Kirim Bom Cluster, Biden Sebut Ukraina Kehabisan Amunisi

Minggu, 09 Juli 2023 - 09:36 WIB
loading...
Kirim Bom Cluster, Biden...
Presiden AS Joe Biden menyebut mengirim bom cluster adalah keputusan sulit, namun Ukraina telah kehabisan amunisi. Foto/CNN
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengaku bahwa mengirimkan bom cluster ke Ukraina adalah sebuah keputusan sulit. Namun ia akhirnya yakin untuk mengirim senjata kontroversial itu karena Kiev membutuhkan amunisi dalam serangan balasannya melawan Rusia.

Gedung Putih pada Jumat lalu mengumumkan bahwa Biden telah menyetujui transfer munisi tandan ke Ukraina, contoh terbaru di mana AS telah memberi Kiev senjata yang awalnya ditolak untuk dikirim ke perang.

“Itu adalah keputusan yang sangat sulit bagi saya. Ngomong-ngomong, saya mendiskusikan ini dengan sekutu kami, saya mendiskusikan ini dengan teman-teman kami di (Capitol) Hill,” kata Biden dalam sebuah wawancara dengan CNN.

“Orang-orang Ukraina kehabisan amunisi,” ia menambahkan seperti dikutip dari media yang berbasis di AS itu, Minggu (9/7/2023).

Munisi tandan atau bom cluster yang akan dikirim AS ke Ukraina akan kompatibel dengan howitzer 155mm yang disediakan Washington, bagian penting dari artileri yang memungkinkan Ukraina memenangkan kembali wilayahnya selama setahun terakhir.

Biden mengatakan bahwa munisi tandan dikirim sebagai "masa transisi" sampai AS mampu memproduksi lebih banyak artileri 155mm.



“Ini adalah perang yang berkaitan dengan amunisi. Dan mereka kehabisan amunisi itu, dan kami kekurangan,” kata Biden.

“Jadi, apa yang akhirnya saya lakukan, saya mengambil rekomendasi dari Departemen Pertahanan untuk – tidak secara permanen – tetapi untuk memungkinkan masa transisi ini, sementara kami mendapatkan lebih banyak 155 senjata, peluru ini, untuk Ukraina,” tuturnya.

Ada lebih dari 100 negara, termasuk Inggris, Prancis, dan Jerman, yang telah melarang penggunaan munisi itu berdasarkan Konvensi Munisi Tandan. Tetapi AS dan Ukraina bukanlah penandatangan larangan tersebut.

“Mereka mencoba melewati parit-parit itu dan menghentikan tank-tank itu agar tidak bergerak. Tapi itu bukan keputusan yang mudah,” kata Biden.

"Kami bukan penandatangan perjanjian itu, tapi butuh beberapa saat bagi saya untuk diyakinkan untuk melakukannya," ia menambahkan.

“Tetapi hal utama adalah mereka memiliki senjata untuk menghentikan Rusia sekarang – mencegah mereka menghentikan serangan Ukraina melalui area ini – atau tidak. Dan saya pikir mereka membutuhkannya," ucapnya.

Keputusan untuk menyediakan munisi tandan datang pada titik kritis dalam perang, karena Ukraina telah berjuang untuk memperoleh keuntungan besar dalam serangan balasan mereka melawan Rusia.



Biden akan menyambangi Eropa pada hari Minggu waktu AS untuk perjalanan selama seminggu, termasuk menghadiri KTT NATO di Lituania, di mana perang Rusia melawan Ukraina – serta dorongan Kiev untuk bergabung dengan NATO – adalah masalah utama yang membayangi pertemuan tersebut.

Menjelang perjalanan itu, Biden mengatakan perang Rusia di Ukraina harus diakhiri sebelum aliansi dapat mempertimbangkan untuk menambahkan Kiev ke dalam barisannya.

Biden mengatakan bahwa meskipun keanggotaan Ukraina di NATO terlalu dini, AS dan sekutunya di NATO akan terus memberi Presiden Volodymyr Zelensky dan pasukannya keamanan dan persenjataan yang mereka butuhkan untuk mencoba mengakhiri perang dengan Rusia.

Dorongan Zelensky untuk keanggotaan NATO akan menjadi salah satu isu utama yang membayangi pertemuan itu.

“Saya kira tidak ada kebulatan suara di NATO tentang apakah akan membawa Ukraina ke dalam keluarga NATO atau tidak sekarang, pada saat ini, di tengah perang,” ujar Biden.

“Misalnya, jika Anda melakukan itu, maka, Anda tahu – dan maksud saya apa yang saya katakan – kami bertekad untuk tidak menyerahkan setiap jengkal wilayah yang merupakan wilayah NATO. Itu adalah komitmen yang kita semua buat, apa pun yang terjadi. Jika perang sedang terjadi, maka kita semua berperang. Kami sedang berperang dengan Rusia, jika itu yang terjadi,” tukasnya.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2140 seconds (0.1#10.140)