3 Alasan Politik Konservatif Islam Terus Berkembang di Malaysia
loading...
A
A
A
Pada 2017, kelompok militan yang terkait dengan Negara Islam Irak dan Suriah merebut kota Marawi di Filipina, dengan harapan dapat mendirikan kekhalifahan. Di Indonesia, protes terhadap kemenangan Presiden Joko Widodo pada 2019 menyebabkan kerusuhan hebat.
Pengamat seperti Ahmad El-Muhammady yakin ekstremisme semacam itu tidak akan menimpa warga Malaysia. “Sebagian besar dari kita percaya pada koeksistensi (dan) moderasi yang damai, meskipun mungkin kita tidak setuju pada … fase tertentu selama pemilu,” kata akademisi tersebut.
Namun bagi Chandra, konservatisme sendiri menjadi masalah jika dikecualikan, terutama di Malaysia yang multietnis. “Kebangkitan kesadaran Islam ini … telah mengarah pada situasi di mana kurang bercampurnya komunitas,” katanya.
“Muslim merasa bahwa untuk melindungi identitas mereka, mereka tidak bisa mengirim anak-anak mereka ke rumah non-Muslim, misalnya. Atau mereka tidak dapat melakukan hal-hal tertentu bersama, yang mungkin pernah mereka lakukan di masa lalu.
Pengamat seperti Ahmad El-Muhammady yakin ekstremisme semacam itu tidak akan menimpa warga Malaysia. “Sebagian besar dari kita percaya pada koeksistensi (dan) moderasi yang damai, meskipun mungkin kita tidak setuju pada … fase tertentu selama pemilu,” kata akademisi tersebut.
Namun bagi Chandra, konservatisme sendiri menjadi masalah jika dikecualikan, terutama di Malaysia yang multietnis. “Kebangkitan kesadaran Islam ini … telah mengarah pada situasi di mana kurang bercampurnya komunitas,” katanya.
“Muslim merasa bahwa untuk melindungi identitas mereka, mereka tidak bisa mengirim anak-anak mereka ke rumah non-Muslim, misalnya. Atau mereka tidak dapat melakukan hal-hal tertentu bersama, yang mungkin pernah mereka lakukan di masa lalu.
(ahm)