Abaikan Masalah Kemanusiaan, AS Akan Kirim Bom Cluster ke Ukraina
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sejumlah media melaporkan Amerika Serikat (AS) telah memutuskan untuk mengirim amunisi tandan atau bom cluster ke Ukraina . AS mengesampingkan kekhawatiran tentang penyebaran senjata yang dilarang oleh lebih dari 100 negara.
"Sebuah paket senjata termasuk munisi tandan yang ditembakkan dari meriam Howitzer 155 milimeter diperkirakan akan diumumkan paling cepat pada hari Jumat," kata tiga pejabat AS kepada kantor berita Reuters tanpa menyebut nama seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (7/7/2023).
The New York Times, mengutip orang-orang yang akrab dengan diskusi tersebut yang meminta disembunyikan identitasnya, melaporkan bahwa beberapa pembantu utama Presiden AS Joe Biden, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, telah merekomendasikan AS mengirim senjata pada pertemuan pejabat tinggi keamanan nasional minggu lalu, terlepas dari apa yang mereka gambarkan sebagai reservasi mendalam mereka sendiri.
Bom cluster melepaskan sejumlah besar bom yang lebih kecil di area yang luas yang menimbulkan ancaman besar bagi warga sipil selama dan setelah perang untuk jangka waktu yang lama karena beberapa bom akan gagal meledak.
Lebih dari 120 negara telah menandatangani Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Munisi Tanda 2008 untuk melarang penggunaannya termasuk beberapa negara Ukraina dan sekutu utama AS seperti Prancis serta Inggris.
Ukraina, Rusia, dan AS belum menandatangani perjanjian itu meskipun undang-undang tahun 2009 melarang AS mengekspor munisi tandan dengan tingkat kegagalan bom di atas 1 persen, yang mencakup hampir seluruh persediaan militer AS.
Bagaimanapun Biden dapat mengesampingkan larangan tersebut dalam kasus yang dianggap demi kepentingan keamanan nasional AS.
Sebelumnya, Human Rights Watch (HRW) mengkritik Ukraina dan Rusia atas penggunaan senjata cluster mereka dalam konflik keduanya.
Kelompok hak asasi mengatakan Rusia telah secara ekstensif menggunakan munisi tandan, menyebabkan banyak kematian warga sipil dan cedera serius, sementara serangan roket munisi tandan Ukraina di kota Izyum yang diduduki Rusia pada tahun 2022 telah menewaskan sedikitnya delapan warga sipil dan melukai 15 lainnya.
"Sebuah paket senjata termasuk munisi tandan yang ditembakkan dari meriam Howitzer 155 milimeter diperkirakan akan diumumkan paling cepat pada hari Jumat," kata tiga pejabat AS kepada kantor berita Reuters tanpa menyebut nama seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (7/7/2023).
The New York Times, mengutip orang-orang yang akrab dengan diskusi tersebut yang meminta disembunyikan identitasnya, melaporkan bahwa beberapa pembantu utama Presiden AS Joe Biden, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, telah merekomendasikan AS mengirim senjata pada pertemuan pejabat tinggi keamanan nasional minggu lalu, terlepas dari apa yang mereka gambarkan sebagai reservasi mendalam mereka sendiri.
Bom cluster melepaskan sejumlah besar bom yang lebih kecil di area yang luas yang menimbulkan ancaman besar bagi warga sipil selama dan setelah perang untuk jangka waktu yang lama karena beberapa bom akan gagal meledak.
Lebih dari 120 negara telah menandatangani Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Munisi Tanda 2008 untuk melarang penggunaannya termasuk beberapa negara Ukraina dan sekutu utama AS seperti Prancis serta Inggris.
Ukraina, Rusia, dan AS belum menandatangani perjanjian itu meskipun undang-undang tahun 2009 melarang AS mengekspor munisi tandan dengan tingkat kegagalan bom di atas 1 persen, yang mencakup hampir seluruh persediaan militer AS.
Bagaimanapun Biden dapat mengesampingkan larangan tersebut dalam kasus yang dianggap demi kepentingan keamanan nasional AS.
Sebelumnya, Human Rights Watch (HRW) mengkritik Ukraina dan Rusia atas penggunaan senjata cluster mereka dalam konflik keduanya.
Kelompok hak asasi mengatakan Rusia telah secara ekstensif menggunakan munisi tandan, menyebabkan banyak kematian warga sipil dan cedera serius, sementara serangan roket munisi tandan Ukraina di kota Izyum yang diduduki Rusia pada tahun 2022 telah menewaskan sedikitnya delapan warga sipil dan melukai 15 lainnya.