Kisah Putra Pendiri Hamas Membelot ke Israel dan Keluar dari Islam

Minggu, 09 April 2023 - 04:19 WIB
loading...
Kisah Putra Pendiri Hamas Membelot ke Israel dan Keluar dari Islam
Mosab Hassan Yousef (kiri), putra salah satu pendiri Hamas yang membelot ke Israel. Dia kini tinggal di Amerika Serikat. Foto/Times of Israel
A A A
GAZA - Mosab Hassan Yousef, nama pria Palestina ini. Dia adalah putra salah satu pendiri Hamas , Sheikh Hassan Yousef, namun membelot menjadi agen Israel selama satu dasawarsa sebelum akhirnya kedoknya terbongkar.

Dijuluki "Green Prince" atau "Pangeran Hijau", Yousef lahir di Ramallah pada 5 Mei 1978. Dia berkhianat dengan menjadi agen Shin Bet—dinas keamanan dalam negeri Israel—dari 1997 hingga 2007.

Bagi Shin Bet, sang "Pangeran Hijau" adalah sumber paling berharga dalam kepemimpinan Hamas. Yousef rajin memasok informasi ke dinas tersebut, yang mencegah banyak serangan bunuh diri dan pembunuhan warga Israel.

Informasi dari mulutnya pula yang membuat Shin Bet berhasil membongkar banyak sel Hamas, dan membantu pasukan Israel memburu banyak militan Gaza. Bahkan, ulah Yousef berujung pada pemenjaraan ayahnya sendiri; Sheikh Hassan Yousef.



Tidak hanya pengkianatan total, sang "Pangeran Hijau" juga keluar dari agama Islam alias murtad.

Pada 1999, Yousef masuk Kristen. Kemudian, pada 2007 dia pindah ke Amerika Serikat. Dia mengajukan suaka politik di negeri Paman Sam, dan permohonannya dikabulkan pada 2010 setelah rutin menjalani pemeriksaan latar belakang.

Setelah hidup enak di Amerika, Yousef menerbitkan otobiografinya, "Son of Hamas", pada Maret 2010.


Alasan Putra Pendiri Hamas Membelot ke Israel


Mosab Hassan Yousef merupakan anak sulung dari lima bersaudara laki-laki dan tiga saudara perempuan.

Seperti kebanyakan anak-anak Palestina, Yousef tumbuh dengan bercita-cita menjadi pejuang yang melawan Israel--yang bagi Palestina adalah penjajah dan penindas.

Yousef ditangkap pasukan Israel pertama kali pada usia 10 tahun, yakni selama Intifada Pertama. Si Yousef kecil ditangkap gara-gara melempar batu ke arah pemukim Israel.



Sejak itu, ditangkap dan dijebloskan ke penjara berkali-kali oleh Israel menjadi kebanggaan baginya. Perlawanan pada Zionis Israel itu, membuat Yousef dipandang sebagai sosok yang layak mewarisi kepemimpinan Hamas.

Alih-alih jadi pewaris Hamas, pendiriannya goyah ketika dia mendekam di Penjara Megiddo pertengahan 1990-an. Di penjara Israel itulah, dia menyaksikan narapidana Hamas memimpin kampanye brutal selama setahun untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap sebagai antek Zionis Israel.

“Selama waktu itu, Hamas menyiksa dan membunuh ratusan tahanan,” katanya dalam sebuah wawancara dengan New York Post, mengingat kenangan yang jelas tentang jarum yang ditusukkan di bawah kuku jari dan tubuh yang hangus dengan plastik yang terbakar.

Banyak dari mereka, jika tidak semua, tidak ada hubungannya dengan intelijen Israel. “Saya tidak akan pernah melupakan teriakan mereka," lanjut Yousef. "Saya mulai bertanya pada diri sendiri. Bagaimana jika Hamas berhasil menghancurkan Israel dan membangun negara. Apakah mereka akan menghancurkan rakyat kita dengan cara ini?"

Keraguan Yousef pada Hamas mulai terbentuk ketika dia menyadari kebrutalan kelompok itu, dan bahwa dia membenci bagaimana Hamas menggunakan nyawa warga sipil dan anak-anak yang menderita untuk mencapai tujuannya.

Yousef ditahan oleh agen Shin Bet pada tahun 1996. Saat di penjara, dia terkejut dengan metode interogasi Shin Bet, yang dia anggap manusiawi, jika dibandingkan dengan bagaimana para agen Hamas menyiksa tersangka kolaborator yang dipenjara.

Dia akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran Shin Bet untuk menjadi informan.

Karier-nya sebagai agen Shin Bet dimulai dengan pembebasannya dari penjara pada tahun 1997. Julukan "Pangeran Hijau" yang melekat padanya sebenarnya merujuk pada penggunaan warna bendera kelompok Hamas dan silsilah di organisasi Hamas.

Banyak informasinya telah membantu Shin Bet mencegah puluhan serangan bom bunuh diri dan upaya pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi Israel.

Yousef mengeklaim bahwa dia tidak meng-uang-kan informasinya, tetapi motivasinya adalah ideologis, religius, dan ingin menyelamatkan nyawa orang-orang.

Untuk menggagalkan kecurigaan Hamas pada Yousef, Shin Bet melakukan upaya penangkapan, memberitahu Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk melancarkan operasi untuk menangkapnya, dan kemudian memberinya informasi intelijen yang memungkinkan dia untuk melarikan diri pada menit terakhir, setelah itu dia bersembunyi untuk melanjutkan sisa-sisa kariernya.

Yousef mengatakan dia memberikan intelijen hanya dengan syarat bahwa "target" tidak akan dibunuh, tetapi ditangkap. Hal ini menyebabkan penahanan beberapa pemimpin penting Palestina, termasuk Ibrahim Hamid, seorang komandan Hamas di Tepi Barat, dan Marwan Barghouti.

Juga, Yousef mengeklaim telah menggagalkan rencana tahun 2001 untuk membunuh Shimon Peres, menteri luar negeri dan kemudian menjadi Presiden Israel.

Putra Pendiri Hamas Keluar dari Islam


Menurut pengakuannya, Yousef bertemu dengan seorang misionaris Inggris pada tahun 1999 yang mengenalkannya pada agama Kristen. Antara tahun 1999 dan 2000, Yousef secara bertahap memeluk agama Kristen.

Pada tahun 2005, dia diam-diam dibaptis di Tel Aviv oleh seorang turis Kristen yang tidak dikenal. Dia meninggalkan Tepi Barat menuju Amerika Serikat pada tahun 2007, dan tinggal beberapa lama di San Diego, California, di mana dia bergabung dengan Gereja Jalan Barabas.

Pada Agustus 2008, Yousef secara terbuka mengungkapkan kekristenannya, dan meninggalkan kepemimpinan Hamas dan Arab, sehingga membahayakan dirinya sendiri dan mengekspos keluarganya di Ramallah untuk dianiaya.

Yousef juga mengklaim bahwa tujuannya adalah untuk membawa perdamaian ke Timur Tengah; dia berharap untuk kembali ke tanah airnya ketika ada kedamaian.

Saudara laki-laki Yousef, Ouwais, mencela laporan tentang aktivitasnya, dengan mengatakan: "Itu penuh kebohongan; semuanya bohong."

Ouwais juga mengungkapkan bahwa kontak terakhir antara keluarganya dan Yousef terjadi lebih dari setahun sebelum berita tentang spionasenya muncul.

Sheikh Hassan Yousef, ayah Yousef, saat berada di penjara Israel, tidak lagi mengakui putranya karena menjadi mata-mata Israel.

Laporan Haaretz tentang Yousef dijelaskan oleh anggota Parlemen Hamas, Mushir al-Masri sebagai "perang psikologis yang dilancarkan terhadap rakyat Palestina... [itu] tidak pantas ditanggapi".

Yousef pernah diancam dideportasi dari AS karena pernyataan dalam bukunya tentang bekerja untuk Hamas ditafsirkan sebagai "memberikan dukungan material kepada organisasi teroris yang ditunjuk AS". Yousef menjelaskan bahwa maksud pernyataannnya adalah untuk melemahkan kelompok Hamas.

Kasusnya kemudian berlanjut ke tahap deportasi, meskipun Yousef memperingatkan bahwa dia kemungkinan akan dieksekusi oleh Otoritas Palestina jika dideportasi ke Tepi Barat.

Pada 24 Juni 2010, pejabat Shin Bet Gonen Ben Itzhak, yang selama 10 tahun bekerja dengan Yousef dengan nama samaran "Loai", mengungkapkan identitasnya sendiri untuk bersaksi atas nama Yousef di sidang imigrasi di San Diego.

Ben Itzhak menggambarkan Yousef sebagai "teman sejati", dan berkata, "Dia mempertaruhkan nyawanya setiap hari untuk mencegah kekerasan".

Sebagai akibatnya, Hakim Pengadilan Imigrasi Richard J. Bartolomei, Jr., memutuskan pada tanggal 30 Juni 2010, bahwa Yousef akan diizinkan untuk tetap tinggal di Amerika Serikat setelah sidik jari dan melewati pemeriksaan latar belakang rutin.

Sejak tinggal di Amerika, Yousef kerap menjadi pembicara tamu di berbagai saluran berita, di mana dia berbicara tentang kekejaman yang dilakukan oleh Hamas.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1097 seconds (0.1#10.140)