontak langsung dengan para pemimpin kudeta Niger dan telah menekankan perlunya pemulihan kekuasaan Bazoum.
“Telah ada kontak langsung dengan para pemimpin militer yang mendesak mereka untuk menyingkir,” kata Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Para pemimpin militer merebut kekuasaan di negara Afrika Barat yang terkurung daratan itu pada 26 Juli dan menahan Bazoum. Kudeta itu memicu kecaman negara-negara Barat dan sejumlah negara Afrika Barat.
Namun, kudeta militer di Niger didukung oleh Mali dan Burkina Faso—keduanya menyuarakan anti-kolonialisme Prancis.
Pekan lalu, sebuah blok Afrika Barat atau ECOWAS memberlakukan sanksi terhadap Niger dan mengancam akan intervensi militer jika Bazoum tidak kembali berkuasa.
Tetapi batas waktu ultimatum dari ECOWAS berakhir hari Minggu dan diabaikan junta Niger. Untuk mengantisipasi invasi besar-besaran junta militer telah menutup wilayah udara Niger.
(mas)